Vitamin A adalah nama umum dari zat retinol, berguna untuk penglikatan, melindungi kulit dan lapisan mukosa (mulut, hidung dan sistem pencernaan). Untuk memiliki mata yang berseri tergantung pada vitamin A yang dikonsumsi. Begitulah pendapat para ahli. Vitamin A dapat diperoleh dari hati, daging, minyak ikan, susu, kuning telur, bayam.
PERAN VITAMIN A
Vitamin A dikenal sebagai vitamin yang sangat dibutukkan tubuh dan mutlak harus dipenuhi melalui makanan. Pada umunnya vitamin A dikonsumsi dalam bentuk pre form vitamin A dan pro vitamin A. Di Indonesia 80% konsumsi vitamin A berasal dari karoten dan 20% dari makanan hewani maupun pre form vitamin A.
Vitamin aldehid (retinol) berperan sangat penting dalam proses penglihatan. Kemampuan mata melihat pada remang-remang sangat tergantung adanya
Rhodopsin, yaitu apoprotein suatu pigmen yang sangat peka terhadap cahaya.
Adanya rhodopsin memberikan rangsangan kepada retina.
Jika vitamin A karang tersedia, makai rhodopsin akan terganggu yang mengakibatkan mata sulit melihat pada tempat yang gelap. Pada keadaan lebih berat, kerusakan epitel akan terjadi pada konjungtiva (bagian putih bola mata) maka akan terjadi seroftalmia. Selain berperan kkusus terhadap fungsi dan kesehatan mata, juga sangat bermanfaat untuk proses pertumbuhan dan terutama untuk pembauran (integrasi) terhadap beberapa jaringan epitell jaringan limfoid, kekebalan kkusus, dan untuk mekanisme daya takan tubuh (stamina).
Pada orang dewasa yang kekarangan vitamin A dalam wakta relatif lama akan terjadi beberapa kelainan seperti anemia (kurang darah), kesulitan membedakan warna. (buta warna,), kemunduran penciuman/rasa terhadap makanan dan akan kehilangan keseimbangan vestibular, Dampak lain terbukti bahwa kekurangan vitamin A berkaitan dengan angka kematian, karena penderita kekurangan vitamin A kebanyakan anak balita.
Sommer, meneliti anak balita penderita rabun senja dan bercak bitot serta kombinasi keduanya yang memberikan gambaran bahwa pada tingkat ringan memberikan risiko relatif kematian 2,7-8,6%, lebik besar dibandingkan dengan anak balita yang status skulernya normal.
KEKURANGAN VITAMIN A (KVA)
Penderita rabun senja status KVA-nya lebih ringan dari bercak bitot dan bercak bitot lebih ringan dibanding gabungan keduanya. Makin tinggi KVA kian tinggi pula risiko relatif kematian. Keadaan hipovitaminesia A menurunkan nafsu makan, lesu, tak bergairah, Pertumbuhan terganggu dan ketahanan terkadap infeksi menurun. Pada tingkat KVA lanjut akan terjadi proses keratinisasi yang bukan saja pada konjungtiva dan kornea mata, namun juga pada jaringan epitel paru-paru, kelenjar eksokrin, saluran cerna dan saluran kencing terjadi kerasakan sel-sel mukosa disertai werosin. Kelainan KVA yang relatif lama menimbulkan kelainan bentuk tulang dan gejala berupa gangguan sistem syaraf serta menurunnya daya reprodaksi.
Kajian yang dilakukan oleh Green (1928), Rammlingaswami (1948) dan Moore (1957) mengarah pada kenyataan bahwa anak yang kekurangan vitamin A menunjukkan gejala perubahan histologis pada jaringan dalam saluran nafas serta saluran kencing dan alat reproduksi serta kegawatan infeksi yang meningkat.
MENGGANGGU MATA
Kelainan mata pada anak dapat saja terjadi karena vitamin A pada plasma anak kurang dari 15 mikrogran per 100 ml berada di bawah batas normal. Secara klinis kronologis kekurangan vitamin A dikelompakkan sebagai berikut.
