oleh Delma Ulya Putri Mhs Kimia UNIVERSITAS NEGERI PADANG
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan paper ini dengan judul Identifikasi Senyawa Organik Bahan Alam pada Tumbuhan Urang-aring (Tridax procumbens L).
Paper ini disusun berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di laboraturium kimia organik jurusan Kimia FMIPA UNP serta didukung oleh teori-teori yang didapat dari berbagai literatur.
Penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan yagn sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membimbing dan membantu penulisan paper ini yaitu, kepada:
· Ibu dosen pembimbing, Dra. Yustini Ma’arif dan Ibu Nurhasnah Aliunir, M.Si.
· Kakak-kakak Asisten Pratikum Kimia Organik 2 Rahmi Desrita dan Etika Adellina.
· Teman-teman penulis
Penulis menyadari bahawa paper ini masih banyak kekurangan dan jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritikan, saran dan masukan dari pembaca, agar paper ini lebih baik lagi.
Padang, Desember 2007
Peneliti
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Di dunia terdapat senyawa organik bahan alam yang merupakan senyawa yang dikenal sebagai metabolit sekunder. Senyawa metabolit sekunder adalah senyawa hasil metabolisme sekunder, yang tidak terdapat secara merata dalam makhluk hidup dan ditemukan dalam jumlah yang sedikit. Umumnya terdapat pada semua organ tumbuhan (terutama tumbuhan tinggi) pada akar, kulit, batang, daun, bunga buah dan biji dan sedikit pada hewan.
Berbagai jenis tumbuhan mengandung senywa meabolik sekunder, seperti alkaloid, flavanoid, streoid, terpenoid, saponin, dan lain-lain. Senyawa metabolit sekunder yang terdapat dalam tumbuhan merupakan zat bioaktif yang berkaitan dengan kandungan kimia dalam tumbuhan, sehingga sebagian tumbuhan dapat digunakan sebagai bahan obat. Sekitar 1000 jenis dari 30.000 jenis tumbuhan yang telah dimanfaatkan sebagai bahan obat-obatan.
Obat tradisional adalah obat-obat yang diolah secara tradisional, turun temurun, berdasarkan resep nenek moyang, adat istiadat, kepercayaan atau kebiasaan setempat, baik bersifat magis maupun pengetahuan tradisional. Menurut penelitian masa kini, obat-obat tradisional memang bermanfaat bagi kesehatan dan kini digencarkan penggunaannya karena lebih mudah dijangkau masyarakat baik harga maupun ketersediaannya. Obat tradisional pada saat ini banyak digunakan karena menurut beberapa penelitian tidak terlalu menyebabkan efek samping karena masih bisa dicerna oleh tubuh. Bagian dari obat tradisional yang bisa dimanfaatkan adalah akar, rimpang, batang, buah, daun dan bunga (Wikipedia Indonesia).
Salah satu bahan obat-obatan tradisional adalah Tridax procumbens L. Nama umumnya adalah orang-aring. Batang dan daun Tridax procumbens L berkhasiat sebagai obat sakit perut, obat malaria. Disamping itu daunnya juga digunakan untuk menutup bisul supaya lekas matang, rebusan daun diminum untuk mencernakan air susu dan juga dapat digunakan untuk menghitamkan dan menyuburkan rambut sehingga dipakai untuk bahan pembuatan shampoo.
Kandungan kimia batang dan daun Tridax procumbens L adalah steroid, saponin, tanin, minyak atsiri dan polifenol. Untuk melihat/membuktikan metabolit sekunder yang terkandung dalam daun Tridax procumbens L maka dilakukan identifikasi alkaloid: metoda Culivener-Fitzgerald, identifikasi flavonoid: shinoda test/sianidin tes, identifikasi steroid/terpenoid: metoda Lieberman-Buchard, identifikasi sapanin: uji busa. Oleh karena itu saya mengambil judul “Identifikasi Senyawa Organik Bahan Alam pada Daun Urang-Aring (Tridax procumbens L)” untuk paper saya ini.
