By Tarmizi, B.Sc., S,Pd
Sebelum Masehi biji lada sudah dikenal sebagai
komoditi perdagangan yang mempererat hubungan Timur dan Barat. Dalam abad
pertengahan 600-1500 pedagang-pedagang Arab mengangkut biji lada dari Pantai
Malabar India ke negaranya untuk ditransfer ke Alexandria dan Itali.
Perdagangan lada kian hari kian meningkat. Dalam awal tahun 1180 di London
dibentuk suatu organisasi (gilde) oleh pedagang-pedagang lada. Hubungan
perdagangan lada antara Jawa dan Cina tereatat mulai tahun 1200.
Senyawa kimia
|
Lada hitam
|
Lada putih
|
Kadar air %
|
8 ‑ 13
|
9,9 - 15
|
Zat protein %
|
11
|
11
|
Zat karbohidrat %
|
22 – 42
|
50 ‑ 65
|
Minyak atsiri %
|
1-4
|
kurang dari lada hitam
|
Piperine (alkaloid) %
|
5-9
|
5-9
|
Zat anorganik
|
Lada hitam
|
Lada putih
|
||
Zat P20 %
|
11,2
|
20,8
|
||
Zat Sulfur %
|
8,6
|
4,1
|
||
\Zat K 20 %
|
29,8
|
17,1
|
||
Zat kapur CaO %
|
16,1
|
18,1
|
||
Dalam tahun 1492, Columbus memulai pelayarannya untuk
mencari sumber-sumber lada. Ia berlayar ke arah Barat dari Spanyol, dan
menemukan Wes-India dan bukannya Oost Indie yang kesohor kaya dalam bidang
rempah-rempah.
Columbus
Columbus
Setelah Benua
Afrika ditemukan oleh Columbus, maka dalam tahun 1498 Vasco de Gama dari
Portugal memulai pelayarannya mengintari Tanjung Harapan dan menemukan daerah
lada yang berada di Malabar India, Malaysia dan Goa. Sejak saat itulah
perdagangan lada di bawah monopoli orang‑orang Portugal.
Mulai dengan lada
dan rempah-rempah lain, berkembanglah penjajahan orang‑orang Barat terhadap
orang-orang Asia termasuk 1ndonesia. 1
Tanaman lada yang
sekarang banyak ditanam di Indonesia ada kemunrlcinan berasal dari. India. sebab
pada tahun 1000-600 SM. banyak koloni Hindu yang datang ke Jawa. Pada abad XVI
tanaman lada di Indonesia baru diusahakan secara kecil-kecilan di Jawa. Tetapi
awal abad XVIII, tanaman tersebut telah diusahakan secara besar-besaran.
Tinjauan Tentang Lada
Berdasarkan cara pengolahannya lada ini didapatkan dua, jenis, yaitu
lada bitam dan lada putih. Pengolahan lada hitam.
Untuk membuat
lada hitam hasil pemetikan buah lada pada hari itu juga ditimbun selama dua
tiga hari. Dalam keadaan diperam tersebut kulit buah berubah warna jadi hitam.
Pemeraman tersebut di atas dapat diganti dengan merendam sejenak buah lada
dalam air panas.
Pemeraman
dilanjutkan dengan penjemuran di bawah tarik matahari hingga kering. Seluruh
buah yang melekat pada tangkai malai dilepaskan dengan cara menginjak-injaknya.
Hasil penjemuran berbentuk.buah lada yang hitam kelam, kulitnya keriput,
kemudian dibersikikan dari segala kotoran.
Tanda-tanda lada
hitam sudah cukup kering, ialah bila digenggam dalam tangan erat-erat, dan
dilepaskan, buah keseluruhannya akan cepat bercerai‑cerai. Dari 100 kg buah
hijau segar diperoleh 33‑36 kg lada hitam kering.
Pengolahan lada. putih
Hasil pemetikan
buah lada setiap hari, tanpa penundaan, segera dimasukan ke dalam keranjang
atau karung. Kemudian dimasukkan ke dalam air yang mengalir atau bak yang
airnya tidak mengalir.
