Oleh NILAWATI NIM 67008 Mahasiswa Pendidikan Kimia
Universitas Negeri Padang
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Kebutuhan manusia akan obat –
obtan terus meningkat, seiring pola
hidup yang tidak sehat. Baik dalam segi makanan maupun dari segi lingkungan
sekitar yang mengakibatkan timbulnya berbagai macam penyakit yang dapat
mengganggu aktivitas kehidupan manusia itu sendiri. Tapi tidak semua masyarakat
yang dapat membeli obat – obatan yang diberikan oleh dokter.
Bagi masyarakat ekonomi kebawah,
membeli obat dengan harga yang mahal
sangat memberatkan. Oleh karena itu, perlu dikembangkan sosialisasi
pemanfaatan tumbuhan obat – obatan alami yang berasal dari tumbuh – tumbuhan
yang tentunya relatif murah. Salah satu tumbuhan yang mempunyai khasiat sebagai
obat untuk bermacam – macam penyakit adalah “Daun Dewa” atau dikenal juga
dengan daun beluntas Cina.
Pemanfaatan tanaman daun dewa sebagai obat untuk berbagai macam penyakit, terkait dengan kandungan kimia yang terdapat dalam simplisia tanaman tersebut terutama zat bioaktif. Tanpa suatu senyawa bioaktif dalam tumbuhan, secara umum tumbuhan itu tidak dapat digunakan sebagai obat. Bioaktifitas yang terdapat dalam tumbuhan biasaya merupakan senyawa metabolit, seperti: alkaloid, flavonoid, terpenoid, saponin, steroid dan zat kimia lainnya.
Hal ini telah diselidiki
sejak 200 tahun yang lalu. Pada akhir abad ke – 18 Sertuner mengekstraksi
beberapa senyawa organik sederhan dari sumbernya, baik dari tumbuhan maupun
hewan. Pada tahun 1806 serturner
memperoleh morfin dari opium dan 15 tahun sudah dapat mengisolasi kafein,
sinkonin, kuinin, strikin dan bursin. Isolasi bahan alam berkembang makin
pesat, terutama setelah penemuan lat teknik dan instrumen yang mutakhir.
Berdasarkan besarnya
manfaat dan kandungan kimia metabolit sekunder yang ada pada daun dewa. Saya
mengangkat penelitian tentang pengidentifikasian kandungan kimia yang terdapat
pada simplisia tumbuhan “Daun Dewa” sehingga dapat diketahui kandungan
kimianya.
1.2.
Tujuan Penulisan
Penulisan paper ini adalah untuk:
- Mengetahui kandungan kimia yang terdapat pada tumbuhan dewa.
- Mengetahui manfaat dari daun dewa itu sendiri
- Mengidentifikasi senyawa oraganik yang terkandung pada daun dewa.
1.3.
Pembatasan Masalah
Mengingat luasnya cakupan masalah
yang disertai berbagai keperluan yang ada pada penulis. Oleh sebab itu
penulisan paper ini hanya akan dibatasi pada permasalahan “Pengidentifikaan
adanya Senyawa metabolit sekunder pada “Daun Dewa”.
1.4.
Manfaat Penulisan
Manfaat penulisan paper mengenai "Identifikasi Senyawa Organik yang ada pada Daun Dewa" antara lain:
- Memenuhi tugas akhir Praktikum Kimia Organik II.
- Mengetahui manfaat dari daun dewa yang bisa digunakan sebagai obat alami dari tumbuh – tumbuhan.
- Belajar cara membuat paper yang baik dan benar.
- Menambah wawasan dan pengetahuan dalam membuat paper.
- Bisa membuat herbarium daun dewa
- Mengetahui klasifikasi daun dewa.
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.
Botani Tumbuhan
a. Nama
Nama ilmiah daun dewa adalah (Gynura segetum (Lour.) Merr.) Sinonim : = Gynura procumbens, (Lour.), Merr.
= G. pseudo-china DC. = G. divaricata DC. = G. ovalis DC. = Senecio divarigata
L.
