Automatic translation of this blog page

Thursday, August 30, 2012

Senyawa organik bahan alam pada Manihot utilissima


1.1  Latar Belakang
Senyawa organik bahan alam adalah senyawa organik yang merupakan hasil proses metabolisme dalam organisme hidup. Dewasa ini yang dimaksud senyawa organik bahan alam adalah terbatas pada senyawa – senyawa yang di kenal sebagai senyawa metabolit sekunder.
Senyawa metabolit sekunder adalah senyawa-senyawa dari hasil metabolit sekunder, yang tidak terdapat merata dalam makhluk hidup dan ditemukan dalam jumlah yang sangat sedikit. Pada akhir abad ke-18 Schele misalnya telah mengekstraksi beberapa senyawa organik sederhana baik sumbernya dari tumbuhan  maupun dari hewan antara lain gliserol, asam oksalat, asam sitrat dan laktat.
Pada tahun 1806 Sertuner memperoleh morfin dari opium dan 15 tahun  kemudian Pollitier dan Caventov telah dapat mengisolasi striknin, brusim. Kuinin, sinkonin,  dan kafein. Senyawa – senyawa tersebut merupakan bahan alam yang dapat diisolasi untuk pertma kali dalam keadaan murni. Setelah itu, isolasi bahan
Alam berkembang makin lama makin pesat terutama setelah penemuan alat teknik dan instrumen yang makin mutakhir.
Penggunaan senyawa organik bahan alam khususnya tanaman daun ketela pohon / daun singkong berkaitan dengan kandungan kimia yang terdapat didalamnya zat bioaktif yang digunakan sebagai obat sehingga dapat dikatakan jika tanaman tersebut tidak mengandung zat bioaktif maka tanaman tersebut tidak dapat digunakan sebagai obat. Senyawa bioaktif yang terdapat dalam tumbuhan buasanya merupakan senyawa metaolit sekunder seperti alkaloid, flavonoid,   steroid, terpenoid, saponin dll.
1.2  Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan paper ini adalah untuk mengetahui bahwa tanaman ketela pohon adalah tanaman yang dapat digunakan sebagai obat karena mengandung zat bioaktif seperti : alkaloid, flavonoid, terpenoid dan saponin.
1.3  Batasan Masalah
Dalam penulisan paper ini penulis mengidentifikasi senyawa organik bahan alam, khususnya daun ketela pohon  yang dapat digunakan sebagai tanaman obat karena mengandung zat bioaktif seperti : alkaloid, flavonoid, terpenoid dan saponin didalamnya.
1.4  Manfaat Penulisan
Manfaat dari penulisan paper ini yaitu pembaca bisa menggunakan dan memanfaatkan  tanaman yang selama ini mungkin dianggap sebagai tanaman yang tidak berguna seperti ketala pohon. Dengan paper ini pembaca menyadari bahwa ketela pohon dapat digunakan sebagai obat karena mengandung zat bioaktif seperti : alkaloid, flavonoid, terpenoid dan saponin.
2.1  Botani Tumbuhan
Tanaman ini lebih dikenal dengan nama Manihot utilissima Crantz. Tanaman yang tidak bercabang atau bercabang sedikit dengan tinggi 2-7 m.Batang dengan tanda berkas daun yang bertonjolan. Umbi akar besar, memanjang, dengan kulit berwarna coklat suram. Tangkai daun 6-35 cm, helaian daun sampai dekat pangkal berbagi menjari 3-9 (daun yang tertinggi kerapkali bertepi rata). Daun penumpu kecil, rontok. Bunga dalam tandan yang tidak rapat, 3-5 tandan terkumpul pada ujung batang,pada pangkal dengan bunga betina, lebih atas dengan bunga jantan.
Di Amerika yang Tropis banyak ditanam sebagai tanaman pangan yang sangat penting. Dari banyak jenis yang ada, terdapat beberapa yang beracun karena kadar asam cyan yang tinggi, di mana umbinya sama sekali tidak dapat dipergunakan sebagai makanan. Hanya setelah mengalami perlakuan tertentu dapat dimakan, jenis ini dapat digunakan dalam pembuatan tepung. Daun yang muda dapat dimakan sebagai lalap.
Makanan yang sehat dan sangat disenangi adalah yang dinamai peuyeum atau tape yang dibuat dengan meragi umbi yang sebelumnya telah direbus. Nama Melayu dari ketela pohon adalah : ubi kayu, ubi Gajah Sumatera : gadung, ketela Jawa : Kaspa Sulawesi : Batata Kayu Kalimantan Peti Kayu. Fungsi pada Manihot esculenta : ubinya dimakan buat kanji. Daun : beri-beri, rachitis. Akar yang telah dibuat tape : Bisul dan borok. Pati Akarnya : Mencret



