Khasiat Buah Merah
Buah Merah (Pandanus Conoideus) adalah tanaman khas spesifik atau endemik yang tumbuh di dataran tinggih Papua. Tanaman buah merah termasuk tanaman keluarga pandan dengan pohon menyerupai pandan. Namun tinggi tanaman dapat mencapai 4 m dengan tinggih batang bebas cabang sendiri setinggih 1-2 m yang diperkokoh akar-akaran tunjang pada batang sebelah bawah. Bentuk buah berbentuk lonjong dan buah tertutup daun pandan. Buah merah sendiri panjang buahnya mencapai 55cm diameter 10-15 cm dan bobot mencapai 2-3 kg, warna buah saat matang berwarna merah maroon terang.
Di penghujung Desember 2003 Agustina
Sawery seperti menanti dentang lonceng kematian. Perempuan 23 tahun itu divonis
positif mengidap Acquired Immuno Deficiency Syndrome (AIDS), pencabut nyawa
yang sulit terelakkan. Tubuhnya kurus kering, tersisa kulit membalut belulang.
Bobot tubuhnya cuma 27 kg dari sebelumnya 50 kg dengan tinggi 150 cm. Pistel
ani atau infeksi anus, gangguan fungsi hati, mulut bercendawan, dan infeksi
paru-paru melengkapi penderitaannya. Rombongan penyakit yang tak kalah
berbahaya itu dipicu oleh bercokolnya virus perontok kekebalan tubuh.
Malapetaka itu berawal dari
pekerjaannya sebagai pekerja seks komersial karena kemiskinan yang mengimpit
keluarga. Alih-alih keluar dari jerat kemiskinan, ia malah terserang HIV/AIDS.
Maka sejak Desember 2003 ia berbaring di bagian Penyakit Dalam RSUD Jayapura.
Karena fungsi hati rusak, ia belum dapat menelan obat apa pun sehingga harus
diinfus.
Tiga purnama dilewatinya di sana. Pada 27
Februari 2004 anak ke-5 dari 7 bersaudara itu pulang ke rumah. Melalui jasa
baik Yayasan Pengembangan Kesehatan Masyarakat, ia dipertemukan dengan Drs I
Made Budi MS. Saat itu Made sudah dikenal luas di Papua lantaran kerap
mengobati berbagai penyakit seperti kanker dengan eksktrak buah merah. Sejak
April 2004 ia memberikan ekstrak buah merah kepada Agustina. Konsumsinya satu
sendok makan dengan frekuensi 3 kali sehari berbarengan dengan obat paru-paru
pemberian dokter.
Konsumsi buah anggota famili Pandanaceae
itu diimbangi dengan asupan makanan berprotein tinggi. Perlahan-lahan kondisi
tubuh perempuan kelahiran 14 Agustus 1981 itu membaik. Tiga bulan mengkonsumsi
ekstrak sauk eken-sebutan buah merah di Wamena-, bobot tubuh meningkat 6 kg.
Bobot tubuh terus meningkat hingga 46 kg saat ini. Selain itu wajah lebih ceria
dengan sorot mata bersinar. Kulitnya yang semula busik, kembali mulus. Rambut
yang sempat rontok mulai tumbuh di atas kepalanya. Singkat kata, Agustina
tampak jauh lebih bugar. Padahal, "Ketika saya tangani, kondisi Agustina
seperti tak ada harapan lagi," kata Made.
Pria 44 tahun itu bertutur, "Buah
merah berfungsi seperti obat antiretrovirus yang amat dibutuhkan penderita
HIV/AIDS. Ia mengikat protein dan meningkatkan kekebalan tubuh."
Pencapaian amat spektakuler itu juga sejalan dengan hasil pemeriksaan
laboratorium di Jakarta pada awal November 2004. CD-4 darah Agustina sudah
menembus angka 400 dan CD-8 menunjukkan negatif. CD-4 orang yang positif AIDS,
maksimal 200; CD-8, positif. Wanita Papua itu kini hampir menggapai kesembuhan
total.
Stop Stroke
Bukan cuma Agustina Sawery yang lolos dari
belenggu penyakit maut. Ny. Subari, misalnya, pada September 2002 terserang
celebral apoplexy atau populer dengan sebutan stroke. Setelah 10 hari opname di
sebuah rumah sakit di Jayapura, ia pulang meski belum sembuh. "Bagian
tubuh sebelah kiri tak bisa digerakkan, mati sama sekali," ujar guru SMP 2
Abepura itu mengenang.
