DAUN KELOR
Mungkin saja diantara kita ada yang belum mengenal
kelor,
meskipun ia sangat terkenal dalam pepatah: Dunia tak selebar daun
kelor. Kelor (Moringa
oleifera) di Sumatera dikenal
sebagai
murong, barunggai, kelor, marungga atau marunggai. Di Jawa nama-
nya beken dengan kelor, walau ada yang menyebutnya marongghi. Di
Nusatenggara selain kelor
juga disebut celor, parangge, kawona,
wona, marungga, moltong,
maroenga, motong, kelohe, kai
fok,
kafok, hau fo, fok dan po,
sementara di Sulawesi sebagai
kero,
wori, kelo, keloro,
rowe. Di Maluku dikenal sebagai
kanele,
wakerele, oewa kerelo, oeta keteleno, kerol, kerel, kelo dan
kelo
serta Timor disebut hau fok. Kelor masuk
famili Moringaceae,
dengan nama simplisia
moringae radix, akar
kelor, Moringae
folium, daun kelor.
Daun kelor
mengandung alkaloid
moringin, moringinin dan
pterigospermin. Gom mengandung
arabinosa, galaktan, asqam
glukonat, ramnosa. Bijinya mengandung asam palmitat,
stearat,
linoleat, oleat,
lignoserat. Akar kelor berkhasiat
peluruh air
seni, peluruh dahak atau obat batuk, peluruh haid, penambah nafsu
makan, pereda kejang.
Bijinya berkhasiat penyebab
muntah,
sedangkan daun kelor berkhasiat sebagai pelancar
ASI(galaktagog),
mengurangi rasa nyeri
(analgesik) dan perangsang
kulit
(rubifasien). Bagi wanita
yang sedang hamil jangan menggunakan
akar kelor.
Daun kelor menghangatkan
Kelor
berupa pohon kecil dengan tinggi 3-8
meter. Daunnya
yang bewarna hijau pucat menyiripganda dengan anak daun menyirip
ganjil. Helaiannya bulat telur. Bunga kelor berupa malai
yang
keluar dari ketiak daun. Buahnya menggantung sepanjang
20 cm
hinga 45 cm. Isinya sederetan biji bulat, tapi bersayap tiga.
Daun kelor mengandung
pterigospermin yang bersift merangsang
kulit. Karenanya sering digunakan sebagai param
yang mengha-
ngatkan dan mengobati kelemahan angota tubuh seperti tangan atau
kaki. Jika daun segarnya dilumatkan lalu dilmurkan
ke bagian
tubuh yang lemah, ia bisa mengurangi rasa nyeri. Sayangnya
ia
tidak boleh dipakai terlalu banyak atau sering,
karena dapat
melepuhkan kulit. Untuk
pelancar Air Susu Ibu dianjurkan makan
daun kelor yang disayur.
Biji kelor yang masak dan kering mengandung pterigospermin
yang lebih pekat sampai bersifat germisida.
Hasil penelitian
Madsen dan Dchlundt serta Grabow dan kawan-kawannya menunjukkan,
bahwa serbuk biji kelor
mampu menumpas bakteri Escerichia coli,
Sterptococcus
faecalis, Salmonella typhymurium
dan Shigella
sonnei. Oleh sebab itu, di
Afrika biji kelor dimanffatkan untuk
mendeteksi pencemaran air oleh
bakteri-bakteri tadi. Caranya
dengan mengendapkan air keruh yang diduga
tercemar, kemudian
ditaburi serbuk biji kelor (200 mg/liter), dan
diaduk sampai
larut dengan baik. Setelah dibiarkan semalam endapannya endapan-
nya mengandung bakteri
tersebut dan air jernih yang terpisah di
atasnya telah bebas bakteri.
Buah kelor
mengandung alkaloida morongiona
yang bersifat
merangsang pencernaan makanan. Ia bisasa disayur asem
sebagai
sayur yang lezat bagi lidah orang Jawa. Didihkan air
terlebih
dahulu baru dimasukkan
daun kelor sebentar dan angkat.
jika
terlalu lama merebusnya
akan terasa pahit, karena alkaloidnyaq
akan larut. Disamping itu juga melancarkan pencernaan.
Daun
kelor yang digiling
halus, kemudian dijadikan
bedak atau
campurkan dengan bedak, dapat menghilangkan noda-noda hitam pada
kulit (muka).
LOBAK MERAH
Lobak merah
(Raphanus sativus L)
adalah sayuran yang
berumbi. baik daun
ataupun umbinya biasa
dibuat masakan
(sayuran). Disamping lobak putih juga ada lobak
merah. Lobak
termasuk ke dalam famili brascaceae dengan nama simplisia Raphani
Radix, akar lobak.