Gambar 1. Daun ketela pohon
Klasifikasi Ilmiah
Kingdom :  Plantae  (tumbuhan)
Divisio    :  Magnoliophyta
Kelas       :  Magnoliopsida   
Ordo       :  Euphorbiales
Familia   :  Euphorbiaceae
Genus     :  Manihot
Spesies   :  Manihot esculenta Crantz



            Tumbuhan ini berasal dari Brazilia dan memiliki mencapai ketinggian sehingga 2 meter,dan mempunyai rizom atau ubi yang besar, dan berbentuk silinder serta kaya akan kanji. Bagian yang beracun: rizom (ubi), getah. Bahan aktif : linamarin (yang akan bertukar kepada hidrogen sianida, aseton dan glukos), lotaustratin, hidrogen sianida (asid prussic). Apabila di makan, hidrogen sianida akan terhasil dan menyerap ke dalam aliran darah lalu bergabung dengan hemoglobin di dalam sel darah merah.
Keadaan ini menyebabkan oksigen tidak dapat di edarkan di dalam sistem badan. Seterusnya tanda keracunan berikut akan dapat di lihat dari kadar pernafasan meningkat dan kelihatan seperti denyutan nadi meningkat, kekejangan otot, pucat, lemah , rasa loyo, muntah, sakit perut, koma dan bisa menyebabkan kematian. Getah tumbuhan ini juga bisa menyebabkan keradangan pada kulit. Anatomi Manihot esculenta : daun ketela pohon (Manihot esculenta) termasuk daun tunggal. Jadi pada satu tangkai ada satu helai, pada ketiak daun terdapat tunas. Merupakan tumbuhan monokotil.
Struktur Daun         
Secara garis besar daun terdiri dari jaringan epidermis, mesofil dan berkas pengangkut. Sel epidermis terletak paling luar dilapisi oleh selapis kutikula. Pada tumbuhan monokotil tidak adanya differensiasi spons parenkim dan parenkim palisade. Pada parenkim palisade terdapat variasi sel parenkim seperti sel minyak, sel lendir dan ergastik sel.
Struktur  Batang
Terdiri atas jaringan gabus, jaringan korteks, berkas pengangkut dan empulur batang. Pada batang monokotil, jaringan pengangkut tersusun dalam berkas-berkas dan tersebar di seluruh permukaan batang. Berkas-berkas pengangkut dikelilingi oleh jaringan parenkim.
Struktur Akar
Susunannya adalah epidermis, parenkim korteks, selapis sel endodermis dan stele akar. Xilem tidak berkembang sampai tengah lingkaran pusat akar sehingga tidak memiliki parenkim empulur fisiologi Manihot esculenta.
Pada tanaman ini terjadi proses fotosintesis, karena pada tanaman ini memiliki kolofil yang merupakan pigmen fotosintetik. Pigmen fotosintetik ini berfungsi menyerap cahaya merah dan biru, serta memantulkan cahaya hijau. Klorofil terdiri dari klorofil a dan klorofil b. Klorofil b berfungsi menyerap energi foton cahaya matahari kemudian menyalurkannya ke klorofil a. Pada klorofil a, terdiri dari P700 dan P680 masing-masing untuk fotosistem I dan Fotosistem II. Dengan adanya beberapa karotenoid, memungkinkan perluasan spektrum dari warna-warna yang dapat menggerakkan fotosintesis dan selain itu juga sebagiannya lagi berfungsi dalam fotoproteksi.
Kandungan yang terdapat pada ketela pohon adalah HCN. HCN ini merupakan racun sel yang dapat menyebabkan perlemakkan di hati. Kadar glukosa dan alkohol dari umbi akar M. Esculenta jenis SPP (sao pedro petro) lebih besar dari kadar glukosa dan alkohol dari umbi akar jenis biasa.
