by Tarmizi,
B.Sc, S.Pd
Aset Sumatera Barat di bidang pertanian dan pertambangan
migas tidak begitu besar dibandingkan provinsi lainnya di Indonesia. Sebagai
perbandingan dapat kita lirik provinsi Riau yang kaya akan minyaknya dan Jambi
yang kaya akan karet dan kelapa sawitnya serta teh. Satu-satuya di bidang
pertambangnan yang dapat dibanggakan hanya pertambangan batu bara di Sawahlunto
dan dibidang industri adalah pabrik semen di Padang,
Masparakat Minangkabau sejak dulu sampai kini terkenal sebagai orang yang suka
merantau. Sebagian besar mereka adalah pedagang di rantan dan sisanya sebagai
pegawai atau pekerja dan wartawan. Keadaan seperti itu seharusnya dapat
dimanfaatkan untuk mengembangkan industri
makanan tradisional minang, Selain sebagai konsumen, para perantau
juga dapat ikut aktif mempromosikan makanan tradisional asal daerahnya.
Sayangnya makanan tradisional minang itu sendiri belum disebar-jualkan ke
daerah lain.
Perlu Kemasan yang Baik
dan Menarik
Sebenarnya
kepiawaian putera-puteri Minang dalam soal makan tradirional sudah mu1ai
muncul, dan produknya telah dipasarkan. Misalnya industri pisang salek di Batu
Sangkar dan industri kerupuk jangek dan kipang di Tunggul Hitam Padang, Produk
Makanan tersebut sudah dikemas dengan kemasan yang memenuhi syarat industri
Makanan ringan, Namun itu semua belum seberapa dibandngkan dengan jenis dan jumlah Makanan
tradisional yang belum dikomoditi.
Sebut saja Makanan daerah seperti paneram,
kerupuk Jengkol, kerupuk sanjai, batiah, gelamai dan banyak lagi. Dari segi
rasa menurat lidah orang Indonesia, makanan tradisional tersebut tidak
kalah lezatnya. Bahkan selain orang Minang sendiri, masyarakat Indonesia
yang lain banyak yang mengagumi," lebib enak" katarya.
Kalau saja para pengusaha dengan bantuan pemerintah daerah menanamkan modal
dalam bidang Makanan tradisional ini, maka niscaya akan
memberikan harapan yang cerah. Selama ini industri pangan khususnya dibidang
Makanan tradisional masih dalam tarif industri. rumah. Untuk mengembangkan
usaha tersebut masih diperlukan bimbingan dari Pemerintah, khusunya Depertemen
Perdagangan dan Industri.
Pengawetan Bahan Pangan
Makanan tidak selalu dikonammi dalam keadaan mentah, tetapi sebagian besar
biasanya diolah sehingga menjadi berbagai bentuk dan jenis makanan lain.
Pengolahan bertujuan untuk memperbanyak, macam makanan, sedangkan pengawetan
untuk memperpanjang masa simpan bahan pangan. Bahan mentah hasil panen kalau
dibiarkan bagitu saja, lama-kelamaan akan mengalami perubahan akibat pengaruh
mekanik, fisik, kimiawi, parasitik atau biologik.
Perubaban
bahan pangan ada yang menguntungkan, tetapi lebib banyak yang merugikan.
Di dalam pengawetan bahan pangan, perubahan yang menguntungkan dengan sengaja
diadakan, digiatkan, dibantu, dipercepat atau diatur. Sedangkan perubahan yang
merugikan dihambat, dihindarkan, dicegah atau dihentikan.
Pengawetan Suhu Rendah
Berlangsungny
metabolisme jaringan-jaringan hidup seperti pada buah-buaban dan sayur-sayuran
terdapat dalam kisaran suhu tertentu. Pada suhu berapa berlangsungnya
metabolisme ditiWan campuran direbut suhu optimum. Pada suhu yang lebih atau
kurang dari suhu optimum ini metabolisme akan berjalan lebih lambat atau
malahan dapat berhenti sama sekali pada suhu yang terlalu tinggi. pada umumnya
proses respirasi akan berlangsung terus setelah bahan dipanen, Respirasi
ini terus berlangsung sampai bahan menjadi mati dan kemudian membusuk.
Pendinginan dapat memperlambat kecepatan reaksi-reaksi metabolisme Dimana
umumnya setiap penurunan suhu 8oC kecepatan reaksi akan berkurang
Kira-kira setengahnya. Karena itu penyimpanan bahan pangan pad suhu rendah
dapat memperpanjang masa simpan. Hal ini karena pertumbuhan mikroba penyebab
kebusukan dan kerusakan bahan dapat dihambat.
Di daerah subtropisi, bij-bijian atau kacang-kacangan segar, misalnya
kacang tanah atau kedelai, biasanya disimpan pada suhu di bawah 40oC
dengan kelembaban nisbi 75%. Kelembaban yang lebih tinggi dapat wempercepat
tumbuhnya jamur atau kapang.
Kacang kedelai yang, rusak selama penyimpanan biasanya berbintik-bintik Coklat.
Kedelai yang demikian tidak dapat menghasilkan susu kedelai atau Tempe. Begitu
Juga dengan produk lain, karena banyak protein yang tak lagi larut dalam air
akibat penggumpalan dan reaksi browning (Pencoklatan) antara protein dan
karbobidrat.
Pengeringan Bahan
Pangan
Pengeringan adalah suatu metoda untuk mengeluarkan atau mengbilangkan sebagian
air dari suatu bahan pangan. Biasanya dengan cara penguapan air tersebut dengan
menggunakan energi panas. Biasanya kandungan air tersebut dikurangi sampai
suatu batas agar mikroba tidak dapat tumbuh lagi di dalam bahan pangan.