Tanaman ini merupakan
semak tahunan yang memiliki beberapa nama daerah. Dipantai timur dikenal orang
dengan setawar barah, di Jawa Tengah dinamakan sambung nyawa, orang Cina
menyebutnya San qi cao. Mengingat orang – orang Cina akrb dengan daun dewa ini,
makanya tanaman ini diberi nama Beluntas cina, namun ada juga yang menamakan
Samsit. Orang Sumatra lebih mengenal tumbuhan
ini dengan sebutan daun dewa.
b. CIRI fisik
Tanaman ini memiliki keunikan tersendiri. Daunnya berwarna hijau. Warna daun bagian atas lebih tua dari pada bagian bawahnya. Pada umumnya ditanam dipekarangan sebagai tanam obat. Batang muda berwarna hijau dengan alur memanjang warna tengguli, bila agak tua bercabang banyak. Daun tunggal, memiliki tangkai, bentuk bulat telur sampai bulat memanjang. Ujung melancip. Daun tua membagi sangat dalam. Daun banyak berkumpul di bawah, agak jarang pada ujung batang, letak berseling. Kedua permukaan daun berambut halus, warna putih. Warna permukaan daun hijau tua, bagian bawah berwarna hijau muda. Panjang daun 8-20 cm. lebar 5 - 10 cm. Bunga terletak di ujung batang, warna kuning berbentuk bonggol (kepala bunga). Memiliki umbi berwarna ke abu-abuan, panjang 3-6 cm., Dengan penampang ± 3 cm. Tinggi batang ± 30 cm.
c. Cara reproduksi
Tanaman ini berkembang
biak dengan umbi rimpang, stek batang dan selunas anakan. Itu semua merupakan
cara perbanyakan vegetatif. Tanaman ini dapat tumbuh di dataran rendah hingga
dataran tinggi dengan ketinggian 1200 dpl. Menyukai tanah gembur, subur dan
kaya bahan organik. Pucuk daun dewa dipanen saat berumur 2 – 3 bulan setelah di
tanam sementara umbinya dapat dipanen setelah 4 – 5 bulan.
d. Khasiat daun dewa
Tanaman daun dewa mengandung berbagai unsur kimia, antara lain: saponin, minyak atsiri, flavonoid, koagulan dan senyawa kimia lainnya. Maka dari itu, tak heran jika tanaman ini memiliki banyak khasiat, diantaranya:
·
Luka
terpukul
·
Pendarahan
·
Batuk
darah
·
Muntah
darah
·
Mimisan
·
Infeksi
kerongkongan
·
Tidak
datang haid
·
Digigit
binatang berbisa
·
Pembekuan
darah
·
Tulang
patah
·
Pendarahan
setelah melahirkan
·
Digigit
ular / digigit binatang lain
e. Gambar daun dewa
f. Klasifikasi
Kerajaan: Plantae
Divisi: Magnoliophyta
Kelas: Magnoliopsida
Ordo: Asterales
Keluarga: Asteraceae
Genus: Gynura
Spesies: Gynura procumbens (Lour.) Merr.
2,2 detik Metabolit
Dewasa ini yang dimaksud senyawa organik bahan alam adalah terbatas pada senyawa-senyawa yang dikenal sebagai metabolit sekunder. Senyawa metabolit sekunder adalah senyawa-senyawa hasil metabolisme sekunder, yang tidak ada secara merata dalam makhluk hidup, dan ditemukan dalam jumlah yang sedikit. Umumnya terdapat pada semua organ tanaman (terutama tanaman tinggi), pada akar, kulit batang, daun, bunga, buah dan biji, dan sedikit pada hewan.
1.