1. Rabun senja (XN) merupakan tanda awal. dari seroftalmia.
2. Konjungtiva serosis (X1A) merupakan tanda lain seroftalmia tahap awal. Pada kondisi ini sudut bagian putih bola mata menjadi kasar, kering dan mengkerut, Mata tidak basah sekalipun terdapat air mata, Ketika anak sedang menangis akan terlihat keriput yang melengkung lebih jelas sekingga kemampuan konjungtiva dalam menstransmit cabaya menurun dan konjungtiva menjadi lebik tebal,kasar dan kaku. Perubahan pigmen pada bagian putih bola mata tampak lebih,jelas pada anak yang kulitnya tidak putih. Pada umumnya pigmen yang kekuning-kuningan, kemudian keabu-abuan dan akhirnya coklat gelap yang memerlukan wakta berbulan-bulan.
3. Beroak bitot (X13), merupakan penyakit lanjutan dari kenjungtiva dimana serosis tertutup oleh lapisan yang mirip gelembung-gelembung kecil seperti lemak. Bercak bitot biasanya disertai serosis dan sangat tanggap (responsif) terhadap vitamin A. Jika kerusakan terjadi pada kornea maka keadaan mulai gawat. Pada tahap ini disebut seroftalmia dimana kornea menjadi kering tidak bening, berkabut dan kadang-kadang terjadi. perubahan warna seperti susu. Keadaan begini masih dapat diperbaiki dengan pemberian suplementan vitamin A, nanun pada keadaan lanjut tak bisa disembuhkan lagi. Ini disebabkan terjadi luka pada kornea yang tampak di bagian bawah atau tengah bola mata atau dikenal sebagal keratomalasia yang merupakan seroftalmia paling berat menjelang kebutaan. Pada keadaan ini timbul kerusakan sebagian atau seluruh kornea, kornea berubah warna dari hitam menjadi putih kotor atau kekuningan dengan lensa mata agak memenjol keluar.
4. Kornea Skars adalah kornea ulecrasi atau keratomalasia yang sudah diobati dan penglihatan Jadi kabur yang tingkat keburamannya tergantung pada keadaan seroftalmia yang diderita pada masa lampau. Pada kornea skars keburaman penglikatan tetap tidak bertanbah atau berkurang yang disebut seroftalmia pasif.
5. Seroftalmia fundus (XV) adalah kelainan pada bagian posterior stau Permukaan bagian belakang bola mata sebagai akibat defisiensi vitamin A dalam jangka waktu lama, berupa bintik-bintik putih yang tersebar di daerak fundus. Bintik-bintik putih ini terjadi karena dipigmentasi pigmen lapisan epitel Retina yang akan kilang dengan pemberian vitamin A. Seroftalmia fundus jarang terjadi sekingga tak dipakai sebagai indikator (penunjuk) masalah kesekatan.
MENGATASI KEKURANGAN VITAMIN A
Oleh Tarmizi, B.Sc, S.Pd
Ada 4 macam cara yang dianggap efektif dalam menanggulangi kekurangan .vitamin A, yaitu:
1. Peningkatan konsumsi vitamin A alami. Distribusi kapsul vitamin A dosis tinggi (2OO.OOO IU) kepada anak balita, secara cuma-cuma lewat kegiatan posyandu setiap 6 bulan sekali, yakni setiap Februari dan Agustus.
2. Fortifikasi adalah suatu usaha pengkayaam vitamin A dalam bahan makanan yang relatif sering dikonsumsi manyarakat.
3. Pembangunan kesehatan, bahwa keberhasilan pembangunan kesehatan akan menurunkan morbiditas seperti diare, ISPA dan dapat mengatasi Infestasi cacing.
4. Kecukupan vitamin A sehari-hari. Taksiran kebutuhan vitamin A unstuk tingkat umur adalah sebagai berikut:
· Bayi umur 6 bulan sampai I tahun kecukupan vitamin A 1200 IU.
· Anak 1-3 tahun 1500 IU.
· Usia sekolah 7-9 tahun 2400 IU.
· Remaja 10-12 tahun 3400 IU.
· Umur 13-15 tahun 3725 IU.
· Usia 16-19 tahun 3750 IU.