Glukosa ditetapkan kadarnya dengan metode enzimatis 600-PAP. Kadar glukosa untuk M.esculenta jenis biasa adalah 8,36 g % 1,11 g %. Untuk jenis SPP kadarnya 17,6 g % 0,43 g %. Etanol ditetapkan kadar dengan metode bobot jenis, kadar alkohol untuk M.esculenta jenis biasa 2,24 % v/v 0,31 % v/v dan 2,40 % b/b 0,39 % b/b.Jenis SPP kadar alkoholnya 5,39 % v/v 0,51 % v/v dan 4,27 % b/b 0,375 b/b.Selain itu ketela pohon terdapat kandungan rutin yang berasal dari flavonoid dan falavonoid ini dari tumbuh-tumbuhan.
2.2  Senyawa Metabolit Sekunder
a.      Alkaloid
Alkaloid merupakan suatu senyawa organik yang mengandung nitrogen (N), dimana biasanya dalam bentuk siklik dan bersifat basa. Harborner dan Turner (1984) mengungkapkan bahwa tidak satupun definisi alkoloid yang memuaskan, tetapi umumnya alkoloid adalah senyawa metabolit sekunder yang bersifat basa,yang mengandung satu atau lebih atom nitrogen, biasanya dalam cincin heterosiklik, dan bersifat aktif biologis menonjol. Senyawa ini tersebar luas dalam dunia tumbuh-tumbuhan dan banyak diantaranya yang mempunyai efek fisiologis yang kuat. Beberapa dari efek tersebut telah dikenal dan dimanfaatkan oleh manusia primitif jauh sebelum ilmu kimia organik berkembang. (Rangke, 1998 : 133)
Alkaloid menurut Winterstein dan Trier didefinisikan sebagai senyawa yang bersifat basa, mengandung atom nitrogen yang berasal dari tumbuhan dan hewan. Alkaloid seringkali beracun bagi manusia dan banyak yang mempunyai kegiatan fisiologi yang menonjol, jika digunakan secara luas dalam bidang pengobatan. Alkaloid biasanya tidak bewarna, seringkali bersifat optis aktif, kebanyakan berbentuk kristal hanya sedikit yang berbentuk cairan (misalnya nikotina) pada suhu kamar.
Secara umum, golongan senyawa alkaloid mempunyai sigat – sifat sebagai berikut :
a.       Biasanya merupakan kristal tak bewarna, tidak mudah menguap, tidak larut dalam air, larut dalam pelarut organik seperti etanol, eter dan kloroform.
b.      Bersifat basa, pada umumnya beberapa pahit, bersifat racun, mempunyai efek fisiologis secara optis aktif.
c.       Dapat membentuk endapan dengan larutan asam fosfowolframat, asam fosfomolibdat, asam pikrat, kalium merkuriiodida dan lain sebagainya. Dari endapan – endapan ini, banyak juga yang memiliki bentuk kristal yang khusus sehingga sangat bermanfaat  dalam identifikasinya.
Senyawa alkaloid dapat diklasifikasikan dari gugus fungsi yang dikandungnya : (Rangke, 1998 : 133)
a.       Alkaloid feniletamin, misalnya efedrin.
b.      Alkaloid pirolidin, misalnya higrin dari koka.
c.       Alkaloid piridin, misalnya asam nikotinat.
d.      Alkaloid perpaduan pirolidindan piridin, misalnya nikotin.
e.       Alkaloid kuinolin, misalnya kuinin.
f.       Alkaloid isokuinolin, misalnya papaverin.
g.       Alkaloid fenantrena, misalnya emetin.
h.      Alkaloid indole yang masih dapat digolong – golongkan menjadi :
a)      Alkaloid sederhana, misalnya triptamin.
b)      Alkaloid ergot, misalnya serotonin.
c)      Alkaloid hermala, misalnya β-karbolin.
d)      Alkaloid yahimbe, misalnya reserpin.
e)      Alkaloid strychnos, misalnya brusin dan strinkin.