Alkaloid
Alkaloid termasuk senyawa organik bahan alam yang terbesar jumlahnya, baik dari segi jumlah senyawa maupun sebarannya dalam dunia tumbuhan. Alkaloid menurut Winterstein dan Trier didefinisikan sebagai senyawa yang bersifat basa, mengandung atom nitrogen berasal dari tumbuhan dan hewan. Harborne dan turner (1984) mengungkapkan bahwa tidak satupun definisi alkaloid yang memuaskan, tetapi umumnya alkaloid adalah senyawa met5abolit sekunder yang besifat basa, yang mengandung satu atau lebih atom nitrogen biasnya dalm cincin heterosiklik, dan bersifat aktif biologis menonjol.
Alkaloid pada umumnya mencakup semua
senyawa yang bersifat basa atau alkali, mengandung satu atau lebih atom
nitrogen dan biasnya merupakan bagian dari sistem siklis. Pada tahun 1896,
Meyer – Lexikon memberikan batasan alkaloid sebagai berikut : “Alkaloid terjadi
secara karakteristik dalam tumbuhan dan sering dikenal karena aktivitas
fisiologisnya. Alkaloid mengandung C, H dan N dan pada umumnya mengandung atom
O.
Struktur alkaloid beraneka ragam,
dari yang sederhana sampai rumit, dari efek biologisnya yang menyegarkan tubuh
sampai toksik. Satu contoh yang sederhana, tetapi yang efek faalinyatidak
sederhana adalah nikotina. Nikoyin dapat menyababkan penyakit jantung, kanker
paru-paru, kanker mulut,tekanan darah tinggi, dan gangguan terhadap kehamilan
dan janin.
Banyak tanaman mengandung senyawa nitrogen aromatic yang dinamakan alkaloid. Secara kimia, alkaloid biasanya mengandung nitrogen di cincin heterosiklik yang bentuknya bermacam-macam. Nitrogen itu sering bertindak sebagai basa (menerima ion hydrogen), sehingga banyak alkaloid bersifat agak basa, seperti tercermin dari namanya (alkali = basa). Sebagian besar alkaloid adalah senyawa kristal putih yang agaklarut dalam air.
Alkaloid menarik karena aktivitas
fisiologis dan psikologisnya yang dramatis pada manusia dan hewan lain serta
karena dipercayai bahwa banyak diantaranya juga mempunyai peranan penting dalam
tumbuhan.
Pembagian alkaloid :
a. Didasarkan pada jenis gugus kromofor
yang berbeda, misalnya alkaloid indol, isokuinolin atau kuinolin.
b. Didasarkan tumbuhan asal pertama
kali ditemukan, misalnya alkaloid tembakau
c. Didasarkan jenis ikatan yang predominan dalam alkaloid tersebut.
Sistem klasifikasi yang banyak
diterima adalah pembagian alkaloid menjadi tiga golongan yaitu :
a.
Alkaloid
sesungguhnya
Bersifat
racun dan menunjukkan aktivitas fisiologis yang luas. Diturunkan secara
biosintesis dari asam amino dan biasanya terdapat dalam tanaman sebagai garam
asam organik.
b
Protoalkaloid
Merupakan
amina yang relatif sederhana dan ditandai dengan adanya atom N yang berada di luar
cincin heterosiklis.
c.
pseudo-alkaloid
Senyawa
bersifat basa. Yang termasuk dalam pseudoalkaloid adalah alkaloid steroidal dan
purin.
Peran fisiologis alkaloid di tumbuhan yang membuatnya masih belum diketahui dan diperkirakan alkaloid tidak memiliki peranan metabolik yang penting, karena hanya merupakan produk-samping dari lintasan lain yang lebih penting.meskipun demikian, beberapa contoh diketahui melindungi tanaman (Robinson, 1979; Harborne, 1988) . Misalnya, tanaman yang mengandung alkaloid tertentu dijauhi oleh hewan ternak dan serangga pemakan daun. Alkaloid lainnya digunakan oleh kupu-kupu danaid sebagai substrat untuk memebuata feromon. Percumbuannya yang menarik, delphinum barbeyi tidak dihindarioleh ternak, bahkan juga ketika pakan ternak lainnya tersedia; dan, likoktonin di dalamnya menyebabkan kematian ternak di Amerika Serikat lebih banyak dibandingkan dengan senyawa beracun lainnyayang ada di tanaman beracun (Keeler, 1975).
