Automatic translation of this blog page

Tuesday, April 19, 2011

Kritik Arsitektur


KISS Part 2 (Keep it Simple and Stupid)
(sebuah Filosofi Desain)

Oleh: Nasbahry Couto dan Harmaini Darwis

Tulisan ini mirip dengan sebuah artikel yang bertajuk “Sebuah Perenungan Terhadap Kecendrungan Seni dan Budaya: Praktik Seni Berbasis Riset dan KISS (Keep it simple and stupid)”. KISS dapat dianggap filosofi desain. Filosofi yang lain adalah user oriented, use oriented, dan stigma desain, atau gabungan beberapa diantaranya. Namun yang terakhir ini didasari oleh pemikiran bahwa sebuah desain adalah aksi untuk mengubah. Setiap perubahan selalu mengandung resiko kekeliruan/kesalahan. Mendesain berarti berani menanggung resiko kesalahan, dan yang berhasil adalah yang berani mengubah kekeliruan menjadi kebenaran. Mengenai filosofi desain ini tidak perlu diterangkan secara dalam, namun tulisan terdahulu dapat diambil cuplikannya sebagai berikut.
“Bentuk KISS, secara politik dan praktik diakui sebagai sebuah strategi, dia dapat berwujud sebagai prinsip sebuah aksi. Secara psikologis dan kultural, KISS adalah akibat kultur meme atau “peniruan”. Namun secara ekonomi dan politik KISS adalah dampak dari masyarakat yang tertekan dan akibat otoritas dalam sosial. Dalam beberapa hal, praktik seni dan desain kontemporer dapat dilihat sebagai praktik KISS. Dalam bentuk lain, dapat dilihat dalam kehidupan manusia lainnya, seperti mode rambut, mobil, dan pakaian adalah hasil kultur meme (peniruan) dengan prinsip KISS. Terutama bagi para pelaku budaya yang ingin cepat cari keuntungan. Bidang garapan seni yang banyak mengadakan peniruan di Indonesia adalah sinetron dan filem, lainnya adalah seni rupa dan desain. Apalagi jika tidak ada aturan organisasi profesi, manajemen, atau pakem seni yang mengerem aksinya agar tidak jatuh kepada KISS.
Dalam artikel ini penulis ingin menjelaskan tentang masalah gedung DPR yang menjadi sorotan baru-baru ini. Perlu juga dijelaskan bahwa praktik peniruan desain gedung Ruang Sidang MPR/DPR lama yang berbentuk cangkang itu (dekat gedung DPR yang direncanakan sekarang) sebenarnya juga di lakukan oleh Ir. Sujudi pada zamannya (dari sumber yang terpercaya). Jadi jika Gedung DPR yang baru ini juga hasil peniruan, berarti sejarah lama terulang lagi.Dalam artikel ini penulis ingin membahas polemik bangunan DPR yang baru ini yang arsiteknya adalah Rizal Syarifuddin. Bangunan itu sendiri tender perancangannya bernilai 18 milyar yang dimenangkan oleh PT.Yodya Karya atas saingannya yang lain. Beberapa fakta menarik mengenai rencana pembangunan gedung baru DPR itu adalah berikut ini.
  1. Pembangunan gedung ini merupakan program kerja DPR 2004-2009 dan dilanjutkan oleh anggota DPR periode 2009-2014.
  2. Biaya yang dianggarkan untuk pembangunan fisik gedung ini adalah sebesar 1,165 Triliyun.
  3. Jika dihitung dengan fasilitas dan isi gedung, termasuk pengimplementasian teknologi informasi maka biaya yang akan dihabiskan adalah sebesar 1,8 Triliyun.
  4. Biaya tersebut akan diperoleh secara bertahap dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2010 sebesar Rp 50 miliar. Selanjutnya, APBN 2011 sebesar Rp 800 miliar. Sisanya akan disediakan oleh APBN 2012.
  5. Lokasinya terletak di sebelah selatan Gedung Nusantara I DPR sesuai block plan kawasan kompleks parlemen Indonesia yang telah disetujui.
  6. Luas total bangunan menjadi 157.000 meter persegi,  terdiri dari 36 lantai dan 3 lantai bawah tanah (basement) serta dilengkapi dengan berbagai fasilitas termasuk untuk keperluan internasional.
  7. Gedung ini memiliki satu lantai yang berfungsi sebagai ruang rekreasi  bagi para anggota dewan.
  8. Setiap seorang ‘wakil rakyat’ nantinya akan menempati ruangan sesuai dengan standar ruang kerja anggota dewan yang terdiri dari ruang kerja, anggota, ruang staf ahli dan asisten pribadi, ruang rapat kecil, kamar istirahat, KM/WC dan ruang tamu. Untuk satu anggota DPR dengan 5 staf ahli dan 1 asisten membutuhkan ruangan seluas 120 meter persegi.
Oleh karena itu timbul beberapa pertanyaan sebagai berikut. Misalnya apakah memang sedemikian besar luas lantai yang dibutuhkan oleh hanya seorang anggota Dewan ? (120 m2). Benarkah bangunan ini mirip atau tiruan dari desain bangunan yang sudah ada ? (terutama bangunan Kongres negara Chile). Apakah benar konsep desainnya bermakna filosofis? Dan atau filosofi yang berakar dari budaya Indonesia. Untuk menjawab pertanyaan seperti ini sebenarnya sulit jika tidak langsung kepada desainernya. Namun, pertanyan ini bisa dibahas, misalnya paling tidak sebuah konsep arsitek lahir untuk kepentingan blok plan, atau master plan, yang lain adalah demi kepentingan konsep desain bangunan.
Filosofi Arsitek