Perlu
diperhatikan untuk tida mengiikut sertakan buah lada yang berjatuhan di atas
tanah yang sudah membusuk. Buah lada yang membusuk ini bila dilah menjadi lada
putih akan menghasilkan lada yang kering dan berbau apek bila disimpan agak
lama. Maka buah lada yang sudah membusuk akan menurunkan kualitas, khususnya
untuk lada ekspor.
Kualitas air
sangat menentukan kualitas lada putih. Air yang keruh banyak mengandung lumpur,
atau berasal dari daerah tanah gambut yang berwarna coklat kehitam-hitaman dan
tidak mengalir akan menghasilkan lada yang warnanya keabu-abuan atau
kehitam-hitaman.
Tidak meratanya
tingkat kemasakan buah, misalnya banyak buah yang masih hijau dapat
menghasilkan lada yang bercampur baur dengan biji yang berwarna
kehitam-hitaman.
Buah lada yang
masin hijau dagingnya, tidak bisa lekas lumat, memerlukan perendaman dan
penjemuran dua kali, dengan akibat warna kehitam‑hitaman tersebut di atas.
Lada putih yang
warnanya kehitam-hitaman, biasanya sukar untuk dipisahkan dengan lada putih
yang bersih.
Perendaman
berlansung 7-10 hari, yang dilansungkan dengan membersihkan biji dari kulit
atau daging yang sudah membusuk. Membersihkan biji dalam keranjang, menginjak‑injak
dengan kaki dalam air yang mengalir akan menghasilkan lada yang putih bersih.
Bila tidak ada
air yang mengalir, maka lada ditempatkan dalam bak atau ember, kemudian
diinjak-injak. Setelah itu dicuci beberapa kali untuk dibersihkan dari segala
tangkai dan kulit.
Seusai
pembersihan dilanjutkan dengan penjemuran di bawah sinar mata hari. Namun ada
pula yang mengadakan perendaman sekali lagi selama 1‑2 hari untuk lebih
meningkatkan kualitas.
C. Bercocok Tanam Lada
1. Botani tanaman lada
TANAMIAN termasuk
famili Piperaceae, yang terdiri dari 10-12 genera atau marga. Banyaknya spesies
1400, yang bentuknya beraneka ragam, dari herba, semak-semak, tanaman menjalar
hingga pohon‑pobonan. Sifat-sifat
tanaman lada.
tanaman lada.
Lada Indonesia dikenal dengan nama Muntok White Pepper untuk lada putih dan Lampong Black Pepper untuk lada hitam.
Lada juga disebut sebagai raja dalam kelompok rempah-rempah (King of Spices) karena lada merupakan bahan baku industri makanan siap saji, obat-obatan, kosmetik yang paling banyak diperdagangkan.
Kalimantan Barat merupakan salah satu provinsi penghasil lada terbesar setelah Lampung dan Bangka Belitung.
Saat ini Kalbar memiliki produksi lada terbesar kelima se-Indonesia. Khusus Kalbar, Kabupaten Bengkayang adalah penghasil terbesar disusul Kabupaten Sambas. http://beta.kidnesia.com/Kidnesia2014/Indonesiaku/Teropong-Daerah/Kalimantan-Barat/Hasil-Bumi/Lada
a. Akar
Dikenal dua jenis
akar, yang dalam hakekatnya adalah sejenis, karena ada perbedaan letak,
akibatnya terdapat fungsi yang berlainan.
1. Akar-akar yang tumbuh dari buku di dalam tanah, membentuk akar
lateral dan berfungsi sebagai akar pengisap zat makanan (feeding roots).
2. Akar tumbuh dari buku-buku di atas tanah berfungsi sebagai akar
pelekat, yang menopang batang pokok.
b. Batang pokok dan cabang
Tanaman lada yang berbatang pokok satu pada hakekatnya
membentuk dua jenis cabang (dimorphicy) ialah:
1. cabang orthotropis (vertikal)
2. cabang plagiotropis (horisontal).