2.
Flavonoid
Flavonoid adalah suatu kelompok senyawa fenol yang terbanyak ada di alam. Senyawa-senyawa ini bertanggung jawab terhadap zat warna merah, ungu, biru, dan sebagian zat warna kuning dalam tumbuhan. Semua flavonoid menurut strukturnya merupakan turunan senyawa induk "flavon" yakni nama sejenis flavonoid yang terbesar jumlahnya dan juga lazim ditemukan, yang terdapat berupa tepung putih pada tumbuhan primula.
Sebagian besar flavonoid yang terdapat pada tumbuhan terikat pada molekul gula sebagai glikosida, dan dalam bentuk campuran, jarang sekali dujumpai berupa senyawa tunggal. Disamping itu sering ditemukan campuran yang terdiri dari flavonoid yang berbeda klas. Misalnya antosianindalam mahkota bunga yang berwarna merah, hamper selalu disertai oleh flavon atau flavonol yang tak berwarna. Dewasa ini diperkirakan telah berhasil diisolasi sekitar 3.000 senyawa flavonoid.
Gambar 2. Struktur dari flavonoid
Beberapa fungsi
flavonoid bagi tumbuhan adalah pengaturan tumbuh, pengaturan fotosintesis,
kerja antimikroba dan antivirus, kerja terhadap serangga, fitoaleksin merupakan
komponen abnormal yag hanya dibentuk sebagai tanggapa terhadap infeksi atau
luka dan kemudian menghambat fungus menyerangnya, mengimbas gen pembintilan
dalam bakteria bintil nitrogen.
Flavonoid dalam tumbuhan mempunyai
empat fungsi:
1. sebagai pigmen warna
2. fungsi fisiologi dan patologi
3. AKTIVITAS farmakologi
4. flavonoid dalam makanan.
Aktivitas
farmakologidianggap berasal dari rutin (glikosida flavonol) yang digunakan
untukmenguatkan susunan kapiler, menurunkan permeabilitas dan fragilitas
pembuluh darah, dll. Gabor , et al menyatakan bahwa flavonoid dapat digunakan
sebagai obat karena mempunyai bermacam-macam bioaktivitas seperti
antiinflamasi, antikanker, antifertilitas, antiviral, antidiabetes,
antidepressant, diuretik, dll.
3. Steroid
Steroid adalah suatu kelompok senyawa yang memiliki kerangka dasar siklopentanaperhodrofenantrena, memiliki empat cincin terpadu. Senyawa-senyaw ini memiliki efek fisiologis tertentu. Beberapa steroid penting adalah kolesterol, yaitu steroid hewaniyang ada paling luas dan ditemukan pada hampir semua jaringan hewan. Batu kandung kemih dan kuning telur merupakan sumber yang kaya akan senyawa ini. Kolesterol merupakan zat-antara yang diperlukan dalm biosintesis hormon steroid, namun tak merupakan keharusan dalam makanan, karena dapat disintesis dari asetilkoenzime A. harga koleseterol yang tinggi dalam darah dikaitkan dengan arteriosclerosis (pengerasan pembuluh darah), suatau kondisi dalam mana kolesterol dan lipid-lipid lain melapisi dinding-dalam pembuluh darah. Suatu steroid yang berhubungan dengan kolesterol, yaitu 7-dehidrkolesterol , yang ditemukan dalam kulit, diubah menjadi vitamin D bila disinari dengan cahaya ultraviolet.
Kolesterol ditemukan dalam semua
organisme dan merupakan bahan awal untuk pembentukan asam empedu, hormon
steroid, dan vitamin D. Walaupun kolesterol esensial bagi mahluk hidup, tapi
berimplikasi terhadap pembentukan ‘plek’ pada dinding pembuluh nadi (suatu
proese yang disebut arteosclerosis, atau pengerasan pembuluh), bahkan dapat
mengakibatkan penyumbatan. Gejala ini penting terutama dalam pembuluh yang
memasok darah ke jantung. Penyumbatan pada pembuluh ini menimbulkan kerusakan
jantung, yang pada gilirannya dapat menimbulkan kematian akibat serangan
jantung.