Keuntangan dari pengeringan adalah bahan menjadi awet dengan volume
bahan menjadi kecil, sehingga mempermudah dan menghemat ruang
pengangkutan dan pengepakan. Selain itu banyak bahan-bahan yang hanya dapat
(diqunakan apabila telah dikeringkan, mizalnya kopi, teh, biji-bijian dan yang
lain.
Biji-bijian. (sereal) dan kacang-kacangan biasanya disimpan dalam keadaan
Kering, terutama untuk mencegah pertumbuhan kapang. Aspergillus flavus
dapat membentuk aflatoksin yang bersifat racun. Jadi, kacang-kacangan yang
rusak sebaiknya tidak digunakan lagi untuk membuat makanan.
Biji-bijian dan kacang-kacangan seperti padi, jagungg, kacang kedelai, kacang
tanah, kacang hijau dan sereal laint biasanya, dikeringkan sampai kadar airnya
tinggal 10-14%.
Pertumbuhan Industri
Pangan
Sayur-sayuran dan buah-buahan di Indonesia banyak terbuang karena mengalami,
kerusakan sebelum dikonsumsi. Jumlah kerusakan kira-kira meliputi 35-40%,
sedangkan 60% dari sisanya dijual sebagian dalam bentuk sayur-mayur dan bebuahan
segar, hanya sedikit yang diolah. Beberapa diantara sayur dan buah
(hortikultura) tersebut sekarang telah mulai diolah. misalnya dibuat acar,
manisan, juis buah, selai, saus tomat, sambal-sambalan yang dibotolkan.
Contoh industri Pengolahan Pangan di Indonesia antara lain susu bubuk, susu
kental manis, susu kedelai, tepung gandunm, roti, kue kering,, mie instan, bir,
limun,, dan aneka Makanan ringan. untuk anak-anak.
Selain industry di atasm, terdapat pula industri-industri
menengah dan industri rumah yang terutama mengolah bahan makanan secara
tradisional seperti terasi, kerupuk, ikan asin, ikan pindang, dendeng, telur
asin, tempe, kecap, tauco, tahu, tapai, dan bawang goreng.
Pertumbuhan indastri pangan juga memerlukan adanya industri
non pangan, misalnya industri kertas, pengelengan, plastik yang biasanya
digunakan sebagai bahan pembungkus atau pengepak makanan tersebut. Bahan
pembungkus yang berkembang pesat seperti plastik pada saat ini telah banyak
menggantikan kedudukan pembungkus tradisional, Misalnya plastik
perigganti daun pisang atau daun waru dalam pembungkus tempe atau makanan lain.
Membuat tapai yang biasanya dibungkus daun pisangg sekarang sudah dapat dibuat
tanpa daun pisang, tetapi dibuat dalam termos.
Kiat Mengolah yang
Tepat
Dalam mengolah bahan pangan menjadi makanan, diperluken
kiat (cara dan seni) yang tepat. Maksudnya bahan pangan yang diolah tidak
kehilangan gizi sevaktu
mengolahnya, cita rasa
makanan yang dihasilklan lezat dan penampilan nya bagus.
Kiat yang salah adakalanya karena ingin cepat atau kurangnya pengetahuan
tentang gizi. Misalnya mencuci sayur-mayur setelah dipotong-potong akan
mengurangi vitaminnya karena larut dalam air pencucinya. Ada pula yang
menambahkan soda kue untuk mempertahankan warrna hijau pada dedaunan yang
dimasak. Kedua contoh tadi menyebabkan hilangnya dan rusaknya beberapa vitamin
dalam bahan yang diolah.
Dalam perlakuan untuk mengawetkan makanan tidak mesti selalu memakai zat kimia
sintetik. Banyak bahan alami yang berfungsi sebagai pengawet dan sekaligus
memperbaiki, citarasa dan penampilan. MisaInya kunyit untuk pengavet tahu,
garam dapur, gula, daun pandan juga dapat dipakai untuk pengawet. Pengawetan
cara lain juga dapat dengan ozon dan penyinaran.
Difersifikasi Makanan
Pemerintah
telah mencanangkan diferpifikesi (penganekaragaman) pangan. omen ini harus kita
manfaatkan dengan menggali dan memproduksi makanan tradisional untuk dipasarkan
di dalam negeri dan jika memungkinkan ke manca negara. Produk-produk tersebut
tentulah memenuhi syarat (aman menurut kesehatan, hala1, dan memenhui standar
industri). Orang minang sudah terkenal dengan aneka masakannya dan sesuai
dengan selera warga di berbagai negara. Begitu Juga dengan aneka makanan yang
belum dikomersialkan. Hanya saja kita perlu mendatangkan teknologi pengemasan
atau pengepakan, agar produk yang akan dipasarkan sesuai dengan standar
niaga.
Memproduksi makanan tradisional memang mudah. Akan tetapi untuk skala
industri tentulah memerlukan modal yang tidak sedikit. Untuk ini harus ada
uluran tangan dari Bank dan Pemerintah Daerah tentunya. Semoga para investor
yang berminat di bidang produksi makanan tradisional ini bersedia
merintisnya. Tulisan ini dimuat ulang
dari artikel yang terbit dalam Harian Umum Singgalang tahun 1993 oleh penulis
yang sama.
(Tarmizi, B.Sc, S.Pd/
Universitas Negeri Padang)
No comments:
Post a Comment