RIUNI PUSPITA SARI 66993
/ 2005 Jurusan Kimia FMIPA-UNP
1.1
Latar Belakang
Senyawa organik bahan alam
adalah senyawa organik yang merupakan hasil proses metabolisme dalam organisme
hidup. Dewasa ini yang dimaksud senyawa organik bahan alam adalah terbatas pada
senyawa – senyawa yang di kenal sebagai senyawa metabolit sekunder.
Senyawa metabolit sekunder
adalah senyawa-senyawa dari hasil metabolit sekunder, yang tidak terdapat
merata dalam makhluk hidup dan ditemukan dalam jumlah yang sangat sedikit. Pada
akhir abad ke-18 Schele misalnya telah mengekstraksi beberapa senyawa organik
sederhana baik sumbernya dari tumbuhan
maupun dari hewan antara lain gliserol, asam oksalat, asam sitrat dan
laktat.
Pada tahun 1806 Sertuner
memperoleh morfin dari opium dan 15 tahun
kemudian Pollitier dan Caventov telah dapat mengisolasi striknin,
brusim. Kuinin, sinkonin, dan kafein.
Senyawa – senyawa tersebut merupakan bahan alam yang dapat diisolasi untuk
pertma kali dalam keadaan murni. Setelah itu, isolasi bahan
Alam berkembang makin lama makin pesat
terutama setelah penemuan alat teknik dan instrumen yang makin mutakhir.
Penggunaan senyawa organik
bahan alam khususnya tanaman daun ketela pohon / daun singkong berkaitan dengan
kandungan kimia yang terdapat didalamnya zat bioaktif yang digunakan sebagai
obat sehingga dapat dikatakan jika tanaman tersebut tidak mengandung zat
bioaktif maka tanaman tersebut tidak dapat digunakan sebagai obat. Senyawa
bioaktif yang terdapat dalam tumbuhan buasanya merupakan senyawa metaolit
sekunder seperti alkaloid, flavonoid, steroid,
terpenoid, saponin dll.
1.2
Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan paper
ini adalah untuk mengetahui bahwa tanaman ketela pohon adalah tanaman yang
dapat digunakan sebagai obat karena mengandung zat bioaktif seperti : alkaloid,
flavonoid, terpenoid dan saponin.
1.3
Batasan Masalah
Dalam penulisan paper ini
penulis mengidentifikasi senyawa organik bahan alam, khususnya daun ketela
pohon yang dapat digunakan sebagai
tanaman obat karena mengandung zat bioaktif seperti : alkaloid, flavonoid, terpenoid
dan saponin didalamnya.
1.4
Manfaat Penulisan
Manfaat dari penulisan paper
ini yaitu pembaca bisa menggunakan dan memanfaatkan tanaman yang selama ini mungkin dianggap
sebagai tanaman yang tidak berguna seperti ketala pohon. Dengan paper ini
pembaca menyadari bahwa ketela pohon dapat digunakan sebagai obat karena
mengandung zat bioaktif seperti : alkaloid, flavonoid, terpenoid dan saponin.
2.1
Botani Tumbuhan
Tanaman ini
lebih dikenal dengan nama Manihot utilissima Crantz. Tanaman yang tidak bercabang
atau bercabang sedikit dengan tinggi 2-7 m.Batang dengan tanda berkas daun yang
bertonjolan. Umbi akar besar, memanjang, dengan kulit berwarna coklat suram. Tangkai
daun 6-35 cm, helaian daun sampai dekat pangkal berbagi menjari 3-9 (daun yang
tertinggi kerapkali bertepi rata). Daun penumpu kecil, rontok. Bunga dalam
tandan yang tidak rapat, 3-5 tandan terkumpul pada ujung batang,pada pangkal
dengan bunga betina, lebih atas dengan bunga jantan.