Ketika itu menyebut nama saja ia tak mampu.
Pandangan kabur, pusing, stres. Kisah pilu itu bakal menjadi kenangan pahit
baginya. Sebab 3 bulan meminum ekstrak buah merah-2 x 1 sendok makan per hari-,
ia sudah melepas tongkat. Kini ia aktif mendidik dan menjelaskan materi
pengajaran di depan murid-muridnya seperti semula.
Yang juga merasakan manfaat Pandanus conoideus-bukan
Pandanus coinedeus seperti ditulis Trubus edisi sebelumnya-adalah Susilah.
Sejak tahu kanker payudara stadium 2 diidapnya, ia tampak menutup diri karena
terpukul. Tangannya tak lagi dapat digerakkan. Saran dokter untuk operasi
ditolak karena khawatir maut menjemput lewat jalan penyembuhan itu.
Di tengah kebimbangan, kemenakannya, Jelly
Serang, datang membawa ekstrak buah merah. Inilah tumpuan harapan Susilah. Ia
meminumnya 2 kali sehari masing-masing 1 sendok makan. Setelah 2 botol
dihabiskan, nyeri yang menderanya hilang sama sekali. Dua bulan berselang,
setelah menghabiskan 8 botol masing-masing 120 cc, sel kanker yang semula 6 cm
mengecil menjadi 3 cm. Kini kondisinya terus membaik.
Antioksidan
Agustina, Subari, dan Susilah hanya
sebagian kecil orang yang merasakan faedah sari buah merah. Menurut I Made
Budi, hingga November 2004 tercatat 1.000 pasien sembuh setelah rutin
mengkonsumsi buah endemik Papua itu. Sekitar 400 orang di antaranya sembuh
berbagai jenis kanker. Mereka tak hanya dari Jayapura, Timika, atau Merauke,
tetapi juga tersebar di berbagai kota di Indonesia.
Mungkinkah sebuah komoditas mampu mengobati
beragam penyakit? "Di dunia medis mungkin saja. Contoh diare bisa diberi
ambisilin, infeksi tenggorokan juga ambisilin, begitu juga tifus," ujar dr
Willie Japaries MARS, pengobat komplementer alumnus Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia. Itulah yang dikenal sebagai panasea alias obat segala
penyakit.
Ahli gizi Prof Dr Muhilal tak heran akan
khasiat buah merah. Doktor Biokimia alumnus University of Liverpool itu pada
1992 meneliti xeroftalmia alias kekurangan vitamin A. Prevalensi penderita di
Papua jauh lebih kecil ketimbang di Jawa sekalipun. Rahasianya, dalam kehidupan
sehari-hari masyarakat Papua terbiasa melahap buah merah yang kandungan
betakarotennya mencapai 700 ppm. Oleh glukosa zat itu diubah menjadi vitamin A.
Selain itu kuansu-nama lainnya-juga
mengandung tokoferol 11.000 ppm yang mampu menangkal radikal bebas. Tingginya
kandungan vitamin E-nama lain tokoferol-hanya dapat ditandingi oleh zaitun.
Senyawa itulah benteng pertahanan terhadap serangan penyakit degeneratif
seperti diabetes melitus, darah tinggi, dan kanker. "Antioksidan itu
mengatasi penyakit degeneratif, penangkal radikal bebas seperti cadmium, penghalang
ketuaan, bisa untuk mata," kata Dr Chairul, doktor Kimia dan peneliti di
Puslitbang Biologi LIPI.
Wajar jika buah merah direkomendasikan oleh
ahli penyakit dalam dari Manado, Roy Pontoh, untuk pasiennya. "Dari
komposisi yang saya baca di Trubus, saya yakin obat ini bisa meredam penyakit
paru-paru," kata Roy. Penderita di luar negeri pun tertarik mencoba obat
itu. Di antaranya penderita kanker otak berumur 2 tahun yang sedang dirawat di
Singapura dan penderita kanker payudara stadium III A yang menjalani terapi
nutrisi di Amerika Serikat.
Dosis
Buah berbentuk bulat panjang itu mengandung
58% asam oleat dan 7,8% asam linoleat. Keduanya asam lemak esensial bagi tubuh
yang mudah dicerna sekaligus memperlancar metabolisme. Omega 3 tinggi berfungsi
untuk memperbaiki jaringan yang rusak. "Kanker itu merupakan jaringan yang
tumbuh tidak terkendali," kata Made (baca: Ciuman Maut untuk Virus Maut
halaman 18-19).