B. Perumusan Masalah
- Apakah daun Tridax procumbens L mengandung alkaloid, flavonoid, steroid terpenoid dalam saponin?
- Bagaimana cara penentuan kandungan senyawa metabolit sekunder dalam daun Tridax procumbens L
- Apa saja pemanfaatan dari daun Tridax procumbens L
C. Pembatasan Masalah
Penelitian ini dilakukan hanya dibatasi pada botani dan penentuan kandungan senyawa metobolit sekunder yang terdapat pada daun Tridax procumbens L
D. Tujua Penulisan
Penulisan paper ini bertujuan untuk:
- Menentukan senyawa-senyawa kimia yang terkandung didalam daun Tridax procumbens L
- Mengetahui manfaat dan khasiat dari Tridax procumbens L
- Mengetahui klasifikasi dari Tridax procumbens L
E. Manfaat Penulisan
Manfaat yang dapat kita peroleh dari penelitian ini adalah:
1. Memberikan informasi kandungan kimia khususnya senyawa metabolit sekunder dalam daun Tridax procumbens L
2. Memberikan informasi tentang metoda dalam mengidentifikasi senyawa metabolit sekunder pada daun Tridax procumbens L
3. Memberikan informasi tentang manfaat dan khasiat dari Tridax procumbens L
4. Sebagai bahan informasi untuk penelitian lebih lanjut.
TINJAUAN PUSTAKA
A. Botani Tumbuhan
|
1. Klasifikasi Ilmiah
- Devisi Spermotophyita
- Sub divisi Angiospermae
- Kelas Dicotyledonene
- Bangsa Asterales
- Suku Compositae
- Marga Tridax
- Jenis Tridax procumbens L
- Nama umum/dagang : Urang-aring
- Nama Daerah : Ketumpang (Sunda), (orang-orang (Jawa), Toroto
(Madura)
- Deksripsi : Semak, tahunan, tinggi ± 1 m
2. Habitus
- Batang : Tegak, silindris, lunak, berbulu, hijau keunguan
- Daun : Tunggal, lonjong, berhadapan, panjang 2,5 – 3,5
cm, lebar 1 – 2 cm, tepi bergerigi, ujung lancip,
pangkal meruncing, pertulangan menyirip, berbulu
halus, bertangkai bulat, panjang 0,5 – 0,7 cm, hijau
- bunga : majemuk, bentuk cawan di ujung batang, tangkai
silindris, panjang 8-10 cm, hijau, kelopak bentuk
tabung kuning, mahkota tak berbulu, kuning,
benang sari tertangkai, panjang 0,5-0,7 cm, putih,
kepala sari kuning, putih kuning, bertangkai pipih,
kuning
- Buah : kotak, lonjong, kehitaman
- Biji : lonjong, pipih, putih
- Akar : Tunggang, putih (Wikipedia Indonesia)
3. Khasiat
Batang dan daun Tridax procumbens L berkhasiat sebagai obat sakit perut dan obat malaria. Untuk obat sakit perut dipakai ± 8 gram batang dan daun herba segar Tridax procumbens L, dicuci, direbus dengan 2 gelas air selama 15 menit, setelah dingin disaring. Hasil saringan diminum dua kali sama banyak pagi dan sore. Selain itu daunnya juga digunakan untuk menutup bisul supaya lekas matang; rebusan diminum untuk memancarkan air susu.
Kandungan kimia
Batang dan daun Tridax procumbens L mengandung steroid, saponin.
B. Metabolit sekunder
Dewasa ini yang dimaksud senyawa organik bahan alam adalah terbatas pada senyawa-senyawa yang dikenal sebagai metabolit sekunder. Senyawa metabolit sekunder adalah senyawa-senyawa hasil metabolisme sekunder, yang tidak terdapat secara merata dalam makhluk hidup dan ditemukan dalam jumlah yang sedikit. Umumnya terdapat pada semua organ tumbuhan (terutama tumbuhan tinggi), pada akar, kulit, batang, daun, bunga, buah dan biji dan sedikit pada hewan.