Desain gedung baru itu dikatakan berbentuk gerbang, dianggap mencerminkan filosofi anggota DPR yang berlatar belakang ragam daerah dan budaya. Gerbang sebagai metafora dari harapan bagi kemakmuran bangsa Indonesia dengan dua pilar kokoh di atasnya, serta dibuat berdasarkan kebutuhan ruang dan penataan ulang kawasan kompleks MPR/DPR/DPD. Gedung baru ini ditujukan untuk memfasilitasi kegiatan dalam kompleks DPR yang perlu diwadahi secara baik sehingga dapat menunjang kinerja Dewan.
Sedangkan lanskap kompleks DPR selalu menyertakan unsur air sebagai salah satu elemen pembentukannya. Selain sebagai elemen estetis, juga dipergunakan sebagai penghubung antara bangunan yang sudah ada dengan gedung baru dan cadangan air untuk keperluan darurat. Konsep desain tersebut dapat diperinci lagi oleh arsitek sebagai berikut ini.

Empat filosofi dasar desain Gedung DPR RI menurut Arsitek. (sumber www.tabloidrumah.cm)
  1. Sopan-santun. Bentangan bangunan cukup lebar, yaitu 32 m, dan panjang 117 arsitek menyiasati dengan rancang bangun yang tidak terkesan masif dan memiliki bukaan sebagai sarana masuknya cahaya matahari. Dibuatlah banyak lubang atau bukaan pada bangunan ini. Frame yang tercipta juga menegaskan bahwa bangunan  baru ini sopan terhadap bangunan lama.
  2. Suci niat dan tindakan.Konsep lain yang ditawarkan dan juga menjadi arahan adalah konsep aliran air  yang mengejawantahkan sucinya niat dan tindakan. Aliran air dibuat dari gedung Nusantara 1 yang notabene menjadi pusat keputusan negara menuju gedung DPR baru sebagai kantor anggota dewan, lalu bermuara di kolam dengan bendera indonesia yang berarti “ bermanfaat untuk bangsa”.
  3. Kuncup berpendidikan. Seperti bunga yang kuncup diatas air, kelak akan merekah indah dan berbuah. Filosofi ini tampil pada bangunan yang seolah dicelupkan ke dalam kolam, yang bercerita bahwa ini bangunan pendidik (kriteria), yang akan menciptakan keputusan berpendidikan pula dan mencerdaskan bangsa.
  4. Mozaik keberagaman. Bangunan skybridge (bangunan tinggi berjembatan) yang berguna untuk menghubungkan kedua massa bangunan, yang memisahkan zona publik serta privat. Maksud dari konsep ini bukan untuk menciptakan jurang pemisah antara rakyat  dengan dewan perwakilan, namun untuk menjaga kenyamanan anggota saat bekerja. Selain berkesan dinamis, mosaik mengartikan keragaman bangsa yang bersatu.
Filosofi atau hanya penandaan tertentu pada bangunan?