Toh, belum semua pasien yang minum ekstrak
buah merah memperoleh kesembuhan. Contoh, penderita tumor payudara yang
ditangani dr Willie Japaries. Meski sudah sebulan mengkonsumsi buah merah,
kesembuhan bak jauh panggang dari api. Menurut Willie lazimnya untuk mengatasi
kanker, diperlukan 3-4 herbal. Sementara dalam hal ini, ia hanya memberikan
satu jenis, yakni buah merah sehingga dinilai kurang efektif.
Mulyadarma, dokter di Rumah Sakit Darma
Medika di Wonogiri, Jawa Tengah, yang juga memberikan buah merah kepada pasien
berujar, "Selama ini obat alternatif hanya menunda sel-sel kanker
berkembang lebih lanjut." Orang kerap salah menduga mengkonsumsi ramuan
herbal dijamin aman. Padahal jika tidak tepat dosis tetap saja berdampak
buruk.
Soal tingginya betakaroten, menurut Muhilal
tak berefek negatif bagi kesehatan. "Kalau berlebihan akan disimpan di
lapisan lemak bawah kulit sehingga kulitnya tampak kuning. Tapi kejadiannya
amat langka. Di dunia kejadian seperti itu tak lebih dari 5 orang," kata
kelahiran 5 Januari 1940 itu.
Tadinya Gratis
Dengan kandungan antioksidan tinggi wajar
jika buah merah mampu menyembuhkan beragam penyakit. Itu yang menyebabkan
popularitas kerabat pandan wangi meroket. Bak obat ajaib, ia menjadi buah
bibir. Banyak dokter menyarankan pasiennya untuk meminum sari buah merah.
Malahan periset AIDS di Amerika Serikat antusias menanggapi temuan khasiat
yenggen.
Padahal sebelumnya secara turun temurun
buah merah tak lebih dari sekadar bahan pangan masyarakat Papua. Harganya amat
murah, jika tak boleh dibilang tak bernilai. Dengarlah penuturan Ir Ana Saway
dari Dinas Pertanian Kabupaten Jayapura, "Dulu buah merah tak perlu
dibeli. Kita tinggal minta dan dikasih. Kalau kita bertemu dengan penjual di
pasar, kita bisa dikasih cuma-cuma."
Titik tolak perubahan itu terjadi pada
1988. Drs I Made Budi yang tengah meneliti jamur di pedalaman Kurulu, kesengsem
saat melihat pertama kali sosok buah merah. Dosen Jurusan Biologi Universitas
Cenderawasih itu mendapat informasi dari penduduk setempat, jika mau sehat
makanlah buah merah. Buktinya masyarakat Jayawijaya yang gemar menyantap buah
merah sehat walafiat meski sepanjang hidupnya tanpa berpakaian. Padahal suhu di
sana amat rendah, di bawah 20oC.
Riset intensif yang dilakukan Made ketika
mengambil gelar master Gizi Masyarakat akhirnya menyibak tabir buah merah
(baca: Menduniakan Buah Merah, halaman 22-23). Pantas jika banyak orang kini
berupaya membudidayakannya. Menurut Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Jayapura
Ir La Achmadi MMT, buah merah dikembangkan besar-besaran di daerah Ubruk dan
Waris, keduanya di Kabupaten Keerom.
Tawi-sebutan buah merah di Lembah
Baliem-kini makin dilirik orang. "Banyak investor dari Jakarta yang datang
langsung ke Wamena untuk membeli buah," papar I Made Budi. Saking
banyaknya permintaan dari Jakarta, sampai-sampai buah merah milik Made di 3
kecamatan di Wamena pun ludes dijarah. Di luar Papua, penjual-penjual sari buah
merah makin banyak bermunculan seiring tingginya permintaan.
Melonjaknya permintaan sari buah merah
membuat harga bahan baku melambung. Komoditas yang Juli 2004 hanya berharga
Rp50.000 per buah, akhir November 2004, harganya melangit mencapai Rp350.000.
Itu pun harus pesan terlebih dahulu (baca: Papua Kala Buah Merah Melejit,
halaman 16-17). "Banyak orang yang cari buah merah," tutur Dorim,
pedagang di depan Hotel Yasmin, Jayapura. Trubus yang jauh-jauh hari memesan 2
buah pun tak kebagian.