Steroid ada hampir dalam semua tipe kehidupan. Dalam binatang banyak steroid bertindak sebagai hormon. Steroid ini, demikian pula steroid sintetis digunakan luas sebagai bahan obat.
4. Terpenoid
Senyawa terpen pada awalnya merupakan suatu golongan senyawa yang hanya terdiri dari atim C dan H, dengan perbandingan 5:8 dengan rumus empiris C 5 H 8 (unit isoprene), yang bergabung secar head to tail (kepala-ekor). Oleh sebab itu senyawa terpen lazimdisebut isoprenoid. Terpenoid sama halnya dengan senyawa terpen tetapi mengandung gugus fungsi lainseperti gugus hidroksil, aldehida dan keton. Dewasa ini baik terpen maupun terpenoid dikelompokkan sebagai senyawa terpenoid (isoprenoid). Contoh Limonena, dalam buah jeruk (suatu terpen) dan geraniol, dalam mawar (suatu terpenoid).
Berdasarkan jumlah
unit isoprena yang dikandungnya, senyawa terpenoid dibagi atas:
1. Monoterpen (unit isoprena doa)
Monoterpenoid rupanya terbentuk dari dua satuan isoprena dan biasanya memiliki sepuluh atom karbon, meskipun ada contoh langkah senyawa yang rupanya terbentuk berdasarkan prinsip umum ini tetapi senyawa tersebut kehilangan satu atom karbon atau lebih. Monoterpenoid merupakan komponen utama banyak minyak atsiri dan memiliki makna ekonomi yang besar sebagai bau - rasa, wewangian, dan pelarut. Beberapa senyawa bersifat aktif optik. Telaah kimianya dipersulit oleh sulitnya memperoleh senyawa murni dari campuran rumit seperti yang biasanya ditemukan dan oleh mudahnya senyawa mengalami tata ulang.
2. Seskiterpen (unit Tiga isoprena)
Seskuiterpenoid adalah
senyawa C15, biasanya dianggap berasal dari tiga satuan isoprena.
Seperti monoterpenoid seskuiterpenoid terdapat sebagai komponen minyak atsiri
yang tersuling uap, dan berperan penting dalam memberi aroma kepada buah dan
bunga yang kita kenal.
3. Diterpen (empat unit isoprena)
Diterpenoid mencakup
beberapa senyawa yang dari segi fisiologi sangat menarik seperti golongan
hormon tumbuhan yang dikenal sebagai giberelin. Diterpenoid mencakup banyak
senyawa yang bekerja sebagai fungisida, racun terhadap hewan, penolak serangga,
dan sebagainya.
4 triterpen (unit Enam isoprena)
Triterpenoid yang
paling penting dan paling terbesar luas adalah triterpenoid pentasiklik.
Senyawa ini ditemukan dalam tumbuhan seprimitif tetapi yang paling umum pada
tumbuhan berbiji, bebas, dan sebagai glikosida.
5. Tetraterpen (delapan unit isoprena)
6. Politerpen (banyak unit isoprena)
5. Saponin
Saponin merupakan
senyawa glikosidakompleks yaitu senyawa hasil kondensasi suatu gula dengan
suatu senyawa hidroksil organikyang apabila dihidrolisis akan menghasilkan gula
(glikon) dan non-gula (aglikon). Saponini ini terdiri dari dua kelompok :
saponini triterpenoid dan saponini steroid. Saponini banyak digunakan dalam
kehidupan manusia, salah satunya terdapat dalam lerak yang dapat digunakan untuk
bahan pencuci kain (batik) dan sebagai shampoo. Saponin dapat diperoleh dari
tumbuhan melalui metoda ekstraksi.
