Sebagai Obat dan Minuman Penyegar
Tarmizi, B.Sc. S.Pd
Nama saintifik
|
:
|
Aloe
vera (L.) Burm. f.
|
Famili
|
:
|
Liliaceae
|
Botani tanamaN,
Penuaian Hasil,
Kegunaan dalam Pengobatan
TradisionaL, Bahan industri kimia
yang penting
BOTANI
TANAMAN
Pokok
Herba saka sukulen (berair) yang tumbuh
sehinggga 45-50 cm tinggi.
Daun
Daun berisi (fleshy), berwarna hijau
muda, teratur secara rosette dan dipenuhi dengan bintik-bintik bulat.
Daun berbentuk lanceolate, hujungnya tajam, pangkalnya bersarung dan tepinya
berduri.
Batang
Tiada batang tulen. Sarung daun
yang berbentuk tubular berperanan sebagai batang palsu.
Bunga
Batang bunga boleh menjangkau 1m panjang
yang berakhir dengan segugus bunga memanjang berwarna kuning oren
kemerah-merahan yang melentur kebawah.
Akar/rizom
Rhizomenya tegap, berwarna puteh
kehijauan dan mengeluarkan ubi. Setengah dari ubi mengeluarkan sulur yang
akan membesar menjadi anak pokok
Bahagian
pokok yang digunakan Daun.
KEGUNAAN
DALAM PENGOBATAN TRADISIONAL
Merawat
kulit terbakar sapukan isi daun yang
berlendir kepada kawasan yang berkenaan.
Pencuci
muka sapukan getah dan isi daun yang
berlendir.
Tonik
untuk rambut sapukan isi daun kepada rambut.
BAHAN
KIMIA INDUSTRI YANG PENTING
Acemannan,
Aloe-emodin, Cinnamic acid, Coumarin, Emodin,
Folocin, p-coumaric acid, Rhein.
PENUAIAN HASIL
Kematangan tanaman 6 bulan
Cara mengutip hasil Dilakukan
dengan tangan, bermula dari daun bawah, iaitu daun yang paling lebar dan
terpanjang. Pokok kemudian dibiar tumbuh sehingga daun matang dari segi
ketebalan dan saiz, untuk kutipan hasil berikutnya
Lidah Buaya di Cina, yang
dikenal sebagai salah satu negara maju di bidang obat tradisional, tanaman
lidah buaya digolongkan kepada tanaman yang bermanfaat untuk obat dan kosmetik.
Untuk membersihkan organ tubuh dari penyebab penyakit, dilakukan pengobatan
tradisional dengan cara meminum cairan lidah buaya yang dikemas.
ORANG
mengenal lidah buaya dari dulu hingga sekarang sebagai penyubur rambut dan
bahan kosmetik. Tumbuhan berdaun panjang, tebal, berwarna hijau, dan di
dalamnya terdapat semacam cairan serat bening ini, bagi masyarakat yang bisa
memanfaatkannya akan menjadi komoditas menguntungkan lantaran dapat dikemas
menjadi minuman penyegar.
Bagi
masyarakat yang telah merasakan atau mencoba meminumnya, mengaku sangat kagum
terhadap khasiatnya. Minuman lidah buaya ternyata segar, menyegarkan, dan
nikmat. Selain nikmat dan segar, juga berkhasiat sebagai obat penurun panas.
Menurut
Santosa, staf pengajar jurusan Budidaya Pertanian dan K. Darusman, Guru Besar
Jurusan Kimia FMIPA, keduanya dari Institut Pertanian Bagor (IPB), pada
pertemuan nasional pengembangan agribisnis lidah buaya di Pontianak belum lama
ini, lidah buaya sebagai bahan obat alami telah dikenal sejak 1500 SM (Sebelum
Masehi).
Berdasarkan
dokumen Mesir (Ebers Papyrus Document), tertulis berbagai kegunaan lidah
buaya sebagai bahan obat dan pengobatan. Demikian pula, hampir semua dokumen
sejarah obat alami di berbagai negara antara lain Cina, Yunani, Spanyol, dan
Arab, mengungkapkan mengenai keunggulan lidah buaya atau yang dikenal dalam
bahasa asing aloe vera tersebut.
Menurut
K. Darusman, aloe vera memiliki 180 spesies dan dipercaya berasal dari
Afrika bagian utara, juga Afrika lainnya yang beriklim sama, tropis. Sementara
Dirjen Bina Produksi Hortikultura Departemen Pertanian DR. Sumarno mengatakan
tanaman lidah buaya berasal dari kepulauan Canary di sebelah barat Afrika dan
dikenal sebagai obat dan kosmetik.
Di
Cina, yang dikenal sebagai salah satu negara maju di bidang obat tradisional,
tanaman lidah buaya digolongkan kepada tanaman yang bermanfaat untuk obat dan
kosmetik. Untuk membersihkan organ tubuh dari penyebab penyakit, dilakukan
pengobatan tradisional dengan cara meminum cairan lidah buaya yang dikemas.