Di Amerika
yang Tropis banyak ditanam sebagai tanaman pangan yang sangat penting. Dari
banyak jenis yang ada, terdapat beberapa yang beracun karena kadar asam cyan
yang tinggi, di mana umbinya sama sekali tidak dapat dipergunakan sebagai
makanan. Hanya setelah mengalami perlakuan tertentu dapat dimakan, jenis ini
dapat digunakan dalam pembuatan tepung. Daun yang muda dapat dimakan sebagai
lalap.
Makanan
yang sehat dan sangat disenangi adalah yang dinamai peuyeum atau tape yang
dibuat dengan meragi umbi yang sebelumnya telah direbus. Nama Melayu dari
ketela pohon adalah : ubi kayu, ubi Gajah Sumatera : gadung, ketela Jawa :
Kaspa Sulawesi : Batata Kayu Kalimantan Peti Kayu. Fungsi pada Manihot
esculenta : ubinya dimakan buat kanji. Daun : beri-beri, rachitis. Akar yang
telah dibuat tape : Bisul dan borok. Pati Akarnya : Mencret
Gambar 1. Daun ketela pohon
Klasifikasi Ilmiah
Kingdom : Plantae (tumbuhan)
Divisio : Magnoliophyta
Kelas :
Magnoliopsida
Ordo :
Euphorbiales
Genus : Manihot
Spesies : Manihot esculenta Crantz
Tumbuhan ini berasal dari Brazilia dan memiliki mencapai ketinggian sehingga 2 meter,dan mempunyai rizom atau ubi yang besar, dan berbentuk silinder serta kaya akan kanji. Bagian yang beracun: rizom (ubi), getah. Bahan aktif : linamarin (yang akan bertukar kepada hidrogen sianida, aseton dan glukos), lotaustratin, hidrogen sianida (asid prussic). Apabila di makan, hidrogen sianida akan terhasil dan menyerap ke dalam aliran darah lalu bergabung dengan hemoglobin di dalam sel darah merah. Keadaan ini menyebabkan oksigen tidak dapat di edarkan di dalam sistem badan. Seterusnya tanda keracunan berikut akan dapat di lihat dari kadar pernafasan meningkat dan kelihatan seperti denyutan nadi meningkat, kekejangan otot, pucat, lemah , rasa loyo, muntah, sakit perut, koma dan bisa menyebabkan kematian. Getah tumbuhan ini juga bisa menyebabkan keradangan pada kulit. Anatomi Manihot esculenta : daun ketela pohon (Manihot esculenta) termasuk daun tunggal. Jadi pada satu tangkai ada satu helai, pada ketiak daun terdapat tunas. Merupakan tumbuhan monokotil.
Struktur Daun
Secara
garis besar daun terdiri dari jaringan epidermis, mesofil dan berkas
pengangkut. Sel epidermis terletak paling luar dilapisi oleh selapis kutikula. Pada
tumbuhan monokotil tidak adanya differensiasi spons parenkim dan parenkim
palisade. Pada
parenkim palisade terdapat variasi sel parenkim seperti sel minyak, sel lendir dan
ergastik sel.
Struktur Batang
Struktur Batang
Terdiri
atas jaringan gabus, jaringan korteks, berkas pengangkut dan empulur batang. Pada
batang monokotil, jaringan pengangkut tersusun dalam berkas-berkas dan tersebar
di seluruh permukaan batang. Berkas-berkas pengangkut dikelilingi oleh jaringan
parenkim.
Struktur Akar
Struktur Akar
Susunannya
adalah epidermis, parenkim korteks, selapis sel endodermis dan stele akar. Xilem
tidak berkembang sampai tengah lingkaran pusat akar sehingga tidak memiliki
parenkim empulur fisiologi Manihot esculenta.
Pada tanaman ini terjadi proses fotosintesis, karena pada tanaman ini memiliki kolofil yang merupakan pigmen fotosintetik. Pigmen fotosintetik ini berfungsi menyerap cahaya merah dan biru, serta memantulkan cahaya hijau. Klorofil terdiri dari klorofil a dan klorofil b. Klorofil b berfungsi menyerap energi foton cahaya matahari kemudian menyalurkannya ke klorofil a. Pada klorofil a, terdiri dari P700 dan P680 masing-masing untuk fotosistem I dan Fotosistem II. Dengan adanya beberapa karotenoid, memungkinkan perluasan spektrum dari warna-warna yang dapat menggerakkan fotosintesis dan selain itu juga sebagiannya lagi berfungsi dalam fotoproteksi.