Kita dapat menganalisis apakah benar konsep arsitek ini adalah sebuah konsep yang bertaraf filosofis, atau hanya  konsep desain yang sifatnya hanya konotasi atas sistem tanda atau visualisasinya ? Kita dapat mengkaji dan mengurai apa yang diutarakan di atas. Secara umum tentu berdasarkan kajian bahasa visual, yang lain bisa berdasarkan kajian semiotika atau retorika visual. Uraiannya adalah berikut ini (penomoran dengan tanda kurung, adalah cara membangun teori apa, atau latar pengetahuan yang membangunnya).

SOPAN-SANTUN. (1)=Adalah konsep cita-cita, perilaku. Arsitek menyatakan bangunan memiliki bentangan cukup lebar, yaitu 32 m, dan panjang 117, bangunan  yang tidak terkesan masif (persepsi) dan memiliki bukaan sebagai sarana masuknya cahaya matahari (2)=konsep fungsi. Dibuatlah banyak lubang atau bukaan pada bangunan ini (3)= persepsi. Frame yang tercipta juga menegaskan bahwa bangunan  baru ini sopan terhadap bangunan lama (4)= Interpretasi.

SUCI NIAT DAN TINDAKAN (5)= konsep cita-cita  perilaku. Konsep lain yang ditawarkan dan juga menjadi arahan adalah konsep aliran air, yang mengejawantahkan sucinya niat dan tindakan (6)= Indeks dan simbol. Aliran air dibuat dari gedung Nusantara 1 yang notabene menjadi pusat keputusan negara menuju gedung DPR baru sebagai kantor anggota dewan, lalu bermuara di kolam dengan  ke bendera indonesia yang berarti “ bermanfaat untuk bangsa” (7)= konotasi, aliran air adalah indeks, bukan simbol.

KUNCUP BERPENDIDIKAN (8)= simbol). Seperti bunga yang kuncup diatas air (9)= ikon, kelak akan merekah indah dan berbuah (10)= interpretasi. Filosofi ini tampil pada bangunan yang seolah dicelupkan ke dalam kolam, yang bercerita (11)= narasi, bahwa ini bangunan pendidik (12)= interpretasi, yang akan menciptakan keputusan berpendidikan pula dan mencerdaskan bangsa.(13)= konsep cita-cita.

MOZAIK KEBERAGAMAN. Bangunan skybridge (bangunan tinggi berjembatan) yang berguna untuk menghubungkan kedua massa bangunan, yang memisahkan zona publik serta privat (14)= konsep fungsi. Maksud dari konsep (15)= gagasan,  ini bukan untuk menciptakan jurang pemisah antara rakyat  dengan dewan perwakilan, namun juga untuk menjaga kenyamanan anggota saat bekerja. Selain berkesan dinamis, mosaik mengartikan keragaman bangsa yang bersatu.Jadi, Ada 15 kata kunci untuk menganalisis sistem tanda persepsi dan bahasa visual. Bagi orang  yang awam tentu saja bisa dibawa ke arah imajinasi tertentu oleh desainer atau seniman, hal ini tidak salah jika hal itu benar dilandasi oleh budaya visual bangsa sendiri.
Konsep Gerbang

Kalau kita analisis, konsep gerbang  dalam budaya Indonesia tidaklah seperti bangunan itu. Perhatikan gerbang Candi dalam budaya Indonesia semasa Hindu, umumnya memisahkan menjadi dua sayap yang terpisah (gambar kiri atas). Secara umum persepsi yang terbentuk dari rancangan gedung baru itu memang seperti sebuah gerbang, namun hal ini masih membuka polemik lain, misalnya dalam budaya Indonesia bangunan gerbang itu harus menghadap kemana dari bangunan lain, sehingga gerbang harus di tempatkan dimana dan seterusnya. Bentuknya adalah dua bangunan yang sama kemudian bagian puncaknya disatukan kesannya adalah seperti konsep konstruksi yang tertua (pasangan kolom dan balok), oleh karena itu kita bisa melihat bagaimana tradisi gerbang dalam arsitektur Barat..