Cabang-cabang orthotropis yang tumbuhnya vertikal
membentuk kerangka dasar pohon lada, berdiameter 4-6 cm, mengayu dan terdiri
dari ruas‑ruas yang rata-rata panjangnya 5-12 cm. Dari buku-buku antar ruas
yang agak membengkak pertumbuhannya, tumbuh sehelai daun dan kuntum yang dapat tumbuh
menjadi cabang yang plaglotropis dan akar
akar pelekat.
Kedua jenis batang tersebut bercabang‑cabang yang orthotropis tumbuhnya naik ke
atas dan yang plagiotropis membentuk cabang dan ranting yang tumbuhnya ke
samping (lateral) dan biasa berbunga serta berbuah. Cabang‑cabang plagiotropis
yang lateral itu buku‑bukunya tidak berakar. Maka untuk pembibitan dimamfaatkan
cabang-cabang orthotropis.
c. Daun
Daun bentuknya sederhana, tunggal, bentuk bulat telur, meruncing pucuknya,
bertangkai panjang 2-5 cm dan membentuk auran di bagian atasnya. Ukuran daun
8-20 x 4-12 cam. Berurat 5-7 lielai, hijau tua warnanya, mengkilau bagian
atasnya pucat di bagian bawah. Di bagaian bawah ini nampak titik‑titik
kelenjar. Bentuk daun lada beraneka ragam, perbedaan ini berdasarkan letak
tumbuhnya.
d. Bunga lada
Bunga tanaman
lada berbentuk Malai, Yang agak menggelantung, panjang 3‑25 cm, tidak
bercabang, berporos tunggal, di mana tumbuh bunga kecil‑kecil berjumlah hingga
150 buah lebih.
e. Buah lada
Buahnya tidak bertangkai alias duduk, berbiji tunggal, bulat bentuknya,
berdiameter 4-6 mm, berdaging, Kulitnya hijau bila masih muda dan merah
bila.sudah masak,
2. Penyediaan bibit lada
Bibit tanaman
iada Yang biasanya berupa setek, dapat dibeli dari kebun‑kebun bibit
pemerintah, dari tetangga atau dengan membuat seadiri. Bibit lada Yang
diperoleh hendaklah memenuhi persaratan berikut: a. Terjamin kemumian jenis
bibitnya. b. Bibit diperoleh dari pohon induk Yang sehat. c. Bibit harus
memiliki ukuran Yang optimal.
3. Menanam bibit lada
Cara menanam
bibit lada yang paling baik adalah dengan menempalkan setek di dalam tanah
sedemikianrupa sehingga:
a. Dasar setek berada di dalam tanah sekitar 20-30 cm.
b. Setek diletakan di dasar lubang tanaman Yang miringnya 45' yang
mengarah ke tiang pemanjat.
C. Empat ruas berada di dalam tanah dan sisanya tiga ruas berada di luar
taliah dij.kat, pada alat.pemanjat.
d. Setelah ditanam lubang ditutup kembali dengan tanah yang halus, agak
ditekan dan usahakan penutupan tanah agak cembung.
e. Untuk men!~hindari banyalctiya bibit yang mengering karena sinar
mataflari diusahakan perlingdungan dengan daun daunan.
4. Femeliharaan kebun
a. Menjaga kondisi 1ahan.
b. Mengatur pertumbuhan.
c. Pembentukan selanjutnya.
d. Pemangkasan.
e. Saat berbunga dan panen buah.
D. Komposisi Kimia dan Khasiat Biji Lada
1. Komposisi kimia
Sejak dahulu
kala, biji lada digemari, dihargai, di perjuangkan oleh manusia, karena dua
sifatnya yang khas yaitu, rasanya yang pedas dan aromanya yang khas. Kedua
sifat tersebut menunjukan adanya penampilan dari bahan‑bahan kimiawi organik.