Pada tanaman ini terjadi proses fotosintesis, karena pada tanaman ini memiliki kolofil yang merupakan pigmen fotosintetik. Pigmen fotosintetik ini berfungsi menyerap cahaya merah dan biru, serta memantulkan cahaya hijau. Klorofil terdiri dari klorofil a dan klorofil b. Klorofil b berfungsi menyerap energi foton cahaya matahari kemudian menyalurkannya ke klorofil a. Pada klorofil a, terdiri dari P700 dan P680 masing-masing untuk fotosistem I dan Fotosistem II. Dengan adanya beberapa karotenoid, memungkinkan perluasan spektrum dari warna-warna yang dapat menggerakkan fotosintesis dan selain itu juga sebagiannya lagi berfungsi dalam fotoproteksi.
Kandungan
yang terdapat pada ketela pohon adalah HCN. HCN ini merupakan racun sel yang
dapat menyebabkan perlemakkan di hati. Kadar glukosa dan alkohol dari umbi akar
M. Esculenta jenis SPP (sao pedro petro) lebih besar dari kadar glukosa dan
alkohol dari umbi akar jenis biasa.
Glukosa ditetapkan kadarnya dengan metode enzimatis 600-PAP. Kadar glukosa untuk M.esculenta jenis biasa adalah 8,36 g % 1,11 g %. Untuk jenis SPP kadarnya 17,6 g % 0,43 g %. Etanol ditetapkan kadar dengan metode bobot jenis, kadar alkohol untuk M.esculenta jenis biasa 2,24 % v/v 0,31 % v/v dan 2,40 % b/b 0,39 % b/b.Jenis SPP kadar alkoholnya 5,39 % v/v 0,51 % v/v dan 4,27 % b/b 0,375 b/b.Selain itu ketela pohon terdapat kandungan rutin yang berasal dari flavonoid dan falavonoid ini dari tumbuh-tumbuhan.
Glukosa ditetapkan kadarnya dengan metode enzimatis 600-PAP. Kadar glukosa untuk M.esculenta jenis biasa adalah 8,36 g % 1,11 g %. Untuk jenis SPP kadarnya 17,6 g % 0,43 g %. Etanol ditetapkan kadar dengan metode bobot jenis, kadar alkohol untuk M.esculenta jenis biasa 2,24 % v/v 0,31 % v/v dan 2,40 % b/b 0,39 % b/b.Jenis SPP kadar alkoholnya 5,39 % v/v 0,51 % v/v dan 4,27 % b/b 0,375 b/b.Selain itu ketela pohon terdapat kandungan rutin yang berasal dari flavonoid dan falavonoid ini dari tumbuh-tumbuhan.
2.2
Senyawa Metabolit Sekunder
a.
Alkaloid
Alkaloid
merupakan suatu senyawa organik yang mengandung nitrogen (N), dimana biasanya
dalam bentuk siklik dan bersifat basa. Harborner dan Turner (1984)
mengungkapkan bahwa tidak satupun definisi alkoloid yang memuaskan, tetapi
umumnya alkoloid adalah senyawa metabolit sekunder yang bersifat basa,yang
mengandung satu atau lebih atom nitrogen, biasanya dalam cincin heterosiklik,
dan bersifat aktif biologis menonjol. Senyawa ini tersebar luas dalam dunia
tumbuh-tumbuhan dan banyak diantaranya yang mempunyai efek fisiologis yang
kuat. Beberapa dari efek tersebut telah dikenal dan dimanfaatkan oleh manusia
primitif jauh sebelum ilmu kimia organik berkembang. (Rangke, 1998 : 133)
Alkaloid
menurut Winterstein dan Trier didefinisikan sebagai senyawa yang bersifat basa,
mengandung atom nitrogen yang berasal dari tumbuhan dan hewan. Alkaloid
seringkali beracun bagi manusia dan banyak yang mempunyai kegiatan fisiologi
yang menonjol, jika digunakan secara luas dalam bidang pengobatan. Alkaloid
biasanya tidak bewarna, seringkali bersifat optis aktif, kebanyakan berbentuk
kristal hanya sedikit yang berbentuk cairan (misalnya nikotina) pada suhu
kamar.