b.Flavonoid
Flavonoid merupakan suatu kelompok yang termasuk ke dalam senyawa fenol yang terbanyak dialam, senyawa-senyawa  flavonoid ini bertanggung jawab terhadap zat warna ungu, merah, biru dan sebagian zat warna kuning dalam tumbuhan. Berdasarkan strukturnya senyawa flavonoid merupakan turunan senyawa induk “flavon” yakni nama sejenis flavonoid yang terbesar jumlahnya dan lazim ditemukan, yang terdapat berupa tepung putih pada tumbuhan primula.
Sebagian besar flavonoid yang terdapat pada tumbuhan terikat pada molekul gula sebagai glikosida, dan dalam bentuk campuran, jarang sekali dijumpai berupa senyawa tunggal. Disamping itu sering ditemukan campuran yang terdiri dari flavonoid yang berbeda kelas.
Flavonoid dalam tumbuhan mempunyai empat fungsi :
a)      Sebagai pigmen warna
b)      Fungsi patologi dan sitologi
c)      Aktivitas farmakologi
Dianggap berasal dari rutin (glikosida flavonol) yang digunakan untuk menguatkan susunan kapiler, menurunkan permeabilitas dan fragilitas pembuluh darah dll. Gabor et al menyatakan bahwa flavonoid dapat digunakan sebagai obat karena mempunyai bermacam – macam bioaktivitas seperti antiinflamasi, antikanker, antifertilitas, antiviral, antidiabetes, antidepresant, diuretik dll.
d)      Flavonoid dalam makanan.

c.       Terpenoid
Banyak tumbuhan (bunga, daun, buah, biji atau akar) yang berbau harum. Bau harum itu berasal dari senyawa yang terdiri dari 10 dan 15 karbon yang disebt terpen. Golongan senyawa ini dapat dipisahkan dari tumbuhan sumbernya melalui destilasi uap atau secara ekstraksi dan dikenal dengan nama minyak atsiri. Beberapa contoh minyak atsiri, misalnya minyak yang diperoleh dari cengkeh, bunga mawar, serai (sitronela), cukaliptus, pepermint, kamfe, sedar (tumbuhan cedrus) dan terpentin. Senyaea organik bahan alam golongan minyak atsiri sangat banyak digunakan dalam industri wangi – wangian (perfumery), makanan dan obat – obatan.
Senyawa terpen pada awalnya merupakan suatu golongan senyawa yang hanya terdiri dari atom C dan H, dengan perbandingan  5 : 8 dengan rumus empiris C5H8 (unit isopren), yang bergabung secara head to tail (kepala – ekor). Terpenoid sama halnya dengan senyawa terpen tapi mengandung gugus fungsi lain seperti gugus hidroksil, aldehid dan keton. Dewasa ini terpen maupun terpenoid dikelompokkan sebagai senyawa terpenoid ( isoprena).
Berdasarkan jumlah unit isoprena yang dikandungnya, senyawa   terpenoid terbagi atas :
a.       Monoterpena (dua unit isoprena)
b.      Seskuiterpena (tiga unit isoprena)
c.       Diterpena (empat unit isoprena)
d.      Triterpena (enam unit isoprena)
e.       Tetraterpena (delapan unit isoprena)
Monoterpen dan seskuiterpen adalah komponen utama minyak essensial (minyak atsir) yang dapat diperoleh dengan penyulingan. Vitamin A adalah suatu diterpenoid, skualen tergolong triterpenoid yang dijumpai dalam minyak atsiri hati ikan, karoten – karoten pigmen merah dan kuning tergolong tetraterpen, lateks (karet alam ) adalah politerpen.


d.Steroid
Secara sederhana steroid dapat dioartkan sebagai kelas senyawa organik bahan alam yang kerangka strukturnya terdiri dari androstan (siklopentanofenantren), mempunyai empat cincin terpadu. Senyawa ini mempunyai efek fisiologis tertentu.
Sebagian besar dari steroid mempunyai sifat sebagai berikut:
·         Mengandung gugus fungsi oksigen (sebagai = O atau OH) pada C3
·         Mengandung gugus samping pada C17
·         Banyak yang mengandung ikatan rangkap C4 – C5 atau C5 – C6
Beberapa steroid penting adalah kolesterol, yaitu steroid hewani yang terdapat paling meluas dan dijumpai pada hampir semua jaringan hewan. Batu kandung kemih dan kuning telur merupakan sumber yang kaya akan senyawa ini. Hormon-hormon seks yang dihasilkan terutama dalam testes dan indung man seks yang dihasilkan terutama dalam testes dan indung telur adalah suatu steroid. Hormon jantan disebut androgen dan hormon betina estrogen, dan hormon kehamilan progestin.

e.       Saponin
Saponin merupakan  suatu senyawa glikosida kompleks yaitu senyawa hasil kondensasi suatu gula dengan suatu senyawa hidroksil organik yang apabila dihidrolisis akan menghasilkan gula (glikon) dan non-gula (aglikon), saponin ini terdiri dari dua kelompok : saponin triterpenoid dan saponin steroid. Saponin banyak digunakan untuk bahan pencucui kain (batik) dan sebagai shampo. Saponin dapat diperoleh dari tumbuhan melalui metode ekstraksi.