Penggunaan tumbuhan sebagai obat, berkaitan dengan kandungan kimia yang terdapat dalam tumbuhan tersebut terutama zat biokatif. Tanpa adanya suatu senyawa bioaktif dalam tumbuhan secara umum tumbuhan itu tidak dapat digunakan sebagai obat. Senyawa bioaktif yang terdapat dalam tumbuhan biasanya merupakan senyawa metabolit sekunder seperti alkaloid, flavonoid, steroid, terpenoid, saponin, dan lain-lain.
1. Alkaloid
Alkaloid termasuk senyawa organik bahan alam yang terbesar jumlahnya, baik dari segi jumlah senyawa maupun sebarannya dalam dunia tumbuhan. Alkaloid menurut Winterstein dan Tirer didefinisikan sebagai senyawa yang bersifat basa, mengandung atom nitrogen berasal dari tumbuhan dan hewan. Harborne dan Turner (1984) mengungkapkan bahwa tidak satupun definisi alkaloid yang memuaskan, tetapi umumnya alkaloid adalah senyawa metabolit sekunder yang bersifat basa yang mengandung satu atau lebih atom nitrogen biasanya dalam cincin heterosiklik dan bersifat aktif biologis menonjol
Struktur alkaloid beraneka ragam, dari yang sederhana sampai rumit, dari efek biologisnya yang menyegarkan tubuh sampai toksik. Satu contoh yang sederhana, tetapi yang efek faalnya tidak sederhana adalah nikotina. Nikotin dapat menyebabkan penyakit jantung, kanker paru-paru, kanker mulut, tekanan darah tinggi dan gangguan terhadap kehamilan dan janin.
Gambar 2. Nikotin
2. Flavonoid
Flavonoid adalah suatu kelompok senyawa fenol yang terbanyak terdapat dialam. Senyawa ini bertanggung jawab terhadap zat warna merah, ungu, biru dan sebagian zat warna kuning dalam tumbuhan. Semua flavonoid menurut strukturnya merupakan turunan senyawa induk “flavon” yakni nama sejenis flavonoid yang terbesar jumlahnya dan juga lazim ditemukan yang terdapat berupa tepung putih pada tumbuhan primula
Sebagian besar flavonoid yang terdapat pada tumbuhan terikat pada molekul gula sebagai glikosida dan dalam bentuk campuran, jarang sekali dijumpai berupa senyawa tunggal. Disamping itu sering ditemukan campuran yang terdiri dari flavonoid yang berbeda klas. Misalnya antosionin dalam mahkota bunga yang berwarna merah. Dewasa ini diperkirakan telah berhasil diisolasi sekitar 3000 senyawa flavonoid.
Flavonoid dalam tumbuhan mempunyai empat fungsi yaitu:
- Sebagai pigmen warna
- Fungsi fisiologis dan patologi
- Aktivitas farmakologi
- Flavonoid dalam makanan
Aktivitas farmotologi dianggap berasal dari rutin (glikesida flavaoid) yang digunakan untuk menguatkan susunan kapiler, menurunkan dan fragilitas pembuluh darah dan lain-lain. Gabor, et.al menyatakan bahwa flavonoid dapat diguakan sebagai obat karena mempunyai bermacam-macam bioaktivitas seperti: antiinflamasi, anti kanker, anti fertilitas, antidiabetes, antidepresent, diuretik dan lain-lain.
3. Senyawa Terpen
Senyawa terpen, pada awalnya merupakan suatu golongan senyawa yang hanya terdiri dari atom C dan H, dengan perbandingan 5 : 8 dengan rumus empiris C5H8 (unit isoprena), yang bergabung secara heat to tail (kepala ekor). Oleh sebab itu senyawa terpen lazim disebut isoprenoid. Terpen dapat mengandung dua, tiga atau lebih suatu isoprena. Molekul-molekulnya dapat berupa rantai terbuka atau siklik. Mereka dapat mengandung ikatan rangkap, gugus hidroksil, gugus karbonil atau gugus fungsional lain. Struktur mirip yang mengandung unsur-unsur lain disamping C dan H disebut terpenoid. Dewasa ini baik terpen maupun terpenoid dikelompokkan sebagai senyawa terpenoid (isoprenoid).