Bangunan Gerbang Tradisi Barat

Dalam tradisi Arsitektur Barat konsep gerbang ini sudah berlangsung sangat lama. Misalnya Lion Gate yang terkenal di kota kuno Mycenae di Yunani. Mycenae (Misena) merupakan pusat peradaban Aegean dari abad ke-14 SM, sampai abad ke-12. Kemudian tradisi ini mempengaruhi bangunan Romawi, karena Romawi menjajah daerah yang sangat luas pengaruh ini kemudian muncul dalam berbagai negara, misalnya bangunan Brandenburg Gate. Bangunan ini di bangun antara tahun 1788 dan 1791 di pusat kota Berlin, Jerman, Gerbang Brandenburg adalah salah satu bangunan pengaruh Yunani dan Romawi (gambar atas kanan). Yang paling terkenal adalah bangunan Arc de Triomphe, atau Gerbang Kemenangan di Perancis (gambar kiri bawah).Dapat dipastikan bahwa gagasan bangunan Kongres di Chile sedikit banyaknya adalah pengaruh dari konsep bangunan gerbang berdasarkan tradisi Arsitektur Barat. Konsep gerbang seperti ini tidak mungkin tidak diketahui oleh arsitek yang merancang bangunan DPR di Indonesia.
KONSEP SOPAN SANTUN
Sopan santun adalah konsep cita-cita dan konsep analogi, dimana bangunan dikonotasikan dengan perilaku manusia. Misalnya, bangunan yang satu sopan terhadap bangunan yang lain dalam bahasa visual, artinya dia berada dalam transformasi bentuk bangunan yang sudah ada (tidak berdiri sendiri). Hal ini dicapai melalui bukaan atau lobang gerbang itu, seperti sebuah bingkai pigura. Tetapi apakah itu penting dibandingkan dengan  gambar di bawah ini ?. Ini adalah berbagai gaya tidur anggota DPR saat sidang, yang bisa ditafsirkan bermacam-macam. Jadi yang penting bukan bangunan yang satu sopan terhadap yang lain tetapi bagaimana bangunan atau interior di dalamnya menyebabkan orang menjadi tertip.


Dari analisis di atas terlihat bahwa konsep sopan santun dapat gugur bermakna filosofis, karena hanya sebatas konsep cita-cita (1,3,4,5), sedangkan yang benar adalah sebagai sistem visualisasi komposisi bangunan, khusus untuk dinding (2), bahwa bukaan-bukaan itu  pada dinding bangunan berfungsi sebagai masuknya cahaya matahari, dan ini hanya bersifat teknis deisamping persepsi yang terbentuk sebagai tekstur kulit bangunan.

SUCI NIAT DAN TINDAKAN.
Konsep ini juga termasuk konsep cita-cita (5)= Konsep cita-cita  perilaku). Tapi argumennya bisa jauh dari kebenaran. Dalam budaya kita air memang untuk mensucikan diri (Islam, berwudu), (air sungai Gangga : Hindu-India), tetapi juga dianggap ganas, bisa membunuh (Ratu Laut Kidul: Jawa). Dimasa kini air adalah sesuatu yang menakutkan ganas, menghancurkan (=Tsunami), jadi tidak selalu dianggap suci. Air yang mengejawantahkan sucinya niat dan tindakan (6)= Indeks dan simbol). Air adalah tanda  indeks, sebab dia hanya mengindikasikan.  Air yang mengalir menuju bendera Indonesia, bisa di tafsirkan (konotasi), diantaranya bahwa kekayaan daerah mengalir ke pusat. Jadi konotasinya bisa salah atau melenceng, misalnya makna tesis bisa menjadi antitesis.