Saponin
mula-mula diberi nama demikian karena sifatnya yang menyerupai sabun. Saponin
adalah senyawa aktif permukaan yang kuat menimbulkan busa jika dikocok dalam
air dan pada konsentrasi yang rendah
sering hemolisis sel darah merah.
Dalam larutan yang sangat encer, saponin sangat beracun bagi ikan, dan tumbuhan yang mengandung saponin telah digunakan sebagai racun ikan. Beberapa saponin bekerja sebagai antimikroba juga. Pada beberapa tahun terakhir ini saponin tertentu menjadi penting karena dapat diperoleh dari beberapa tanaman dengan hasil yang baik dan digunakan untuk sintesis hormon steroid yang digunakan dalam bidang kesehatan. Saponin dalam lerak digunakan untuk bahan pencuci kain (batik) dan sebagai shampoo.
METODOLOGI
PENELITIAN
A.
Waktu Pelaksanaan
Hari :
Jumat
Tanggal : 23
November 2007
Waktu : 07.00 – 09.40 WIB
B.
Sampel Penelitian
·
Daun
Dewa
C.
Alat dan Bahan
Peralatan : mortar, pisau / gunting, plat tetes, tabung reaksi, jerami tetes, poros, pemanas, pasir halur bersih, kapas.
Bahan :
Daun dewa, amoniak – kloroform (NH3-CHCl3) 0.05 N,
H2SO4 2N, pereaksi mayer, pereaksi wagner dan Dragendorf,
metanol, asam sulfat pekat, anhidrida asetat, asam klorida pekat sebuk
magnesium.
D.
Prosedur Kerja
. 1
Identifikasi alkoloid: metodis Culvenor - Fitzgerald
4 gram sampel segar
dirajang halus dan
digerus
+ Kloroform
digerus
lagi
membentuk pasta
+ 10 ml larutan Amonia-kloroform 0,05 N
digerus lagi
disaring dimasukkan tabung reaksi
filtrat
+ 5 ml H 2 SO 4 2N, dikocok KUAT
didiamkan larutan
terbentuk 2 lapisan
dipipet dimasukkan tabung reaksi
filtrat
+ Pereaksi Mayer: endapan putih
+ pereaksi Wagner : endapan coklat
+ pereaksi Dragendorf : endapan
orange
Mayer: endapan putih
Wagner: endapan coklat
Dragendorf: endapan orange
. 2 Identifikasi Flanoid: tes Sianidin
0,5 gram sampel
diekstrak dengan 5 ml metanol
dipanaskan selama 5 menit
ekstrak
+ beberapa tetes HCl pekat dan sedikit
serbuk Mg
merah / pink atau kuning
(sampel mengandung
flavonoid)
3.
Identifikasi steroid/terpenoid : Metode Liebermen – Burchard
lapisan kloroform PADA Uji alkaloid
ditempatkan pada plat tetes
+ Asam anhidrida lima kepemilikan ditempatkan
dibiarkan
mengering
Tetes 3 + H 2 SO 4 Pekan
warna
merah jingga / ungu : tes positif untuk terpenoid
warna
biru : tes positif untuk steroid
4. Identifikasi saponin : uji busa
Sampel
kering dirajang halus
Dimasukkan kedalam tabung reaksi
+ Suling udara
dididihkan
2 – 3 menit
didinginkan
dikocok
kuat - kuatdirajang halus
Adanya
busa stabil selama 5 menit
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Tabel 2. Data pengamatan
Uji
|
Pereaksi
|
Hasil
|
Keterangan
|
Alkoloid
|
Mayer
Wagner
Dragendorf
|
-
-
-
|
Warna kuning (-)
Tidak ada endapan dan warna
coklat (-)
Warna putih dan tidak ada
endapan (-)
|
Flavonoid
|
HCl pekat dan serbuk
magnesium
|
+
|
Larurtan bewarna hijau berubah menjadi kuning kemerahan.