Ke luar Papua
Mungkinkah tanaman khas Papua itu
dikembangkan di luar provinsi paling timur di Indonesia? Di Papua penyebaran
tanaman itu terkonsentrasi di 4 daerah: Jayapura, Manokwari, Nabire, dan
Wamena. Harry Ndiken yang tinggal di Kabupaten Merauke-berbatasan langsung
dengan Papua Nugini-mengatakan, sulit menemukan tanaman buah merah di sana.
Trubus melacak keberadaan anggota ordo
Pandanales itu di 4 kebun raya yang ada di Indonesia. Masing-masing Kebun Raya
Eka Karya Bedugul di Bali, Kebun Raya Purwodadi (Pasuruan), Kebun Raya Bogor,
dan Kebun Raya Cibodas (Cianjur). Namun, tak satu pun yang menanam Pandanus
conoideus.
Herbarium Bogorienses di Bogor sebatas
menyimpan spesimen Pandanus conoideus di antara 13-juta spesimen koleksinya.
Wiwik Lestarini, bagian Registrasi Kebun Raya Purwodadi, berujar, "Dari 6
spesies anggota genus Pandanus yang terdapat di sini, baru 2 yang
teridentifikasi. Pandanus amarilifolius dan Pandanus pectorius."
Menurut ahli Botani Gregori Garnadi
Hambali, buah merah sangat mungkin ditanam di luar Papua. Faktanya, alumnus
Universitas Birmingham Inggris itu memboyong 3 tanaman dari Wamena pada 1993.
Master Konservasi dan Pemanfaatan Sumberdaya Genetik itu juga menanam kerabat
buah merah asal Halmahera.
Kedua jenis tanaman itu ditanam dan kini
telah beranak-pinak di kebun konservasi milik Greg-demikian sapaannya-di
Baranangsiang, Kotamadya Bogor. Tinggi masing-masing mencapai 2,5-3 m. Tanaman
asal Halmahera berkali-kali berbuah. Sayang, pucuk buah merah asal Papua
senantiasa dimangsa serangga. Pandan adaptif di dataran rendah hingga tinggi.
Namun, hasil riset Made menunjukkan, kadar betakaroten dan tokoferol lebih
bagus diperoleh dari tanaman dataran tinggi.
Kewalahan
Buah merah memberi berkah tersendiri bagi
pekebun, pedagang, produsen, dan konsumen. Tiga yang disebut pertama menangguk
laba dari perniagaan sang panasea. Yang terakhir disebut, memperoleh
kesembuhan. Begitu antusiasnya masyarakat, hingga membuat "tidak
tenang" Made Budi dan keluarganya. Telepon seluler Made, istri, dan
asistennya serta telepon rumah diblokir setelah dering tak kunjung henti. Para
penelepon tengah mencari ekstrak buah merah yang diproduksi Made.
Made juga sibuk bukan kepalang. Saat Trubus
ke rumahnya pada awal Desember 2004, mendapati pagar, jendela, dan pintu
terkunci. Di sana 2 tulisan terpampang: "Stok Habis" dan
"Keluar". Hal serupa dialami Maria Maniagasi, produsen di Yabansay,
Abepura. Tiga bulan mengolah buah merah, rupiah terus mengalir deras ke pundi-pundinya.
Pemesan datang dari berbagai penjuru
seperti Jakarta, Surabaya, Malang, Bandung, Bali, Merauke, dan Timika. Sebagian
orang yang tak sabar menunggu kiriman, malah datang langsung ke sana. Ibu 5
anak itu menjual sebuah botol 150 cc Rp150.000. Buah berbobot 3 kg menghasilkan
300 cc atau 2 botol. Hingga awal Desember 2004 ia telah memproduksi 200 botol.
Sementara itu permintaan jauh melebihi
kapasitas produksi. Banyak pemesan yang inden dan antre menanti pasokan. Nun
jauh dari Papua, di sudut Kabupaten Bogor, dering telepon di rumah Vera
Gorianto juga tak kunjung berhenti. Telinga sang distributor itu sampai merah
menjawab pertanyaan bertubi-tubi seputar buah merah. Sebab kepada buah merah
sejumlah harapan kesembuhan ditumpukan sehingga penderitaan segera berujung.
(Sardi Duryatmo / Peliput: Evy Syariefa, Fendy Ruspandy Paimin, Karjono &
Laksita Wijayanti)
No comments:
Post a Comment