A.     Waktu Pelaksanaan
Hari           : Jumat
Tanggal      : 23 November 2007
Waktu        : 07.00 – 09.40 WIB
B.     Sampel Penelitian
·         Daun ketela pohon
C.     Alat dan Bahan
Alat     :  Lumpang, pisau/gunting, plat tetes, tabung reaksi, pipet tetes, corong, pemanas, pasir halur bersih, kapas.
Bahan    :    Daun ketela pohon hijau, amoniak – kloroform (NH3-CHCl3) 0.05 N, H2SO4 2 N, pereaksi mayer, pereaksi wagner dan Dragendorf, metanol, asam sulfat pekat, anhidrida asetat, asam klorida pekat sebuk magnesium.

D.     Prosedur Kerja
1.                                                             Identifikasi Alkoloid : Metoda Culvenor  - Fitzgerald
                         4 gram sampel segar
                                                dirajang halus dan digerus

                Didalam lumpang dengan bantuan pasir
                                                ditambah

                                  Kloroform
                                                 digerus

                             Membentuk pasta
                                      ditambah

                      10 ml larutan ammoniak – kloroform 0,05 N
                                                              disaring

                        Campurkan kedalam tabung reaksi kering
                                                              ditambah

                                         5 ml larutan H2SO4 2N
                                                               didiamkan

                                            Terbentuk 2 lapisan
                                                               diambil

                                           Lapisan asam sulfat
                                                              dimasukkan

                                         Kedalam tabung reaksi
                                                              diuji

                    Filtrat dengan pereaksi Mayer, Wagner dan Dragendorf
                                                              tes positif alkaloid

                                  Endapan putih : pereaksi Mayer
                                  Endapan coklat : pereaksi Wagner
                                  Endapan orange : pereaksi Dragendorf

  1. Identifikasi Flanoid : Sianidin test
                                 0,5 gram sampel
                                                   diekstrak

                                  dengan 5 ml air
                                                  dipanaskan

                                selama 5 menit  
                                                  ditambah

                5 tetes HCl pekat dan sedikit serbuk Mg
                                                  tes positif flavonoid

            warna berubah menjadi merah / pink atau kuning


  1. Identifikasi steroid/terpenoid : Metode Liebermen – Burchard
                                    3 tetes lapisan kloroform
  diteteskan

                                              Pada plat tetes
                                                             ditambah

                         5 tetes anhidrida asam asetat dibiarkan mengering
                                                             ditambah

                                         3 tetes H2SO4 pekat
                                                              tes positif triterpenoid

                                        Warna merah jingga / ungu
                                                                          tes positif steroid

                                               Warna biru

  1. Identifikasi saponin : uji busa
         Sampel kering
                          dirajang halus

                                    Dimasukkan ke dalam tabung reaksi
 ditambah

                                                 Air suling
                         dididihkan

                                           Selama 2 – 3 menit
          didinginkan

                                               Dikocok kuat
                      tes positif saponin

                                 Adanya busa stabil selama 5 menit
                                    Data Hasil
Tabel 1. Data hasil identifikasi senyawa Bioaktif dari Daun Ketela Pohon
Uji
Metoda
Hasil
Keterangan
Alkoloid
Metode Culvenor - Fitzgerald
+
Dengan adanya endapan putih keruh.

Flavonoid

Shinoda Test / Sianidin Test
+
Terjadi perubahan warna jadi kuning.
Terpenoid
Lieberman – Bulchard
+
Dengan adanya terbentuk warna merah jingga / ungu.
Steroid
Lieberman – Bulchard
-
-
Saponin
Uji busa
+
Adanya busa yang stabil selama 5 menit.

                                    Pembahasan
1.      Identifikasi Alkaloid
 Pada identifikasi alkaloid ini  digunakan metoda Culvenor – Fitzgerald. Filtrat yang diperoleh dengan cara marajang halus dan menggerus sampel dalam lumpang kemudian ditambahkan amoniak – kloroform 0,05 N, larutan H2SO4 diuji dengan beberapa pereaksi. Berdasakan data yang diperoleh, diketahui bahwa daun ketela pohon mengandung alkaloid. Hal ini ditunjukkan dengan adanya endapan putih keruh ke filtrat direaksikan dengan pereaksi Mayer. Hal ini sesuai dengan literatur yang ada. Pada identifikasi alkaloid ini tidak hanya pereaksi Mayer yang digunakan sebagai pereaksi, tapi masih ada pereaksi lain yang digunakan yaitu pereaksi Wagner yang ditandai dengan adanya endapan coklat dan selanjutnya pereaksi Dragendorf ditandai dengan adanya endapan orange. Namun, setelah percobaan ternyata daun ketela pohon bereaksi positif dengan pereaksi Mayer terbukti dengan adanya endapan putih keruh.