KUNCUP BERPENDIDIKAN

Ada dua sistem tanda disini yaitu, pertama (kerucut kaca berangka) yang diangggap sebagai ikon bunga, kerucut ini berada di atas air (bak). Kedua, cahaya yang masuk ke dalam basement, yang dianggap sebagai pencerah. Dalam budaya kita simbol-simbol air dan bunga sebenarnya berasal dari ajaran Budha (= bunga Lotus) di atas air. Sebagai berikut (8)= konsep simbol lotus, (9),=ikon bunga (10),= interpretasi terhadap bunga),  (11)= Narasi/cerita tentang bunga)  (12)=Interpretasi komplek bangunan di atas air seperti bunga), yang akan menciptakan keputusan berpendidikan pula dan mencerdaskan bangsa.(13)= konsep cita-cita. Apakah kita dapat dibawa kearah pemikiran ini ? Ajaran Budha dan juga ajaran agama lain, memang semuanya baik, yang tidak baik adalah saat dia menjadi sebuah institusi, sebab yang terjadi adalah bentrok antar kepentingan institusi, bukan ajarannya. Konsep-konsep seperti ini hanya konsep analogi, yang menganalogikan komplek bangunan di atas air itu adalah sesuatu yang baik. Sebuah pertanyaan filosofis dalam seni umumnya berkaitan dengan tiga hal, yaitu (kebaikan), (2) kebenaran (3) keindahan. Misalnya apa makna dari keindahan bangunan di atas air ? Sulit menjawabnya. Adakah filsafat pendidikan yang dasarnya bunga dan buah di atas air ?

MOZAIK KEBERAGAMAN.

Bangunan skybridge (bangunan tinggi berjembatan) yang terhubung diantara keduanya dianggap sebagai lambang yang tidak memisahkan zona publik serta privat, sebenarnya ini adalah konsep fungsi ruang.(Lihat gambar di bawah).  Mosaik pada dinding bangunan dapat dianggap sebagai tanda keberagaman mungkin tepat (tanda indeks), tetapi apakah bisa dipakai sebagai simbol?. Mosaik yang dimaksud adalah pemakaian pelbagai bentuk pada dinding bangunan ini. Namun pada halaman depan ada dinding dengan bentuk-bentuk segi empat yang makin rapat pada dinding bangunan, dan sangat rapat sekali pada bangunan utama, elelemen estetik ini dimaknai sebagai "makin ke pusat makin rapat dan semakin bersatu" (analogi untuk perbedaan pendapat, dan mencari kesatuan pendapat).
 Konsep blog plan yang biasa di pelajari di Arsitektur, dimana  area publik, semi publik dan prifat di pisahkan. Konsep ini juga dipakai dalam penataan ruang yang lebih kecil

Akhirnya, berdasarkan analisa dan kajian, sistem tanda yang ada pada bangunan atau kompleks bangunan ini diragukan keempat butirnya dapat bertaraf filosofis. Sebab untuk sampai ke taraf filosofis sistem tandanya harus memiliki referensi budaya Indonesia sendiri yang  bersifat simbolik (kesepakatan budaya) yang dapat dipelajari dari budaya visual lokal. Arsitek berhasil menjelaskan sistem tanda terutama beberapa tanda indeks dan satu tanda ikon,  yang kemudian dapat dimaknai melalui analogi, metafora dan konotasi  secara umum.