|
Steroid / terpenoid
|
Anhidrida asetat dan H 2 SO 4
pekat
|
+ / -
|
Keduanya bewarna hijau kebiruan,berari
uji terpenoid (-) dan uji steroid (+)
|
Saponin
|
Air suling
|
-
|
Tidak terbentuk busa yang
stabil
|
4.2
Pembahasan
- Identifikasi Alkaloid
Pada percobaan ini daun dewa yang
digunakan sebagai sampel harus dihaluskan sehalus mungkin sampai membentuk
pasta dengan bantuan pasir dan kloroform. Penambahan kloroform agar zat bisa
larut dengan mudah. Ekstraks daun dewa bewarna hijau tua. Daun dipsahkan dengan
ampasnya karena yng bebih diidentifikasi adalah zat yang sudah larut dalam
kloroform. Penambaham laerutan dengan H2SO4 2N membuat
larutan terpisah atau membntuk 2 lapisan, dengan lapisan atas adalah H2SO4
yang bewarna keruh dan lapisan bawah adalah lapisan filtrat dengan warna hijau.
Untuk mengidentifikasi senyawa
alkaloid yang diuji diambil lapisan H2SO4 yang terdapat
pada bagian atas. Pada lapisan ini kita tambahkanpereaksi Mayer. Jika senyawa
daun dewa itu mengandung alkaloid, maka seharusnya terjadi perubahan warna
menjadi putih / keruh. Tapi pada penelitian yang telah saya lakukan ternyata
larutan bewarna kuning yang berarti uju negatif. Dengan pereaksi Wagner juga
mendapatkan hasil negatif, br\egitu juga dengan H2SO4
ditambah pereaksi Dragendorf juga didapatkan hasil negatif denagn warna larutan
putih dan tidak ada endapan.
Berdasarkan penelitian yang telah
dilakukan pada identifikasi alkaloid ini, dengan menambahkan pereaksi Mayer,
Wagner dan Dragendorf dalam larutan H2SO4 didapatkan
hasil egatif, yangberarti bahwa daun dewa itu tidak mengandung alkaloid.
Bila daun tersebut mengandung alkaloid, aka ada endap [an yang mirip dengan warna, tergantung dengan ditambahkan pereaksi apa. Hal ini dikarenakan sifat alkaloid yang sedikit basa akan membentuk endapan dengan asam tertentu, misalnya fosdomdibdat dari endapan - endapan ini memiliki Kristan - kristal yang khusus sehingga bermanfaat dalam identifikasinya.
ini
digunakan metoda Culvenor – Fitzgerald.
dimana terjadi perubahan warna berdasarkan pereaksi-pereaksinya. Dari
eksperimen yang dilakukan terhadap daun sirsak, tes ini menunjukkan hasil yang
negatif karena tidak terbentuk endapan putih/keruh dengan pereaksi mayer, tidak
terbentuk endapan coklat dengan pereaksi Wagner dan endapan orange dengan
pereaksi Dragendorf . Hal ini menunjukkan bahwa sampel tidak mengandung
alkoloid.
- Identifikasi Flavonoid
Pada identifikasi
flavonoid, sampel daun dewa juga dirajang halus kemudian diekstrak dengan
metanol dan dipanaskan selama 5 menit. Pada penambahan berikutnya, tetesan
klorida dan sedikit serbuk Mg. Ekatrak daun dewa yang semula bewarna hijau
berubah warnya menjadi kuning kemerahan. Dengan terjadinya perubahan warna tadi
menandakan bahwa daun dewa mengandung flavonoid.
Hal ini sesuai dengan literatur yang didapat, seperti yang dikatahui flavonoid yang berfungsi melancarkan peredaran darah, mengurangi resiko sakit jantung, karena flavonoid mengandung antiinflamasi (antiradang), berfungsi sebagai anti oksidan, sehingga sangat tepat jika daun dewa ini dimanfaatkan untuk penyakit yang bisa diobatinya.