Terpena dapat mengandung dua, tiga atau lebih satuan isoprena. Molekul-molekulnya dapat berupa rankai-terbuka atau siklik
Gambar 3. Senyawa terpen dan terpenoid
Berdasarkan jumlah unit isoprena yang dikandungnya, senyawa terpenoid dibagi atas:
- Monoterpen ( dua unit isoprena)
- Seskiterpen ( tiga unit isoprena)
- Diterpen ( empat unit isoprena)
- Tritcrpena ( lima unit isoprena)
- Tetraterpen ( delapan unit isoprena)
- Politerpena ( banyak unit isoprena)
Monoterpen dan seskiterpen adalah komponen utama minyak esensial (minyak atsiri) yang dapat diperoleh dengan penyulingan. Vitamin A adalah suatu diterpenoid, skualena (terdapat dalam ragi, kecambah gandum, dan minyak hati ikan, karoten-karoten pigmen merah dan kuning tergolong tetraterpen, lateks (karet alam) adalah politerpen.
4. Steroid
Steroid adalah suatu kelompok senyawa yang mempunyai kerangka dasar siklopcntana perhidrofenantrena, mempunyai empat cincin terpadu.
Gambar 4. Steroid
Banyak steroid dapat diberi nama sebagai devirat struktur diatas, yang disebut kolesterol. Steroid terdapat dalam hampir semua sistem kehidupan. Dalam binatang banyak steroid bertindak sebagai hormon. Steroid ini demikian pula steroid sintetik digunakan meluas sebagai bahan obat. Senyawa-senyawa ini mempunyai efek fisiologis tertentu.
Beberapa steroid penting adalah kolesterol, yaitu steroid hewani yang terdapat paling meluas dan dijumpai pada hampir semua jaringan hewan. Batu kandung kemih dan kuning telur merupakan sumber yang kaya akan senyawa ini. Hormon-hormon seks yang dihasilkan terutama pada testes dan indung telur adalah suatu steroid. Hormon jantan disebut androgen dan hormon betina estrogen. dan harmon kehamilan progesteron.
Saponin merupakan senyawa glikosida kompleks yaitu senyawa hasil kondensasi suatu gula dengan suatu senyawa hidroksil organik yang apabila dihidrolisis akan menghasilkan gula (glikon) dan non-gula (aglikon). Saponin ini terdiri dari dua kelompok: saponin triterpenoid dan saponin steroid. Saponin banyak digunakan dalam kehidupan manusia, salah satunya banyak terdapat dalam lerak yang dapat digunakan untuk bahan pencuci kain (batik) dan sebagai shampo. Saponin dapat diperoleh dari tumbuhan melalui metoda ekstraksi, tanin, minyak atsiri dan polifenol.
Tridax procumbens L adalah salah satu bahan obat-obatan tradisional. Nama umumnya orang-aring. Batang dan daun Tridax procumbens L berkhasiat sebagai obat sakit perut, obat malaria. Untuk obat sakit perut dipakai ± 8 gra, batang dan daun herba segar Tridax procumbens L, dicuci, direbus dengan 2 gelas air selama 15 menit. Setelah dingin disaring. Hasil saringan diminum dua kali sama banyak pagi dan sore. Disamping itu daunnya juga digunakan untuk menutup bisul supaya lekas matang, rebusan daun diminum untuk memancarkan air susu dan juga dapat digunakan untuk menghitamkan dan menyuburkan rambut sehingga dipakai untuk bahan pembuatan shampoo.