Secara
umum, golongan senyawa alkaloid mempunyai sigat – sifat sebagai berikut :
a. Biasanya merupakan kristal
tak bewarna, tidak mudah menguap, tidak larut dalam air, larut dalam pelarut
organik seperti etanol, eter dan kloroform.
b. Bersifat basa, pada umumnya
beberapa pahit, bersifat racun, mempunyai efek fisiologis secara optis aktif.
c. Dapat membentuk endapan
dengan larutan asam fosfowolframat, asam fosfomolibdat, asam pikrat, kalium
merkuriiodida dan lain sebagainya. Dari endapan – endapan ini, banyak juga yang
memiliki bentuk kristal yang khusus sehingga sangat bermanfaat dalam identifikasinya.
Senyawa
alkaloid dapat diklasifikasikan dari gugus fungsi yang dikandungnya : (Rangke,
1998 : 133)
a. Alkaloid feniletamin,
misalnya efedrin.
b. Alkaloid pirolidin, misalnya
higrin dari koka.
c. Alkaloid piridin, misalnya
asam nikotinat.
d. Alkaloid perpaduan
pirolidindan piridin, misalnya nikotin.
e. Alkaloid kuinolin, misalnya
kuinin.
f. Alkaloid isokuinolin,
misalnya papaverin.
g. Alkaloid fenantrena, misalnya
emetin.
h. Alkaloid indole yang masih
dapat digolong – golongkan menjadi :
a) Alkaloid sederhana, misalnya
triptamin.
b) Alkaloid ergot, misalnya
serotonin.
c) Alkaloid hermala, misalnya
β-karbolin.
d) Alkaloid yahimbe, misalnya
reserpin.
e) Alkaloid strychnos, misalnya
brusin dan strinkin.
b.Flavonoid
Flavonoid
merupakan suatu kelompok yang termasuk ke dalam senyawa fenol yang terbanyak
dialam, senyawa-senyawa flavonoid ini
bertanggung jawab terhadap zat warna ungu, merah, biru dan sebagian zat warna
kuning dalam tumbuhan. Berdasarkan strukturnya senyawa flavonoid merupakan
turunan senyawa induk “flavon” yakni nama sejenis flavonoid yang terbesar
jumlahnya dan lazim ditemukan, yang terdapat berupa tepung putih pada tumbuhan
primula.
Sebagian
besar flavonoid yang terdapat pada tumbuhan terikat pada molekul gula sebagai
glikosida, dan dalam bentuk campuran, jarang sekali dijumpai berupa senyawa
tunggal. Disamping itu sering ditemukan campuran yang terdiri dari flavonoid
yang berbeda kelas.
Flavonoid
dalam tumbuhan mempunyai empat fungsi :
a) Sebagai pigmen warna
b) Fungsi patologi dan sitologi
c) Aktivitas farmakologi
Dianggap
berasal dari rutin (glikosida flavonol) yang digunakan untuk menguatkan susunan
kapiler, menurunkan permeabilitas dan fragilitas pembuluh darah dll. Gabor et
al menyatakan bahwa flavonoid dapat digunakan sebagai obat karena mempunyai
bermacam – macam bioaktivitas seperti antiinflamasi, antikanker, antifertilitas,
antiviral, antidiabetes, antidepresant, diuretik dll.
d) Flavonoid dalam makanan.
c.