- Idetifikasi Steroid/Terpenoid
Pada eksperimen ini digunakan
filtrat pada identiifksi alkaloid. Lapiasn filtrat yangbewarna hijau ini
dimasukkan kedalam plat tetes, lalu ditambahkan anhidirda asam asetat, larutan
akan cepat sekali mengering karena telah mengandung kloroform dan paenambhan
tetesan H2SO4 pekat. Larutan yang tadinya bewarna hijau berubah menjadi biru
muda agak kekuningan. Hal ini menunjukkan sifat pada sampel mengandung steroid.
Hasil ini mungkin sedikit melenceng
dari teori, karena seharusnya warna menjadi warna merah / ungu, karena adanya
minyak atsiri pada daun dewa tersebut. Minyak atsiri termasuk unit monoterpen
dan seskuiterpen yang merupakan unit isopren senyawa terpen. Sedangkan yang
terjadi warna biru menandakan adanya steroid, tidak sesuai dengan literatur
yang ada.
Kesalahan ini mungkin disebabkan
kurang telitinya dalam melakukan penambahan pereaksi. Kondisi reagen yang tidak
bagus sehingga warna yang terjadi tidak sesuai dengan teori dan tidak dapat
mengidentifikasi kandungan zat yang terkandung dalam daun dewa secara tepat.
Diduga sebenarnya daun dewa mengandung geraniol yang termasuk ke dalam kelompok
senyawa terpen yaitu monoterpen – alkohol alisiklik.
- Identifikasi glikosida
Pada eksperimen ini tidak dihasilkan
busa setelah dilakukan pengocokan kuat
pada larutan sampel. Dari hasil ini dapat disimpulkan bahwa daun selasih tidak
mengandung saponin, ini ditunjukan dengan hasil yang negatif.
Selain membentuk busa yang stabil, saponin juga memiliki rasa yang pahit, beracun dan membentuk senyawaan dengan kolesterol.
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1
Kesimpulan
Dari percobaan yang telah dilakukan
dan data yang diperoleh, dapat disimpulkan bahwa :
1. Daun dewa yang digunakan sebagai sampel, ternyata mengandung metabolit sekunder yaitu flavonoid dan steroid.
2. Identifikasi alkoloid pada tumbuhan
daun dewa dengan menggunakan metode Culvenor – Fitzgerald.
3. Uji flavonoid menunjukkan hasil
positif dengan terjadinya perubahan warna hijau menjaid warna kuning kemerahan.
4. Uji steroid menunjukkan hasi positif
sedangkan uji terpenoid menunujukkan hasil negatif.
5. Penyakit yang dapat diobati : luka
terpukul, pendarahan, batuk darah, muntah darah, mimisan, infeksi kerongkongan,
tidak datang haid, digigit binatang berbisa, pembekuan darah, tulang patah,
pendarahan setelah melahirkan.
5.2 Saran
1. Dalam melakukan suatu analisa senyawa yang terkandung didalam suatu tanaman, sebaiknya diketahui terlebih dahulu isi yang ada didalam sampel sehingga kita dapat membandingkan hasil ekspeimen dengan hasil data secara teoritis.
2. Untuk identifikasi
senyawa-senyawa metabolit sekunder sebaiknya sampel yang digunakan adalah
tanaman yang segar.
DAFTAR PUSTAKA
Achamad, S.A. 1986. Kimia Organik Bahan Alam. Universitas Terbuka : Jakarta.
Fessenden,
Fessenden. 1982. Kimia Organik Jilid 2. Jakarta:
Erlangga.
Hart, Harold. 1990. Kimia Organik. Terjemahan Suminar Achmad. Jakarta: Erlangga.
L. Tobing, M.Sc., Rangke. 1989. Kimia
Bahan Alam. Jakarta: Depdikbud.
Suryani, H. 1991. Kimia
dan Sumber Daya Alam. Padang : Pusat
Penelitian Universitas Andalas Padang.
Tim Kimia Organik. 2007. Penuntun Pratikum Kimia Organik 2 . Padang: FMIPA UNP.
Tarigan, P. 1980. Sapogenin Steroid . Alumni Bandung: Bandung.
Tarmizi. 2008. pereaksi Kimia. Padang: UNP Tekan
No comments:
Post a Comment