Untuk
menjadikan cairan bening ini hingga menjadi bisa diminum dan berkhasiat sebagai
penurun panas, dalam penanganannya memerlukan kekhususan. Di Kalbar, terutama
di Pontianak,
minuman penyegar ini banyak diperdagangakan di berbagai tempat termasuk untuk
”buah” tangan.
Sedangkan
di Jawa Barat, pembudidayaannya ada di Desa Situgede Bogor. Menurut petani di sana, biaya pemeliharaan tanaman ini relatif
murah karena cukup menggunakan pupuk kandang. Sedangkan hasil panennya mudah
dipasarkan karena sudah ada penampungan yang siap membelinya.
Di
Indonesia, tanaman lidah buaya diduga masuk sekira abad ke-17, yang pada
mulanya hanya sebagai tanaman hias dalam pot dan penggunaannya hanya terbatas
sebagai penyubur rambut, penyembuh luka, dan merawat kulit. Sementara menurut
hasil penelitian, kata Dirjen Holtikultura Deptan Dr. Sumarno, tanaman lidah
buaya diketahui mempunyai banyak kegunaan seperti antiinflamasi, antijamur,
antibakteri, dan regenesari sel, juga dapat berfungsi untuk menurunkan kadar
gula dalam darah pada penderita diabetes.
Manfaat
yang beragam dari aloe vera ini tak lain adalah karena kandungan bahan
aktif yang dimilikinya antara lain mineral K, Ca, Zn, Co, dan Cr; vitamin A, B6,
B12, C, E, neacin, kolin, asam amino esensial dan non esensial dan
polysakarida, saponin, lignin serta antrakinon.
Gel
lidah buaya merupakan bagian dari daun lidah buaya yang terdapat di bagian
dalam daun di bawah kulit, tidak berwarna, kenyal, bergetah, dan saling berikat
berbentuk jaringan. Gel lidah buaya sebagian besar terdiri atas air 99,52
persen dan protein lima
persen dari berat kering bahan padat serta mengandung karbon hidrat tercerna
sehingga dapat digunakan sebagai minuman diet. Selain itu, lidah buaya juga
baik sebagai obat luka, obat pencahar, untuk melebatkan dan menghitamkan rambut
serta perlindungan kulit.
Dari
segi lahan, pengembangan aloe vera cocok tumbuh di daerah bergambut.
Kebetulan di Indonesia, daerah bergambut ini terdapat di Provinsi Kalbar.
Daerah ini mempunyai lahan gambut lebih dari satu juta hektar terletak di tiga
kabupaten yakni Kota Pontianak, Mempawah, dan Sambas.
Adanya
paradigma lama yang mengatakan lahan gambut merupakan lahan yang marginal
sehingga kurang produktif untuk berusaha tani, ternyata tidak benar, karena
dengan teknologi budi daya tanaman dan pengalaman petani, ternyata lahan gambut
memberikan produktivitas tinggi terhadap tanaman lidah buaya.
Dari analisis usaha tani, pada
temu nasional agribisnis lidah buaya belum lama ini, diketahui bahwa tanaman
lidah buaya memberikan keuntungan yang cukup tinggi. Total investasi per
hektare untuk penanaman biayanya Rp 17,5 juta. Dan dalam masa pemeliharaan dua
tahun dapat menghasilkan Rp 72,5 juta dengan harga Rp 800,00 sampai Rp
1.000,00/kg.(Zul/sumber: AS)
Produksi
rata-rata lidah buaya per tahun, menurut Wakil Gubernur Kalbar, mencapai
delapan ton/ha/bulan dengan potensi panen sekali sebulan. Seminar nasional
lidah buaya di Pontianak tersebut dibuka Mentan
Bugaran Saragih saat berkunjung ke Pontianak,
Kalbar belum lama ini.
Referensi:
Drs.
Djoko Hargono et al, "Tanaman Obat Indonesia Jilid I & II,"
1985, Dirjen Pengawasan Obat
dan Makanan - Depkes
RI. Jakarta.
Dra. H.Cir," Obat-obat Peninggalan Nenek
Moyang," 1982, Ikhwan Jakarta.
C
Wahyu Suryowidodo, "Kecubung Kasihan Obat Keseleo," (Trubus No.248,
juli 1990) Yayasan
Sosial Tani Membangun, Jakarta.
Dra. Balkiah S & Anawati,"
Aneka Resep Obat Kuno Warisan Nenek Moyang," Anugerah
Surabaya.
Marah Maradjo & Ir.Saleh
Widodo," Flora Indonesia, Tanaman Rempah-rempah," 1985, PT Gita
Citra, Jakarta.
Soeharso,"Daun saga Obat
Sariawan," BPTO Tawangmangu,Maret 1990.
Sinse Usen Wijaya, "Jamu Kembang
Teratai," Yayasan sosial Tani
Membangun, Jakarta,
1984.
Della, "Resep Jamu Awet Muda,"
Yayasan Sosial Tani Membangun Jakarta,
1984.
Slamet Soeseno,
"Khasiat Pisang Kelutuk
untuk Pencernaan," (Majalah
Trubus No.285 1993)
Yayasan Sosial Tani
Membangun Jkt.
Tarmizi, "Lidah Buaya," (Harian Singgalang,
24,12,94) Singgalang Press, Padang.
No comments:
Post a Comment