· Orang dewasa kecukupannya (usia. 20-39 tahun) 3750 IU
FAKTOR PENYERTA KVA
Menurut, Ir.Muhilal, berbagai determinan, (faktor yang menenntukan) dan faktor penentu yang dapat mempengarahi defisiensi vitamin A antara lain:
1. Umur, bahwa seroftalmia tingkat ringan (X1B) lebih banyak diderita oleh anak berumur 3 ‑ 5 tahun daripada umur 0-2 tahun, dan puncak seroftalmia tingkat berat terjadi pada anak usaia 2-3 tahun.
2. Jenis kelamin, seroftalmia tingkat ringan (XIB) relatif lebik banyak dideorwita anak lelaki, sedangkan seroftalmia tingkat berat (X2/X3) lebihk banyak pada anak perempuan.
3. Daerah kantung, secava epidemologis digambarkan bahwa seroftamia cenderung mengelompok (clustering) pada daerah tertentu, artinya bahwa bila pada suatu daerah ditemukan kasus balita sereftalmia maka kemungkinan besar balita lain di sekitarnya akan mengalami hal yang sama.
4. Status vitamin A, bahwa anak balita dengan serum vitamin A kurang dari 15 mikrogram/dl punya risiko 49 kali untuk menderita. seroftalmia tingkat berat dibandingkan dengan anak yang mendapat lebih dari 15 mikrogram/dl.
5. Status gizi, kejadian seroftalmia tingkat berat (X2/X3) bergabung dengan gangguan. pertumbuhan kekerdilan (stuting) dan kekurusan (Wasting), namun seroftalmia ringan hanya bergabung dengan kekerdilan.
6. Kekurangan vitamin A ada kabungannya dengan diare. Kegawatan diare bagi anak yang mendapat suplementasi vitamin A berkurang dibandingkan dengan anak yang tak mendapatkannya.
7. Terbukti rendahnya kejadian ISPA pada anak yang mendapat suplementasi vitamin A daripada yang tak mendapatkannya. sebagaimana dijelaskan lewat percobaan dimana adanya keratisasi dan kerusakan sel penghasil cairan pada saluran nafas kewan percobaan.
8. Konsumsi makanan, artinya konsumsi karoten dan vitamin A pada penderita defisiensi Vitamin A lebih rendah daripada anak. yang bukan penderita defisiensi vitamin A. Anak yang makan sayuran kurang dari satu kali seminggu punya risiko relatif tinggi daripada anak yang mengkonsumsi sayuran.73 kali lebih sering.
9. Tingkat sosial ekonomi, berdasarkan survei ternyata seroftalmia berkaitan dengan sosial ekonomi yang rendah seperti penghasllan dan konsunsi makanan hewani yang rendah. Fasilitas higiene sanitasi yang buruk dan tingkat pendidikan kepala keluarga relatif rendah serta jumlah anggota keluarga, yang relatif banyak. Vitamin A larut dalam minyak/lemak, maka untuk membantu penyerapan karoten sebagai pro-kursor vitamin A yang banyak dalam menu hidangan sayuran hijau. sangat dibutuhkan bagi makanan golongan hewani seperti daging, ikan, telur yang kaya akan lemak atau dapat dilakukan menggunakan minyak dalam memasaknya. Misalnya ditumis atau digoreng.
10. Moralitas, untuk kesehatan dan kelangsungan hidup, sorta KVA akan meningkatkan kematian dikalangan anak berumur 6 bulan sawpai 6 tahun. Mengingat gejala seroftalmia baru muncul bila. yang bersangkutan sudah berstatus vilamin A rendah, maka deteksi dengan pemeriksaan klinis dianggap cukup terlambat. Dari itu perlu dicari cara deteksi yang menggamgbarkan status vitamin A anak yang lebih dini seperti:
1) Pada anak yang kurang vitamin A akan terjadi akumulasi retinal dibidang protein sebagai pembaca retinal ikatan protein dari hati ke sel yang membutuhkan, karena sintesa berjalan terus sedangkan vitamin A yang perlu diangkut torbatas jumlahnya.
2) Pada orang yang kurang vitamin A akan mengalami penurunan jumlah sel Goblet. Sel Goblet adalah sel yang mengeluarkan cairan sebagai mukus sehingga mata tak pernah kering, maka pada anak yang normal akan terlihat sel epitel normal dan terdapat sejumlah sel Goblot.