Terpenoid
Banyak
tumbuhan (bunga, daun, buah, biji atau akar) yang berbau harum. Bau harum itu
berasal dari senyawa yang terdiri dari 10 dan 15 karbon yang disebt terpen. Golongan
senyawa ini dapat dipisahkan dari tumbuhan sumbernya melalui destilasi uap atau
secara ekstraksi dan dikenal dengan nama minyak atsiri. Beberapa contoh minyak
atsiri, misalnya minyak yang diperoleh dari cengkeh, bunga mawar, serai
(sitronela), cukaliptus, pepermint, kamfe, sedar (tumbuhan cedrus) dan
terpentin. Senyaea organik bahan alam golongan minyak atsiri sangat banyak
digunakan dalam industri wangi – wangian (perfumery), makanan dan obat –
obatan.
Senyawa
terpen pada awalnya merupakan suatu golongan senyawa yang hanya terdiri dari
atom C dan H, dengan perbandingan 5 : 8
dengan rumus empiris C5H8 (unit isopren), yang bergabung
secara head to tail (kepala – ekor). Terpenoid sama halnya dengan senyawa
terpen tapi mengandung gugus fungsi lain seperti gugus hidroksil, aldehid dan
keton. Dewasa ini terpen maupun terpenoid dikelompokkan sebagai senyawa
terpenoid ( isoprena).
Berdasarkan
jumlah unit isoprena yang dikandungnya, senyawa terpenoid
terbagi atas :
a. Monoterpena (dua unit
isoprena)
b. Seskuiterpena (tiga unit
isoprena)
c. Diterpena (empat unit
isoprena)
d. Triterpena (enam unit
isoprena)
e. Tetraterpena (delapan unit
isoprena)
Monoterpen
dan seskuiterpen adalah komponen utama minyak essensial (minyak atsir) yang
dapat diperoleh dengan penyulingan. Vitamin A adalah suatu diterpenoid, skualen
tergolong triterpenoid yang dijumpai dalam minyak atsiri hati ikan, karoten –
karoten pigmen merah dan kuning tergolong tetraterpen, lateks (karet alam )
adalah politerpen.
d.Steroid
Secara sederhana
steroid dapat dioartkan sebagai kelas senyawa organik bahan alam yang kerangka
strukturnya terdiri dari androstan (siklopentanofenantren), mempunyai empat
cincin terpadu. Senyawa ini mempunyai efek fisiologis tertentu.
Sebagian besar
dari steroid mempunyai sifat sebagai berikut:
·
Mengandung gugus fungsi oksigen (sebagai = O atau OH) pada C3
·
Mengandung gugus samping pada C17
·
Banyak yang mengandung ikatan rangkap C4
– C5 atau C5 – C6
Beberapa steroid penting adalah kolesterol, yaitu steroid hewani yang
terdapat paling meluas dan dijumpai pada hampir semua jaringan hewan. Batu
kandung kemih dan kuning telur merupakan sumber yang kaya akan senyawa ini.
Hormon-hormon seks yang dihasilkan terutama dalam testes dan indung man seks
yang dihasilkan terutama dalam testes dan indung telur adalah suatu steroid.
Hormon jantan disebut androgen dan hormon betina estrogen, dan hormon kehamilan
progestin.
e.
Saponin
Saponin
merupakan suatu senyawa glikosida
kompleks yaitu senyawa hasil kondensasi suatu gula dengan suatu senyawa
hidroksil organik yang apabila dihidrolisis akan menghasilkan gula (glikon) dan
non-gula (aglikon), saponin ini terdiri dari dua kelompok : saponin
triterpenoid dan saponin steroid. Saponin banyak digunakan untuk bahan pencucui
kain (batik) dan sebagai shampo. Saponin dapat diperoleh dari tumbuhan melalui
metode ekstraksi.
A.
Waktu Pelaksanaan
Hari : Jumat
Tanggal : 23 November 2007
Waktu : 07.00 – 09.40 WIB
B.
Sampel Penelitian
·
Daun ketela pohon
C.
Alat dan Bahan
Alat : Lumpang, pisau/gunting, plat tetes, tabung
reaksi, pipet tetes, corong, pemanas, pasir halur bersih, kapas.