Kandungan kimia batang dan daun Tridax procumbens L adalah steroid, sopanin, tanin, minyak atsiri dan polifenol. Untuk melihat/membuktikan metabolit sekunder yang terkandung dalam daun Tridax procumbens L maka dilakukan identifikasi alkaloid: metoda culvenor-Fitzgerald, identifikasi flavanoid: shinoda test/sianidin test, identifikasi steroid/terpenoid: metoda Lieberman-Buchard, identifikasi sopanin: uji basa.
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian tentang identifikasi senyawa organik Bahan alam dilakukan di Laboratorium Kimia Organik Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universits Negeri Padang pada tanggal 23 November 2007
B. Sampel Penelitian
Sampel yang digunakan adalah daun orang-aring yang diambil di tepi jalan Gajah I, Air Tawar Barat Padang.
C. Alat dan Bahan
Alat-alat yang digunakan:
- Lumpang 6. Corong
- Pisau/gunting 7. Pemanas
- Plat tetes 8. Pasir halus bersih
- Tabung reaksi 9. Kapas
- Pipet tetes
Bahan-bahan yang digunakan:
- Daun orang-aring
- Amoniak-kloform 0,05 N (1 ml amoniak dalam 250 ml kloform)
- H2S04 2 N
- Pereaksi Mayer
- Pereaksi Wagner
- Pereaksi Dragendrof
- Metanol
- Asam sulfat pekat
- Anhidrat asetat
- Asam klorida pekat
- Serbuk magnesium
D. Prosedur Kerja
1. Identifikasi Alkaloid: Metode Culvenor-Fitzgeraid.
- Kira-kira 4 gram sampel segar dirajang halus dan digerus dalam lumpang dengan bantuan pasir halus, lalu ditambahkan kloroform sedikit, digerus lagi sampai membentuk pasta.
- Tambahkan 10 ml larutan amonia-kloroform 0,05 N dan gerus lagi. Disaring campuran kedalam sebuah tabung reaksi kering.
- Ditambahkan 5 ml larutan H2S04 2 N, dan kocok kuat. Diamkan larutan sampai terbentuk dua lapisan.
- Dengan menggunakan pipet yang telah diberi kapas pada ujungnya untuk menyaring, ambil lapisan asam sulfat dan masukkan ke dalam tabung reaksi kecil (lapisan kloroform disimpan untuk pengujian terpenoid).
- Filtrat diuji dengan pereaksi Mayer, Wagner dan Dragendorf Terbentuk endapan putih atau keruh dengan pereaksi Mayer, endapan coklat dengan pereaksi Wagner atau endapan orange dengan pereaksi Dragendorf. Ini menunjukkan sampel mengandung alkaloid.
2. Identifikasi Flavonoid: Shinoda test/Sianidin test
Kira-kira 0,5 gram sampel yang telah dirajang halus, diekstrak dengan 5 ml methanol dan dipanaskan selama 5 menit dalam tabung reaksi. Ekstraknya ditambahkan beberapa tetes asam klorida pekat dan sedikit serbuk magnesium.
Bila terjadi perubahan warna menjadi merah/pink atau kuning menunjukkan sampel mengandung flavonoid.
3. Identifikasi steroid/terpenoid: Metode Lieberman-Burchard.
Beberapa tetes lapisan kloroform pada uji alkaloid, ditempatkan pada plat tetes. Tambahkan 5 tetes anhidrida asetat dan biarkan mengering. Kemudian tambahkan 3 tetes H2S04 pekat. Timbulnya warna merah jingga atau ungu menandakan uji positif terhadap terpenoid, sedangkan warna
biru menunjukkan uji positif untuk steroid.
4. Identifikasi Saponin: Uji Busa
Untuk identifikasi saponin ini sebaiknya digunakan sampel yang sudah dikeringkan, karena test yang digunakan adalah test pembentukan busa. Bila sampel segar/basah dididihkan dengan air suling, kemungkinan cairan sel akan membentuk busa bila dikocok.