3) Pada anak yang karang Vitamin A mengalami hambatan penyesuaian dari susuana terang ke suasana gelap. demikian juga kemampuan membedakan warna tertentu sehabis mendapat cahaya yang cukup terang.
Sumber: Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi, 1983, Sugeng Wiyono, Akademi Gizi Jakarta 1994, Keshatan Tumbuh Kembang Anak. (Majalah Panasea No. 93, 1994).
VITAMIN A MENCEGAH KEBUTAAN
Oleh Tarmizi, B.Sc, S.Pd
Pernahkah anak balita Anda memperoleh kapsul vitamin A yang diberikan Posyandu setiap bulan Februari dan Agustus? Tahukah Anda manfaatnya? Dari brosur biru Program Vitamm A yang dikeluarkan oleh Departemen Kesehatan, UNICEF dan Helen Keller Intemational Incorporated, disebutkan bahwa vitamin A dapat menekan angka kematian balita antara. 30% hingga 54%. Hal itu didasarkan pada penelitian di Aceh dan Jawa Barmt, yang diperkuat oleh penelitian di India dan Nepal.
Selama ini vitamin A lebih sering diartikan hanya untuk mengatasi gejala penyakit mata Xeroftalmia (buta. senja, bercak Bitot, sampai kebutaan). Padahal, selain penting untuk mencegah kebutaan anak, vitamin A yang diberikan dalam bentuk. kapsul dapat mempertinggi daya tahan tubuh terhadap serangan beberapa penyakit berbahaya.
Peranan vitamin A dalam mencegah kebutaan telah dibuktikan. Vitamin A penting dalam proses-proses fisiologis, yakni deferensiasi sel, integritas membran, penglihatan, respons-respons imunologis, dan pertumbuhan, selain membantu mencegah perkembangan sel-sel kanker. Pada produk-produk hewani, vitamin A terdapat dalam bentuk retinol dan ester retinol, sedangkan karotenoid (dalam tubuh manusia diubah menjadi vitamin A) terdapat dalam berbagai sayuran dan buah-buah yang bukan citrus.
Pengaruh KVA
Laporan UNICEF tahun .1986 tentang "State of the World's Children" menyatakan bahwa perbaikan status vitamin A mungkin mempunyai dampak besar terhadap penurunan mortalitas anak. Kurang Vitamin A (KVA) timbul bila pemasukan (intake) vitamin A lebih.rendah dari takaran yang dianjurkan. Anak-anak balita yang menderita KVA tingkat subklinis mempunyai risiko lebih
tinggi terhadap kematian. Tanda-tanda klinis KVA dapat diketahui dengan mudah, meskipun alat untuk deteksinya sedang dikembangkan.
Vitamin A beredar dalam darah dan disimpan dalam hati. Berdasarkan hasil percobaan, klinis pada manusia dan hewan menunjukkan bahwa vitamin A diperlukan untuk pemeliharaan dan fungsi normal sistem kekebalan dan jaringan e0itel. KVA sering disertai kondisi-kondisi seperti kurang; protein energi, campak, infeksi saluran pernapasan akut (ISPA), diare dan investasi parasit yang mempercepat menurunnya status, gizi. Simpanan vitamin A dalam tubuh diperkirakan tidak cukup untuk, melindungi anak-anak terhadap komplikasi dari kematian akibat infeksi seperti campak. Penambahan vitamin A telah terbukti dapat menurunkan komplikasi.campak dan kematian sebebesar setengahnya.
Hubungan antara berbagai penyakit tersebut dengan KVA ditunjukkan melalui berbagai penelitian. Suatu studi prospektif pada anak-anak.di daerah pedesaan di propinsi Aceh mencatat adanya peningkatan risiko penyakit diare pada anak-anak yang menderita KVA tingkat awal. Dari data yang sama dilaporkan adanya peningkatan risiko terhadap xeroftalmia setelah menderita diare, dengan catatan vitamin A oral diabsorbsi meskipun ada diare.