Bahan
: Daun ketela pohon hijau,
amoniak – kloroform (NH3-CHCl3) 0.05 N, H2SO4
2 N, pereaksi mayer, pereaksi wagner dan Dragendorf, metanol, asam sulfat
pekat, anhidrida asetat, asam klorida pekat sebuk magnesium.
D.
Prosedur Kerja
1.
Identifikasi Alkoloid :
Metoda Culvenor - Fitzgerald
4 gram sampel segar
dirajang
halus dan digerus
Didalam
lumpang dengan bantuan pasir
ditambah
Kloroform
digerus
Membentuk pasta
ditambah
10 ml larutan ammoniak – kloroform 0,05 N
disaring
Campurkan kedalam tabung reaksi kering
ditambah
5 ml
larutan H2SO4 2N
didiamkan
Terbentuk 2 lapisan
diambil
Lapisan asam sulfat
dimasukkan
Kedalam tabung
reaksi
diuji
Filtrat dengan pereaksi Mayer, Wagner dan Dragendorf
tes positif alkaloid
Endapan putih
: pereaksi Mayer
Endapan coklat :
pereaksi Wagner
Endapan
orange : pereaksi Dragendorf
- Identifikasi Flanoid : Sianidin test
0,5 gram
sampel
diekstrak
dengan 5 ml air
dipanaskan
selama 5
menit
ditambah
5 tetes HCl pekat dan sedikit
serbuk Mg
tes positif flavonoid
warna berubah menjadi merah / pink
atau kuning
- Identifikasi steroid/terpenoid :
Metode Liebermen – Burchard
3 tetes
lapisan kloroform
diteteskan
Pada plat tetes
ditambah
5 tetes anhidrida asam
asetat dibiarkan mengering
ditambah
3 tetes
H2SO4 pekat
tes positif triterpenoid
Warna merah
jingga / ungu
tes positif steroid
Warna biru
- Identifikasi saponin : uji busa
Sampel kering
dirajang halus
Dimasukkan
ke dalam tabung reaksi
ditambah
Air suling
dididihkan
Selama
2 – 3 menit
didinginkan
Dikocok
kuat
tes positif saponin
Adanya busa stabil selama 5 menit
Data Hasil
Tabel 1. Data hasil
identifikasi senyawa Bioaktif dari Daun Ketela Pohon
Uji
|
Metoda
|
Hasil
|
Keterangan
|
Alkoloid
|
Metode Culvenor - Fitzgerald
|
+
|
Dengan adanya endapan putih keruh.
|
Flavonoid
|
Shinoda Test / Sianidin Test
|
+
|
Terjadi perubahan
warna jadi kuning.
|
Terpenoid
|
Lieberman – Bulchard
|
+
|
Dengan adanya terbentuk warna merah jingga / ungu.
|
Steroid
|
Lieberman – Bulchard
|
-
|
-
|
Saponin
|
Uji busa
|
+
|
Adanya busa yang
stabil selama 5 menit.
|
Pembahasan
1.
Identifikasi Alkaloid
Pada identifikasi alkaloid
ini digunakan metoda Culvenor –
Fitzgerald. Filtrat yang diperoleh dengan cara marajang halus dan menggerus
sampel dalam lumpang kemudian ditambahkan amoniak – kloroform 0,05 N, larutan H2SO4
diuji dengan beberapa pereaksi. Berdasakan data yang diperoleh, diketahui bahwa
daun ketela pohon mengandung alkaloid. Hal ini ditunjukkan dengan adanya
endapan putih keruh ke filtrat direaksikan dengan pereaksi Mayer. Hal ini
sesuai dengan literatur yang ada. Pada identifikasi alkaloid ini tidak hanya
pereaksi Mayer yang digunakan sebagai pereaksi, tapi masih ada pereaksi lain
yang digunakan yaitu pereaksi Wagner yang ditandai dengan adanya endapan coklat
dan selanjutnya pereaksi Dragendorf ditandai dengan adanya endapan orange.