Rasa pedas adalah akibat dari adanya zat; piperine, piperanine dan chavisin
yang merupakan persenyawaan dari piperine dengan semacam alkaloida.
Chavicin banyak
berada dalam daging biji lada dan tidak akan hilang akibat dari penjemuran biji
lada yang masih berdaging, hingga menjadi lada hitam. Aroma dari biji lada
adalah akibat dari adanya minyak atsiri yang terdiri dari beberapa jenis minyak
terpene (terpentin).
Tabel Kadar Kimia Lada Hitam dan Lada Putih
Tabel Kadar Zat Anorganik Biji Lada,
Minyak lada
Minyak atsiri lada baru dikeiial. tahun 1574. Kadar
minyak atsirinya dan kadar bahan yang tidak menguap (non volatile extract)
sangat tergantung dari jenis ladanya. Tinggi rendahnya kadar minyak-minyak
tersebut dalam minyak lada menentukan tinggi rendahnya nilai aroma dalam jenis
biji lada.
Oleoresin biji lada
Oleoresin dapat
diartikan dalam bahasa Indonesia sebagai oleo (minyak) dan resin (damar),
merupakan gugusan kimia yang terdiri dari minyak atsiri dan damar. Oleoresin
biji lada mengandung zat piperine dan piperanine dan chavicine yang memberi
sifat pedas pada biji lada dan minyak-minyak atsiri.
Minyak atsiri lada tidak mengandung unsur-unsur pemedas tersebut dan
hannya meningkatkan aroma biji lada belaka.
Bentuk oleoresin
lada adaiah benda padat yang vierupa kan
campuran dari minyak atsiri dan resin yang tidak bisa menguap, serta terdiri
dari baban‑bahan pemedas.
Oleoresin diperolell dengan jalan ekstraksi biji lada yang telah
dilumatkan dan secepat mungkin dibubuhi bebera pa jenis bahan ekstraksi
misalfiya aikohol, aceton, ether, ethylen diclorida dan sebagainya. hasil dari
ekstraksi ini adalah bahan yang memiliki aroma dan rasa pedas dari biji lada
asli.
Biji lada dalam
penyimpanan dapat kehilangan aromanya keadaan ini bisa dipercetlmat bila
dijadikan bubuk, apalagi bila tempat penyimpanannya tidak cukup kedap
udara.Oleore sin lada dapat dinyatakan praktis tidak mudah rusak dalam
tempat penyimpanan yang baik.
2. Khasiat biji lada
a. Untuk pengobatan
- sebagai stimulans, pengeluaran keringat (diaphoretic)
- untuk mengeluarkan angin (Carminativ)
- sebagai peluruh air kencing (diuretic)
- meningkatkan selera (nafsu makan)
- meningkatkan aktivitas kelenjar-kelenjar pencernaan
- mempercepat pencernakan zat lemak
- daun lada dapat dimamfaatkan sebagai insektisida
terhadap ngengat dalam lemari pakaian
- dipakal dalam ramuan obat rheumatik, bubuk lada
dicampur dengan telur ayam setengah matang, sebagai obat kuat fisik bubuk
dicampur deagan madu, untuk meningkatkan vitalitas.
- Sebagai penyedap makanan.
E. Tinjauan Tentang Piperine
Piperine adalah suatu alkaloid dari lada (Piper
nigrum). Kadar piperinenya berkisar dari 5‑9 persen. Piperine adalah suatu
amida dari hidrolisisnya menghasilkan bagian‑bagian yang akali asam
piperic dan piperidine. Hydrolysis dari piperine dengan alkali memberikan asam
piperic dan piperidine; alkaloid ini adalah amida piperidine dari asam piperic.
C17H19NO3 + H2O
→ C12H1004
+ C5H11N
Piperin
+
air +KOH asam
piperic + piperidine
Sumber: Rismunandar, 1980, “Aksi Agraria, Bercocok Tanam Lada”, Jakarta, Kanisius
No comments:
Post a Comment