Suatu studi longitudinal di Indonesia melaporkan adanya peningkatan risiko untuk menderita penyakit saluran pernapasan pada anak-anak dengan KVA tingkat dini. Penyakit saluran pernapasan dalam studi ini didefinisikan sebagai adanya batuk,,rhonchi atau rales yang oleh pemeriksaan dokter anak menjurus ke diagnosis bronkhitis atau pneumonia. Sedangkan dalam suatu survei yang dilakukan di Cebu, Filipina, menunjukkan bahwa xeroftalmia aktif mempunyaikorelasi positif dengan TBC paru-paru yang diderita sebelumnya (didiagnosis dengan xray) atau dengan batuk rejan yang diderita saat itu.
Terhadap campak, kaitan erat dengan status vitamin A adalah serum vitaminA cepat menurun; respons kekebalan, terhambat; potensi untuk menjadi buta sering terjadi; dan pemberian cepat vitamin A mengurangi kerusakan mata dan meningkatkan kelangsungan hidup.
Banyak laporan dari Afrika yang menyatakan tentang komplikasi berat akibat campak, dan frekuensi peradangan pada, kornea dan selaput tipis biji mata inilah yang menyebabkan kebutaan. KVA tampaknya merupakan faktor penyerta yang mungkin menyebabkan lemahnya selaput tersebut sehingga menjadi lebih rentan terhadap invasi mikroorganisme patogen, seperti herpes simplex dan infeksi virus lainnya. Hasil dari dua studi di Afrika Selatan telah menunjukkan bahwa kematian karena campak dapat diturunkan menjadi setengahnya dengan pemberian vitamin A. Hasil tersebut diperoleh dalam populasi di mana vitamin A tidak merupakan masalah kesehatan masyarakat yang serius.
Karena kurangnya vitamin A dalam makanan sehari-hari, satu juta anak balita di seluruh dunia menderita penyakit mata tingkat berat (xeroftalmia) tiap tahun. Seperempat dari anak-anak ini menjadi buta, dan 60% dari yang buta tersebut kemudian meninggal dalam beberapa. bulan.
Absorbsi Menurun
Untuk mengatasi kurang vitamin A yang sangat dibutuhkan anak balita, selain diperoleh dalam bentuk kapsul dan melalui ASI, setiap hari anak perlu diberi makanan seperti telur, atau hati. Departemen.Kesehatan, me. lalui Program Suplementasi Kapsul Vitamin, A, menyediakan kapsul vitamin A dosis tinggi, 200.000 IU yang. diberikan sitiap 6 bulan. Hasil pemantauan di Di Aceh pada tahuil 1986, pemberian vitamin A dosis tinggi terbukti dapat menurunkan risiko kematian anak balita sebesar 34%. Penelitian yang sama di Jawa Barat menunjukkan penurunan angka kematian sebanyak 46%.
Dengan adanya bukti-bukti yang menunjukkan peran vitamin A dalam menurunkan
angka kematian dan angka kesakitan, maka program penanggulangan KVA ini lebih dikaitkan dengan tiga hal utama, yakni kelangsungan hidup, kesehatan,.dan pertumbuhan anak. Lantas, apakah xeroftalmia hanya menimpa anak balita? Pada kebanyakan kasus, meskipun dapat terjadi pada semua umur. Di Asia contohnya, distribusi penyakit tertinggi terdapat pada umur dua sampai empat tahun.
Pada anak-anak usia muda kebutuhan vitamin A meningkat karena mereka ada pada tahap pertumbuhan yang cepat, dan rentan terhadap infeksi yang berulang. Infeksi akan menghambat kemampuan tubuh untuk mengabsorbsi zat-zat gizi, dan pada saat yang sama akan mengikis habis simpanan vitamin A dalam tubuh. Akibatnya, kebutuban akan meningkat dan absorbsi menurun. sehingga terjadi kerusakan kornea berat yang dapat menyebabkan kebutaan. Ini banyak terjadi pada anak antara umur 6 bulan sampai 6 tahun. Dalam hal ini, KVA sering merupakan penyebab tunggal kebutaan pada anak-anak balita di negara-negara berkembang. Makin muda anak menderita, KVA, makin berat penyakit yang diderita, dan makin besar risiko kerusakan kornea yang diikuti dengan kematian; 60-70% dari semua kasus yang tidak diobati akan menyebabkan kematian setelah beberapa minggu terjadinya kebutaan.
