Pendengaran yang baik
merupakan kebutuhan kita yang sangat
pokok, yang selalu kita pergunakan
untuk berkomunikasi dengan
dunia sekitar kita. Hal ini merupakan sesuatu yang
sangat menda-
sar, yang membuat satu dengan lainnya saling mengerti.
Kebanyakan
kita tidak memikirkan berapa pentingnya alat
pendengaran terse-
but. Bagaimana kesulitan hidup yang
bakal terjadi, seandainya
kita tak dapat mendengar dengan baik?
Kebisingan di sekitar kita
Kebanyakan anak
muda dan sebagian yang tua saat ini tak
begitu peduli dengan kebisingan. Di dalam
bis kota, di pasar,
ditoko, apalagi di paberik, kebisingan selalu terjadi.
Sebenarnya
hal ini bisa diatasi. Misalnya jika sang sopir
bis kota ditegur
oleh banyak penumpang yang tak suka musik
yang hingar bingar,
tentulah ia akan mengurangi volume suara tape
kasetnya. Ada pula
diantara kita yang menyukai musik yang hingar
bingar di kamar.
Apakah hal ini ada dampaknya terhadap
pendengaran? Ya, walau
kadarnya untuk tiap orang berbeda.
Bising merupakan
bentuk semu suara yang tak dikehendaki,
dapat mengganggu pendengaran dalam lingkup
frekuensi pendengaran
manusia. Bising, seperti juga suara
lainnya, punya intensitas
dalam frekuensi tertentu yang
bervariasi dalam jangka waktu
tertentu. Ada tiga hal yang memberi
pengaruh pada telinga :
adaptasi, perubahan ambang sementara, dan perubahan
ambang tetap.
Menurut dr.Thaufiq Boesoerie
di R.S. Hasan Sadikin Bandung,
adaptasi itu sendiri merupakan frekuensi
yang terjadi beberapa
peningkatan ambang dengar pada saat telinga
menerima bunyi, dan
pada suara dengan intensitas di atas 70 dB. Ambang
dengar normal
kembali dalam 0,5 detik setelah bunyi berhenti.
Ia menjelaskan,
peningkatan ambang akibat suara di atas 90
dB akan jadi tertinggi pada frekuensi sama dengan
frekuensi bunyi
penyebab, dan dapat juga meninggalkan ambang dengar
pada frekuen-
si lebih atau kurang dari itu.
Kelelahan terjadi bila
suara berlangsung lebih lama dengan
intensitas yang lebih tinggi.
Peningkatan ambang dengar akan
terjadi pada 0,5-1 oktaf di atas frekuensi suara
penyebab kelela-
han. Gejala ini akan berlangsung paling sedikit
selama 2 menit,
dan akan normal kembali sebelum 16 jam.
Pada perubahan ambang
yang bersifat menetap
sementara, terjadi peningkatan ambang
dengar sebesar kira-kira 40 db dan memerlukan waktu 16
jam untuk
normal lagi.
Pada perubahan ambang yang
menetap terjadi perubahan perma-
nen dari mikrostruktur serta
fungsi biokimiawi dari kohlea.
gelombang mekanik yang masuk ke
dalam cairan di kohlea dari
frekuensi ovale akan dijalarkan mulai dari lingkaran
basal hingga
ke apeks. Nada tinggi merupakan gelombang
pendek, sehingga amp-
litudo maksimal akan terjadi pada
lingkaran basal, dan nada
rendah merupakan gelombang panjang
akan terjadi maplitudo di
daerah apeks kohlea. Dengan demikian kerusakan organ
Corti akibat
nada tinggi sering terjadi akibat paparan bising
adalah sekitar
10-15 mm dari foramen ovale, yakni pada reseptor
frekuensi 3000
Hz-6000 Hz.
Kesulitan mendengar
Ketidakberesan atau kekacauan
dalam percakapan adalah tanda
awal dari kesulitan mendengar. Meskipun kebanyakan
orang tak mau
menerima hal itu, terutama dalam kelompok orang yang
kurang dapat
berkonsentrasi pada seorang pembicara tunggal
akan menjadi lebih
kabur. Keadaan ini mengherankan, hal ini tak dapat
diterima dapat
terjadi. Ia tidak senang mengikuti suatu pembicaraan
banyak orang
atau diskusi. Tentu saja dalam semua
keadaan ini paling mudah
untuk mencela orang lain yang berbicara kurang jelas.
Ada 2 cara yang menyebabkan
kehilangan pendengaran. Pertama,
gangguan organ penghantar (conductive losses).
Kehilangan penden-
garan terjadi akibat kerusakan organ penghantar,
sehingga alat-
alat ini tidak ke ruangan telinga bagian
dalam. Kerusakan yang
terjadi dapat pada kendang (selaput telinga) dan
bisa juga pada
tulang-tulang kecil dalam telinga.
Penyebab yang kedua adalah
gangguan saraf pendengar (precep-
tive losses). Kehilangan pendengaran ini
disebabkan organ saraf
dan pusat saraf di otak tak mampu menerjemahkan
rangsang getaran
suara menjadi suatu tanda yang bermakna.
Urutan kemampuan mendengar
sering kali agak sukar diketahui,
terutama jika terjadi sedikit demi
sedikit dan memakan waktu
lama. Apabila tidak disertai tanda-tanda adanya
rasa sakit, atau
tidak enak, sehingga yang bersngkutan tidak
begitu menghiraukan
dan seakan tidak ada masalah.
Salah satu indikasi
seorang menderita kesulitan mendengar
adalah, mereka tidak dapat membedakan bicara, atau
bila ada suara
yang keras atau gaduh tetapi tidak
timbul reaksi. Juga bila
kebutuhan dalam mendengar suara radio atau
televisi jauh lebih
keras dari orang biasa di sekitarnya.
Orang yang menderita
kurang pendengaran lebih mudah lelah,
karena untuk memperoleh pengertian pembicaraan
memerlukan perha-
tian dan konsentrasi yang lebih besar dari
biasanya. Kebanyakan
orang dengan gangguan pendengaran
condong menarik diri dari
kegiatan lingkungan sosial dan akhirnya menyendiri.
No comments:
Post a Comment