Biji lobak mengandung alil disulfida, minyak lemak.
Herba
mengandung sulforfen, dialil sulfida, vitamin C
dan stearin.
Akarnya mengandung alil dan
butil mustard, rafanol, rafanin dan
vitamin C.
Akar lobak berkhasiat memacu enzim pencernaan
(ateratif),
peluruh air seni (diuretik), peluruh dahak (akspektoran)
atau
anti batuk (antitusif), peluruh kentut
(karminatif), peluruh
keringat (diaforetik) dan penurun panas (antipiretik). Biji lobak
berkhasiat memacu enzim pencernaan, peluruh air seni,
peluruh
kentut dan penurun panas.
Obat batuk rejan
Batuk rejan
atau batuk seratus hari dapat
menular kepada
anak-anak. Akibatnya hidung sering berdarah, lidah
dihinggapi
luka-luka dan muka tampak kebiru-biruan.
Obatnya: ambil sebuah
umbi lobak merah yang panjangnya 8 cm,
cuci dengan air panas, lalu diparut. Campurkan dengan dua sendok
makan air masak. Jika si
penderita hendak minum, harus diperas
dulu. Setelah itu dicampur dengan sedikit madu, barulah diminum.
minumlah dua kali sehari.
Wortel Obat Rakitis
Dalam umbi
worten terkandung zat
berkhasiat antara lain
karoten dan asparagin.
Untuk mengobati penyakit rachitis wortel
juga dapat digunaka sebagai obat. Sepotong wortel kira-kira 8 cm
dicuci lalu diparut. Kemudian dipoeras bersama sebutir
kuning
telur ayam dan tambahkan
madu dua sendok makan. setelah diperas
dan disaring barulah airnya diberikan kepada penderita rachitis.
Obat ini diminum tiga kali sehari, tiap minum harus dua setengah
sendok makan.
SAWI
Sawi (Brassica
juncea Cass) dapat digunakan
untuk obat
mencret, kepala pusing dan tersedu.
Tersedu dapat diakibatkan oleh tergangunya salah
satu urat
saraf. Tanda-tandanya antara
lain : tarikan nafas
terintih-
rintih, terdengar ceguk suam dalam kerongkongan. Obatnya : ambil
dan cuci bersih 8 lembar daun sawi tanah lalu dimakan
sebagai
lalap (calur). Makanalah lalapan daun sawi ini tiga kali sehari.
Obat mencret
Penyakit ini disebabkan makan berlebihan. sering
diderita
oleh anak yang menelan makanan yang sulit dicerna. Tanda-tandanya
: sering buang air besar, demam, lidah kering dan
berselapit,
kaki dingin dan bewarna biru.
Sebatang pohon sawi
tanah yang berbunga merah kuning dicuci
lau direbus dengan air bening sebanyak tiga gelas minum.
jika
sudah mendidih dan tinggal
separohnya, diangkat dan dinginkan.
kemudian disaring lalu diminum dengan madu. Obat ini diminum dua
kali sehari, tiap kali tigaperempat gelas.
Obat pusing
Kepala pusing dapat
disebabkan makanan yang kurang dicerna,
bekerja terlalu berat, mata
terlalu penat dan banyak gas busuyk
dalam lambung. Obat tradisional peninggalan nenek moyang
kita
adalah sebagai berikut.
Daun sawi
sebanyak enam lembar dicuci dan
digiling halus
lalu dibubuhi sedikit garam. Hancuran daun sawi
ini kemudian
digosokkan pada dahi
9kening) dan pelipis. sehari dapat
dipakai
sekali atau dua kali. Tarmizi,
BSc/Universitas
NegeriPadang
Referensi:
Drs.
Djoko Hargono et al, "Tanaman Obat Indonesia Jilid I & II," 1985, Dirjen Pengawasan Obat dan
Makanan - Depkes RI. Jakarta.
Dra. H.Cir," Obat-obat Peninggalan Nenek
Moyang," 1982, Ikhwan Jakarta.
Dra. Balkiah S & Anawati," Aneka Resep
Obat Kuno Warisan Nenek Moyang," Anugerah Surabaya.
DJoko
Hargono"Khasiat Daun Kelor," (Majalah Trubus No. 242,1990. Yayasan
sosial Tani Membangun, jakarta.
Marah Maradjo
& Ir.Saleh Widodo,"
Flora Indonesia, Tanaman Rempah-rempah," 1985, PT Gita
Citra, Jakarta.
No comments:
Post a Comment