Keterangan
  • Indeks adalah sistem tanda indikasi, misalnya api adalah tanda ada yang terbakar, jejak kaki, sebagai indikasi adanya orang yang meliwati jalan itu. Beberapa tanda indeks itu adalah (1) Air, (2) aliran air, (3) mosaik, (4) jembatan atau sky bridge.
  • Ikon, adalah sistem tanda yang menyerupai sesuatu (representasional), hanya satu yang dapat disebut ikon, yaitu air. Kerucut kaca berangka, tidak dapat disebut sebagai ikon bunga sebab bentuknya sangat abstrak (tidak menyerupai bunga).
  • Simbol,atau lambang, yaitu sistem tanda yang diakui maknanya oleh budaya tertentu, misalnya bagi bangsa indonesia merah putih adalah lambang negara. Untuk menjadikannya sebagai bermakna filosofis, lambang berperan untuk menentukannya, ketimbang tanda indeks dan tanda ikon.
  • Metafora. Namun semua sistem tanda diatas dapat bermakna filosofis jika dia bermetamorfosis melalui sintaktik makna, biasanya melalui konotasi dan atau denotasi. Nampaknya arsitek berhasil dalam sintaksis makna kerucut dan cahaya sebagai pencerah/penerang, sintaksisnya dianggap mendidik. Sistem tanda ini juga ada dari Budaya Barat (lihat patung kemerdekaan Amerika, api + buku di tangan, sintaksisnya adalah sebagai lambang kemerdekaan manusia/dalam berpikir).Lilin adalah cahaya penerang, pencerah, ada pada ajaran Kristen.  Namun kalau dilihat secara individual maknanya jadi lain seperti yang diuraikan di atas = bunga lotus di atas air adalah sistem tanda ajaran Budha.
  • Sintaktik adalah susunan sebuah teks bahasa (visual atau verbal). Coba lihat contoh sintakis ini  dalam kasus kebahasaaan, misalnya susunan kata: SAYA MAU KE PASAR PAGI, dengan elemen yang sama tetapi sintaktiknya diubah, maka makna berubah, misalnya PAGI PASAR KE MAU SAYA, maknanya berubah. Pada metafora di atas, arsitek berhasil menjadikan kerucut kaca sebagai ikon bunga dan buah  Bunga + Buah + Cahaya sintaksisnya = pencerahan (pendidikan)

PENIRUAN GEDUNG PARLEMEN CHILE

Sebenarnya kasus-kasus peniruan, desain bangunan bukan tidak ada dilakukan oleh arsitek di Indonesia, diantaranya bangunan Ruang Sidang MPR/DPR lama, bangunan ini tidak dikatakan sebagai ciptaan Ir. Sujudi, tetapi dikatakan sebagai karya Sujudi. Karena bekas guru-gurunya di Jerman memprotes, kalau gedung ini dikatakan sebagai ciptaannya, oleh sebab itu dikatakan karyanya saja, bukan ciptaannya (dari sumber terpercaya).

Peniruan bentuk gedung Sidang MPR/DPR lama dari desain bangunan yang mirip di jerman oleh Ir. Sujudi

Bangunan DPR yang baru secara ekonomis  mahal operasionalnya

Uraian ini tidak akan membahas secara detail tentang kemahalannya, kemubazirannya, sebab sudah banyak yang memprotes di berbagai kalangan dan media.  Tetapi sebagai insan perguruan tinggi kita dapat membahasnya dari salah satu sisi, misalnya  ruang yang dipakai oleh anggota  Dewan sebenarnya untuk huniannya atau untuk kerja ? Gambar di bawah ini dapat menjelaskannya.
Khusus untuk ruang anggota Dewan, kalau disusun inteirornya secara efisien bisa hemat 50 %. Ada yang salah dalam konsep ini diantaranya adalah untuk menggunakan tenaga ahli yang membantu sampai 5 -7 orang. Dapat dipertanyakan  siapa yang membayar tenaga ahli ini. Akibatnya ruang yang dibutuhkan membesar menjadi duakali, kalau dihitung  (120 m) per anggota dewan, pada hal bisa dihemat 60-70 m2, lihat gambar di atas dan itu hanya bisa terjadi jika tenaga ahli itu hanya 3 orang. Kalau di Amerika, yang membayar tenaga ahli profesional adalah kelompok, bukan pemerintah. Jadi, penolakan rencana pembangunan gedung baru DPR ini dapat semakin menguat. Tak hanya soal anggaran yang tinggi, tapi desain gedung baru DPR itu diduga bermasalah. Desain gedung baru berbentuk huruf 'N” diduga meniru Gedung Parlemen Chile.  Jika ini diteruskan ada saja saatnya masalah desain ini menjadi masalah besar karena mencontek desain (ciptaan) gedung  bangsa lain. Namun apresiasi dapat juga diberikan kepada arsiteknya, karena telah berani menjelaskan secara verbal dari bahasa visual yang dirancangnya, walaupun penuh tantangan.

No comments:

Post a Comment

Tumbuhan Obat

Followers