Caranya: sampel kering dirajang halus, dimasukkan kedalam tabung reaksi dan ditambahkan air suling, didihkan selama 2 - 3 menit. Dinginkan, setelah dingin dikocok kuat-kuat. Ada busa yang stabil selama 5 menit berarti sampel mengandung saponin.
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Tabel 1. Hasil Pengamatan
Uji | Pereaksi | Hasil |
Alkaloid | - Mayer - Wagner - Dragendrof | Tidak terbentuk endapan putih/keruh, coklat, orange, dengan pereaksi mayer, wanger, dragendrof, sampel tidak mengandung alkaloid |
Flavonoid | Metanol, asam klorida pekat, dan serbuk magnesium | Tidak terjadi perubahan warna, sampel tidak mengandung flavonoid |
Steroid/terpenoid | Kloforom, anhidrida asetat dan H2S04 pekat | Terbentuk warna biru, sampel mengandung steroid |
Saponin | Air suling | Terbentuk busa yang stabil, sampel mengandung saponin |
B. Pembahasan
Percobaan identifikasi senyawa bahan alam yang bertujuan untuk mengidentifikasi adanya alkaloid, flavonoid, steroid, terpenoid dan saponin dalam daun orang-aring (Tridax procumbens L).
Hasil tes identifikasi yang dilakukan adalah
1. Identifikasi Alkaloid: metode Culvenol-Fitzgerald
Pada test ini, filtrat hasil ekstrak daun Tridax procumbens L dengan amoniak-kloroform yang ditambah H2S04 2 N dilakukan pengujian dengan:
- Pereaksi Mayer, terbentuk larutan bening
- Pereaksi Dragendrof, terbentuk larutan orange
- Pereaksi wage, terbentuk larutan orange
Dari hasil ini menunjukkan bahwa daun Tridax procumbens L tidak mengandung alkaloid karena tidak terbentuk endapan putih, endapan coklat, endapan orange jika direaksikan dengan pereaksi secara berturut-turut, pereaksi Mayer, Dragendorf, Wage.
2. Identifikasi flavonoid: Shinaida Test/Sianidin test
Pada tes ini, daun Tridax procumbens L diekstrak dengan metanol dan dipanaskan. Saat ekstrak ditamba HCl pekat dan sedikit serbuk Mg, maka pada larutan ekstrak terbentuk gelembung fas, karena serbuk Mg sedang bereaksi. Hasil yang diperoleh adalah terbentuk larutan kecoklatan, maka daun Tridax procumbens L tidak mengandung flavonoid karena tidak terbentuk larutan merah/pink atau orange.
3. Identifikasi steroid/terpenoid: metode Lieberman- Burchard
Pada tes ini menggunakan lapisan kloform pada uji lakoloid. Hasil yang diperoleh setelah lapisan kloform direaksikan dengan anhidrida asetat dan H2S04 2 N pekat maka terbentuk warna biru. Hal ini menunjukkan bahwa daun Tridax procumbens L mengandung steroid, sedangkan terpenoid tidak terdapat di dalam daun ini karena tidak terbentuk warna merah, jingga atau ungu.
4. Identifikasi Saponin: Uji busa
Pada tes ini, daun Tridax procumbens L setelah ditambah air suling, dipanaskan dan dikocok kuat membentuk busa. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa daun Tridax procumbens L mengandung saponin.
Dari hasil identifikasi metabolit sekunder maka daun Tridax procumbens L mengandung steroid dan saponin. Hasil ini sesuai dengan literatur bahwa kandungan kimia batang dan daun Tridax procumbens L adalah steroid, saponin, tanin, minyak atsiri dan polifenol. Batang dan daun Tridax procumbens L berkhasiat sebagai obat sakit perut, obat malaria. Disamping itu daunnya juga digunakan untuk menutup bisul supaya lekas matang, rebusan daun diminum untuk memancarkan air susu dan juga dapat digunakan untuk menghitamkan dan menyuburkan rambut sehingga dipakai untuk bahan pembuatan shampoo.