2.      Identifikasi Flavonoid
Pada identifikasi flavonoid, sampel juga dirajang halus kemudian di ekstrak dengan metanol dan dipanaskan selama 5 menit. Ketika pada penambahan berikutnya yaitu penambahan beberapa tetes asam klorida dan sedikit serbuk Mg terjadi perubahan warna menjadi kuning. Hal ini menunjukkan bahwa daun ketela pohon mengandung flavonoid karena terbukti pada percobaan daun ketela pohon terdapat warna kuning. Flavonoid mempunyai banyak fungsi seperti : sebagai pigmen warna, funsi fisiologi dan patologi, fungsi farmakologi dan flavonoid dalam makanan, antiflamasi, antikanker, antifertilitas, antiviral, anidiabetes, antidepresant, diuretik dll.

3.      Identifikasi steroid/terpenoid
Pada identifikasi steroid, lapisan kloroform yang diperoleh pada uji alkaloid ditempatkan pada plat tetes dan dikeringkan. Kemudian ditambahkan 3 tetes H2SO4 pekat. Pada percobaan diperoleh warna merah jingga / ungu pada plat tetes. Hal ini, menunjukkan bahwa ketela pohon mengandung terpenoid dan tidak mengandung steroid karena pada percobaan tidak diperoleh perobahan warna biru. 

4.      Identifikasi Saponin
Pada identifikasi saponin, dilakukan dengan menggunakan sampel yang telah dikeringkan untuk kemudian dihaluskan. Lalu ditambahkan dengan air suling dan dididihkan selama 2 – 3 menit. Lalu didinginkan, setelah dingin di kocok kuat – kuat. Pada pengocokkan yang dilakukan terbentuk busa. Hasil poisitif karena adanya busa stabil selama 5 menit.
4.1  Kesimpulan
Dari percobaan diatas dapat disimpulkan bahwa :
1.      Daun ketela pohon mengandung berbagai senyawa – senyawa kimia bermanfaat seperti alkaloid, flavonoid, terpenoid dan juga saponin. Hal ini dapat dibuktikan dengan tes positif saat melakukan percobaan sehingga dapat ditarik kesimpulannya.
2.      Ketela pohon banyak ditanam sebagai tanaman pangan yang sangat penting, dimana  daun yang muda dapat dimakan sebagai lalap.
3.      Daun ketela pohon steroid, karena memberikan hasil yang negatif dari tes ini.
4.2   Saran
Untuk paper ini disarankan dalam pengidentifikasikan senyawa – senyawa dalam daun ketela pohon bila harus menggunakan tanaman yang segar, diharapkan diambil beberapa saat sebelum pengidentifikasian. Tidak dibiarkan selama berjam – jam karena bisa saja senyawa yang sebenarnya ada dalam tanaman tidak teridentifikasi karena senyawanya sudah rusak. Namun selain itu, praktikan juga harus teliti dalam mengidentifikasi senya organik senyawa organik bahan alam. Karena ketelitian dan juga keadaan dari bahan – bahan yang digunakan pada percobaan sangat menentukan hasil percobaan.
DAFTAR PUSTAKA
Fessenden, Fessenden. 1982. Kimia Organik Jilid 2. Jakarta: Erlangga.
Tarmizi, 2008. Pereaksi Kimia.Padang:UNPPress
Hart, Harold. 1990. Kimia Organik. Terjemahan Suminar Achmad. Jakarta : Erlangga.
L. Tobing, M.Sc., Rangke. 1989. Kimia Bahan Alam. Jakarta: Depdikbud.
Muhlisah, Ir. Fauziah. 1996. Tanaman Obat Keluarga. Jakarta : Penebar Swadaya.
Tim Kimia Organik. 2007. Penuntun Pratikum Kimia Organik 2. Padang: FMIPA UNP.

No comments:

Post a Comment

Tumbuhan Obat

Followers