Oleh Tarmizi, B.Sc, S.Pd
Pendengaran kita mungkin punya ketajaman yang
berbeda antara
telinga kiri dan kanan, atau antara seseorang dengan orang lain.
Disamping itu, faktor psikologis juga memegang peranan
penting
terhadap ketajamn pendengaran, seperti
perhatian, konsentasi,
situasi kejiwaan, sedih, senang, punya masalah
dan hal lain
(Ripto, 1987).
Perbedaan derajad pendengaran dapat
diukur dengan tes atau
pemeriksaan pendengaran. Fungsi tes adalah
untuk mengetahui
apakah derajad pendengaran seseorang normal, sukar mendengar atau
tuli total pada tiap frekwensi. Seseorang dikatakan normal
pen-
dengarannya
bila mampu mendengar kekerasan suara 10 dB (desi Bel)
sampai 30 dB
pada semua frekwensi mulai dari 125 Hz, 250 Hz, 500
Hz, 2000 Hz,
3000 Hz, 4000 Hz, 6000 Hz sampai 8000 Hz. Dikatakan
sukar
mendengar bila seseorang hanya mendengar kekerasan suara 35
dB
sampai 90 dB pada semua frekwensi. Dikatakan tuli total bila
seseorang
tidak mendengar suara di atas 90 dB.
Tes
pendengaran bermanfaat untuk beberapa bidang, antara lain :
1.
Pendidikan. Anak sekolah seyogyanya menjalani tes pendengaran,
yang bermanfaat untuk kelancaran proses belajar
mengajar.
Pemeriksaan anak sekolah merupakan bagian dari
pemeriksaan
kesehatan sekolah, seperti halnya penimbangan berat
badan,
pengukuran tinggi badan, pemeriksaan mata. Pemeriksaan pende-
garan pada anak dilakukan sekali setahun, paling tidak sekali
tiga tahun. Pada anak yang normal pendengarannya tidak
ada
kesulitan menerima pelajaran.
Pada anak yang kurang pendengarannya, dapat diberikan
cara yang tepat dan sesuai dengan kelainanya. Dari sini dapat
ditemukan anak tuna rungu dengan tingkatnya.
Sudah barang
tentu mereka akan mendapat sistem pendidikan khusus bagi anak
tuna rungu di Sekolah Luar Biasa bagian B. Bila anak menunjuk-
kan tuli pada nada tinggi (High pitch hearing loss), maka ia
akan cocok menerima pelajaran dengan baik secara auditif pada
guru pria, yang umumnya bersuara lebih rendah.
Bila anak
mengalami tuli nada rendah (Low pitch hearing loss), ia akan
dapat menerima pelajaran dangan baik secara auditif dari guru
wanita.
2.
Industri. Mereka yang bekerja di paberik yang
menggunakan
mesin dengan suara yang sangat gaduh, bising, dapat terkena
trauma akustik, sehingga mengalami tuli. Keadaan inilah yang
menjadikan perhatian bagi Medical examination, untuk mengada-
kan tes pendengaran bagi karyawan secara berkala.
3.
Penelitian. Tes pendengaran juga bermanfaat bagi penelitian,
yaitu merupakan tes untuk menyiapkan sejumlah
sampel yang
ditentukan tanpa kelainan pendengaran. Fungsi
pendengaran
sangat mempengaruhi validitas hasil penelitian.
4. Diagnosa.
Untuk menentukan apakah anak atau seseorang mengala-
mi tuna rungu, mentally retarded, autistic child atau menimal
braindysfunction, maka tes pendengaran merupakan salah satu
bentuk pemeriksaan disamping pemeriksaan lain. Itulah sebabnya
tes pendengaran bermanfaat untuk menegakkan diagnosa
suatu
kelainan.
5.
Pekerjaan. Banyak pekerjaan membutuhkan pendengaran, antara
lain seperti kemiliteran, kepolisian, pegawai
telefon dan
bidang lain. Untuk menentukan apakah seseorang dapat diterima
pada bidang tersebut, haruslah dilakukan tes pendengaran.