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Dari hasil penelitian yang dilakukan maka dapat disimpulkan:
- Daun orang-aring (Tridax procumbens L) mengandung steroid yang ditandai terbentuk warna biru
- daun orang-aring (Tridax procumbens L) mengandung saponin yang ditandai dengan terbentuknya busa yang stabil. Dengan mengandung saponin sehingga daun orang-aring dapat digunakan sebagai bahan pembuatan shampoo
- daun orang-aring (Tridax procumbens L) tidak mengandung alkaloid, flavonoid, dan terpenoid
- Dengan adanya kandungan kimia yaitu senyawa metabolit sekunder yang bersifat bioaktif pada batang dan daun orang-aring (Tridax procumbens L) maka orang-aring dapat dimanfaatkan untuk menutup dan berkhasiat sebagai obat sakit perut, obat malaria, daunnya digunakan untuk menutup bisul supaya lekas matang, rebusan daun diminum untuk memancarkan air susu dan dapat digunakan sebagai bahan pembuatan shampoo
B. Saran
Agar penelitian ini banyak mengenal bahan-bahan yang mengandung metabolit sekunder yang bersifat bioaktif yang terkandung dalam tumbuhan dengan menggunakan pereaksi kimia maka penulis menyarankan:
- Identifikasi dilakukan pada berbagai macam-macam tumbuhan, agar lebih banyak menemukan tentang senyawa-senyawa metabolit sekunder yang terkandung didalamnya
- Sampel harus dirajang halus kalau bisa digerus agar senyawa-senyawa metabolit sekunder didalam sampel keluar dan pada saat penambahan pereaksi kimia harus hati-hati dan teliti agar hasilnya maksimal.
- Peralatan laboran di tambah lebih banyak lagi terutama lumpang.
10. Daun Urang-aring
Tanaman urang-aring (Eclipta prostrata) masih belum banyak dibudibayakan, malah kebanyakan tumbuh liar di ladang atau tepian sungai. Ia tergolong tanaman rumput-rumputan, tingginya sampai 60 cm lebih.
Daunnya tunggal, bulat telur, berseling berhadapan, ujung runcing, tepi bergerigi, pertulangan menyirip, warna hijau, dan bisa dimakan sebagai sayur. Bunganya berwarna putih, baunya agak sedap, buahnya bulat-bulat,warna hitam. Kandungan yang sangat mencolok pada tanaman urang-aring adalah nikotina.
Ramuan:
Satu genggam daun urang-aring dicuci bersih lalu digiling halus.Selanjutnya diremas dengan dua gelas air matang, kemudian diperas dan disaring. Hasil saringan diletakkan di luar rumah, diembunkan dari pukul 19.00 sampai pagi. Berikutnya pada petang hari sesudah mandi dipakai untuk membasahi rambut dan kulit kepala sambil dipijit-pijit. Bungkus pakai handuk bersih sampai pagi.
Satu genggam daun urang-aring dicuci bersih lalu digiling halus.Selanjutnya diremas dengan dua gelas air matang, kemudian diperas dan disaring. Hasil saringan diletakkan di luar rumah, diembunkan dari pukul 19.00 sampai pagi. Berikutnya pada petang hari sesudah mandi dipakai untuk membasahi rambut dan kulit kepala sambil dipijit-pijit. Bungkus pakai handuk bersih sampai pagi.
DAFTAR PUSTAKA
Fessenden, & Fessenden. 1982. Kimia Organik Jilid II. Jakarta: Erlangga
Hart, Harold. 1990. Kimia Organik. Jakarta: Erlangga
Tjitrosoeparno, Gembong. 2002. Taksonom Tumbuhan (Spermatophyta). Yogyakarta : Gajahmada University Press
http/geogle.com. 13 Desember 2007. Cakrawala Tanaman Obat. LIPI
http/wikipedia.com. 13 Desember 2007. Obat Tradisional
Tim Kimia Organik. 2007. Penuntun Praktikum Kimia Organik II. Padang: FMIPA UNP
No comments:
Post a Comment