Namun, setelah percobaan ternyata daun ketela pohon bereaksi positif dengan
pereaksi Mayer terbukti dengan adanya endapan putih keruh.
2.
Identifikasi Flavonoid
Pada identifikasi flavonoid,
sampel juga dirajang halus kemudian di ekstrak dengan metanol dan dipanaskan
selama 5 menit. Ketika pada penambahan berikutnya yaitu penambahan beberapa
tetes asam klorida dan sedikit serbuk Mg terjadi perubahan warna menjadi
kuning. Hal ini menunjukkan bahwa daun ketela pohon mengandung flavonoid karena
terbukti pada percobaan daun ketela pohon terdapat warna kuning. Flavonoid
mempunyai banyak fungsi seperti : sebagai pigmen warna, funsi fisiologi dan
patologi, fungsi farmakologi dan flavonoid dalam makanan, antiflamasi,
antikanker, antifertilitas, antiviral, anidiabetes, antidepresant, diuretik
dll.
3.
Identifikasi
steroid/terpenoid
Pada identifikasi steroid,
lapisan kloroform yang diperoleh pada uji alkaloid ditempatkan pada plat tetes
dan dikeringkan. Kemudian ditambahkan 3 tetes H2SO4
pekat. Pada percobaan diperoleh warna merah jingga / ungu pada plat tetes. Hal
ini, menunjukkan bahwa ketela pohon mengandung terpenoid dan tidak mengandung
steroid karena pada percobaan tidak diperoleh perobahan warna biru.
4.
Identifikasi Saponin
Pada identifikasi saponin,
dilakukan dengan menggunakan sampel yang telah dikeringkan untuk kemudian
dihaluskan. Lalu ditambahkan dengan air suling dan dididihkan selama 2 – 3
menit. Lalu didinginkan, setelah dingin di kocok kuat – kuat. Pada pengocokkan
yang dilakukan terbentuk busa. Hasil poisitif karena adanya busa stabil selama
5 menit.
4.1
Kesimpulan
Dari percobaan diatas dapat
disimpulkan bahwa :
1. Daun ketela pohon mengandung
berbagai senyawa – senyawa kimia bermanfaat seperti alkaloid, flavonoid,
terpenoid dan juga saponin. Hal ini dapat dibuktikan dengan tes positif saat
melakukan percobaan sehingga dapat ditarik kesimpulannya.
2. Ketela pohon banyak ditanam
sebagai tanaman pangan yang sangat penting, dimana daun yang muda dapat dimakan sebagai lalap.
3. Daun ketela pohon steroid,
karena memberikan hasil yang negatif dari tes ini.
4.2
Saran
Untuk paper ini disarankan
dalam pengidentifikasikan senyawa – senyawa dalam daun ketela pohon bila harus
menggunakan tanaman yang segar, diharapkan diambil beberapa saat sebelum
pengidentifikasian. Tidak dibiarkan selama berjam – jam karena bisa saja
senyawa yang sebenarnya ada dalam tanaman tidak teridentifikasi karena
senyawanya sudah rusak. Namun selain itu, praktikan juga harus teliti dalam
mengidentifikasi senya organik senyawa organik bahan alam. Karena ketelitian
dan juga keadaan dari bahan – bahan yang digunakan pada percobaan sangat
menentukan hasil percobaan.
DAFTAR PUSTAKA
Fessenden, Fessenden. 1982. Kimia Organik Jilid 2. Jakarta:
Erlangga.
Tarmizi,
2008. Pereaksi Kimia.Padang:UNPPress
Hart, Harold. 1990. Kimia Organik. Terjemahan Suminar
Achmad. Jakarta : Erlangga.
L. Tobing, M.Sc., Rangke. 1989. Kimia
Bahan Alam. Jakarta:
Depdikbud.
Muhlisah, Ir. Fauziah. 1996. Tanaman Obat Keluarga. Jakarta : Penebar Swadaya.
Tim Kimia Organik. 2007. Penuntun Pratikum Kimia Organik 2. Padang: FMIPA UNP.
No comments:
Post a Comment