6. Deteksi
dini kecacatan tuna rungu. Dengan adanya deteksi dini
kecacatan, orangtua anak atau masyarakat dapat
mengetahui
lebih awal. Maka tindak lanjut yang positif dapat dilakukan
segera, baik bersifat preventif, kuratif maupun rehabilatif.
Tes pendengaran anak balita 0-3 bulan dapat diketahui melalui
: a. Perhatian kita terhadap tangis anak. b. Memperdengarkan
bunyi mainan atau benda di samping anak jarak 30-50 cm.
c.
pada waktu ditimang-timang/disayang ibunya.
7.
Deteksi dini kecacatan balita (Drs. Med. Poedjangga).
Anak
yang baik pendengrannya, akan menangis dengan keras, berirama
dan mengandung bunyi bahasa -O-; -OE-; -K-; -NG-; kadang -S-.
Anak yang tidak baik pendengrannya akan menangis dengan suara
lemah, parau atau melengking, bunyi bahasa hanya -E-. Anak
yang baik pendengarannya akan menoleh, terkejut, bila menden-
gar suara di sampingnya, namun bila tidak menoleh atau tidak
terkejut, maka pendengarannya tidak berfungsi dengan
baik.
Demikian pula halnya, anak yang ditimang-timang akan kelihatan
senang bila pendengarannya baik.
Selain hal di atas, pemeriksaan terhadap bentuk dan besar
telinga kanan
dan kiri, lubang telinga yang cukup besar dan tidak
mengeluarkan
cairan. Hal semacam itu dpat dilakukan oleh petugas
Puskesmas,
PKK, ataupun petugas sosial. Pemeriksaan dini dapat
dilakukan
oleh Poliklinik Audiometri Anak-anak dengan lebih
teliti.
Pemeriksaan dilakukan dengan peralatan dan dengan pemer-
iksaan Free
Field Test.
Alat bantu
dengar
Mengingat pentingnya fungsi pendengaran, kita bisa berkon-
sultasi
dengan para ahli di bawah ini.
1. Dokter, yang terdekat dengan keluarga saudara dalam banyak
hal adalah penting. anda dapat mengeluarkan
keluhan atau
masalah yang Anda derita, dan dokter ini akan
menunjukkan
dokter spesialis mana yang paling tepat.
2. Ahli
THT, ahli telinga hidung dan tenggorokan akan memeriksa
lebih teliti organ yang berhubungan dengan alat dan
fungsi
pendengaran, sehingga akan memberi pengobatan yang tepat.
3. Ahli
audiologi, yang akan mengukur sifat dan besarnya kemam
puan mendengar dengan memakai alat ukur pendengaran (Audiome-
ter), dan akan menunjukkan alat pendengar tambahan yang diper-
lukan.
4. Ahli
pembuat alat bantu dengar (hearing Aid). Ahli ini akan
memilihkan alat bantu dengar yang diinginkan sesuai
dengan
selera pemakai. Ada alat bantu dengar yang dipasang di bela-
kang daun telinga, ada yang dimasukkan di dalam lubang telinga
luar dan ada yang dipasang langsung sebagai tangkai kaca mata.
Yang terakhir adalah alat bantu dengar yang dimasukkan dalam
saku. Tulisan ini dikemukakan dengan harapan
penulis agar
dapat membantu Anda yang bermasalah dengan pendengaran.
Tarmizi,
B.Sc, S.Pd /Universitas Negeri Padang.
Referensi:
Ripto, "Fungsi dan Manfaat Pemeriksaan
Pendengaran," (Majalah
Rumah Tangga & Kesehatan, 1987).
Tarmizi, "Pendengaran yang baik, Merupakan sarana komunikasi
yang
penting," (Majalah Rumah Tangga & Kesehatan,
1987).
Sumardi, "bahaya sinar Elektromagnit di sekitar
Kita," (Majalah
Panasea No.31, 1991).
YWS, "Pengaruh Bising Pada pendengaran," (Majalah
Panasea No.68, 1993).
No comments:
Post a Comment