Faktor-faktor risiko timbulnya KVA adalah umur, kemiskinan, letak geografis, makanan, kebiasaan pemberian makanan, dan angka kematian. ASI merupakan sumber vitamin yang baik. Makanan untuk.ibu yang menyusui harus cukup mengandung vitamin A atau karoten. Bila vitamin A dalam, makanan ibu rendah, maka dalam ASI secara proporsional juga rendah, dan bayi akan berada dalam periode penyapihan yang kritis dengan simpanan vitamin A yang sangat rendah. Hal itu sekali lagi menunjukkan keunggulan ASI.
Bayi-bayi yang tidak mendapat ASI berisiko lebih tinggi menderita KVA. Meskipun pemberian ASI secara benar belum biasa dilakukan, tetapi kalau ini diterapkan dapat mencegah KVA. Pemberian ASI yang baik termasuk tidak memberikan makanan maupun cairan sebelum mulai laktasi saat lahir, memberikan kolostrum, tidak memberikan cairan atau makanan padat paling tidak sampai umur 4 bulan, terus memberikan ASI sampai 2 tahun atau selama mungkin setelah pemberian makanan padat. Anak-anak kelompok umur 6-24 bulan rentan terhadap makanan yang kurang mengandung vitaminA. Karena lemak penting untuk absorbsi vitamin A dan karoten, maka pada penduduk yang memakan makanan berlemak rendah mempunyai risiko terhadap KVA.
Perbaikan menu makanan untuk meningkatkan bahan-bahan makanan sumber karoten (pro-vitamin A) dan vitamin A alami merupakan cara penanggulangan KVA jangka panjang yang paling aman dan lestari. Pemberian vitamin A dosis tinggi dan fortifikasi merupakan cara artifisial untuk menutupi kekurangan vitamin A ajkibat kebiasaan makan yang tidak baik.
Bahan makanan sumber vitamin sebenarnya banyak dijumpai, termasuk di daerah rawan KVA. Tanaman sayuran hijau dan buah-buahan banyak tersedia, hanya sayangnya kurang dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya. Pemberian ASI yang cukup dapat meningkatan status vitamin A dan mencegah KVA. Penggunaan secara terbatas makanan pendampinp ASI pada umur 4-6 tahun dapat menunda terjadinya diare yang akan mengikis persediaan vitamin A dalam tubuh. Oleh.sebab itu bayi di bawah umur 6 bulan bila disusui mempunyai risiko yang lebih rendah terhadap KVA.
Dalam makanan hewani, vitamin A terdapat dalam bentuk retinol seperti dalam, lemak, hatti, susu, mentega dan telur, sedangkan karoten terdapat dalam sayuran seperti wortel, daun singkpng, bayam, ubi kuning, kangkung, buah-buahan non citrus seperti pepaya, mangga. Sejumlah vitamin A yang sama. dapat diperoleh dari 68 gram bayam, atau dari 63 gram hati sapi, 127 gram telur ayam, 1,7 liter susu segar penuh, atau dari 6 kg daging sapi atau daging kambing.
Begitu pentingnya peranan vitamin A dalam menjaga kesehatan anak balita menjadi kewajiban para. ibu untuk memperhatikan gizi makanannya.. Untuk merangsang nafsu makan mereka sebaiknya bahan makanan tersebut diolah dengan cara disaring atau dihaluskan, sehingga sesuai dengan rasa dan selera yang disukai anak-anak.m Ayodya L Ryadi
Vitamin A
· dikenal dengan nama Retinol, Retinyl Palmitate Retinyl Propnonate, Retinyl Acetat, atau Retinyl Linoleate sebagai Retin A atau Renova.
· membantu menstimulasi pertumbuhan sell kulit baru dan memelihara jaringan kulit.
· digunakan sebagai pengobatan topikal (setempat) untuk perawatan kulit kering, berkerut halus, dan kulit yang rusak akibat terbakar sinar matahari.
· pemilik kulit sensitif sebaiknya berhati-hati menggunakan produk yang mengandung vitamin A. Konsultasikan dulu dengan dokter.
No comments:
Post a Comment