Perasaan tertekan atau stress acap melanda kehidupan modern, namun apa boleh dikata, peradaban tak akan semaju sekarang ini tanpa disertai per masalahan yang komplit. Stress itu sendiri sebetulnya dapat berdampak burukf, dan bisa pula berpengaruh baik. Ini berkaitan dengan orangnya juga. Bisa mengendali-kannya, ataukah tidak?
Orang yang tak mampu mengendalikan stress, akan sangat tertekan, tak tenang, juga gelisah. Keadaan yang serba tak enak ini telah merangsang tercurahnya hormon adrenalin dan pituitari ke sekujur tubuh melalui aliran darah. Kelebihan hormon tersebut dalam darah mengakibatkan gangguan beberapa prgan tubuh seperti jantung, pembuluh darah, juga alat pencernaan. Lebih sial lagi zat antibodi, sel darah putih (leukosit), dan sejumlah enzim kekebalan tubuh terhambat pembentukannya. Ini menyebabkan orang mudah terserang penyakit infeksi atau jatuh sakit.
Para ahli dari bidang kesehatan sedunia telah menginformasikan (dalam WHO Technical Report Series) bahwa stress yang tak terkontrol tu lepas kendali, merupakan pembunuh terbesar di seantero dunia. Stress atau jiwa tertekan terungkap dalam statistik menjadi penyebab kematian 40-50%. Padahal penyakit gaya hidup modern ini tidak dikenal di negara berkembang tiga puluh tahun sebelumnya. Padahal kalau stress dikendalikan dengan berpuasa secara teratur misalnya, bukan hanya mencekal berbagai penyakit seperti maag dan radang usus, tetapi juga embangkitkan energi mental yang dapat menghantarkan kita pantang mundur dalam meraih sukses. Sebenarnya stress yang terkendali merupakan daya pendorong tenaga konstruktif di balik kreativitas.
Perubahan jadual makan dan minum selama berpuasa dengan akibat lapar dan haus, menurut hasil penelitian hanya memiliki nilai stress 15. Ini jauh di bawah nilai stress 29 akibat perubahan tanggung jawab dalam pekerjaan, dan nilai stress 53 akibat sakit atau kecelakaan. Setelah berpuasa dua minggu berturut-turut, umumnya stress tadi makin terkendali. Ini disebabkan fisik dan mental orang yang berpuasa sudah beradaptasi.
Puasa cekal penyakit?
Karena berpuasa secara teratur mampu mengendalikan stress, maka jangan heran bila puasa kini berkembang peminatnya dan cukup populer di Eropa dan Amerika sekalipun. Mereka buka umat islam dan bukan untuk mencari pahala dan ridha Allah, tetapi untuk menangkal berbagai penyakit berat akibat stress berkepanjangan. Atau juga untuk mempercepat proses penyembuhannya disamping usaha medis. Hal senada juga dialami Indra (19 tahun), seorang mahasiswa swasta jurusan bahasa Jepang di Bukittingi. “Sebelum berpuasa saya mengidap penyakit maag. Sekarang setelah sepekan berpuasa rasa nyeri akibat maag sudah hilang, hanya saja ada rasa lapar biasa sebagaimana orang sehat,” katanya dengan yakin.Di Klinik Pyrmontt, Jerman, Dr. Otto Buuchinger bersama rekan sekerjanya sudah banyak menyembuhkan pasiean dengan terapi puasa. Setelah mereka dirawat selama 2-4 minggu dan disiplin dalam puasa, ternyata mereka sehat dan segar kembali baik fisik maupun mentalnya. Hal ini juga sesuai dengan hadis nabi, “puasalah kamu agar kamu sehat”. Selain itu para pasien tersebut juga memiliki semangat hidup. Berbagai penyakit yang telah disembuhkan dengan terapi puasa antara lain penyakit kardiovaskuler(pembuluh darah dan jantung), darah tinggi (hipertensi), kencing manis (diabetes melitus), kegemukan (obesitas), susah tidur (insomnia), tumor, tukak lambung (maag ), dan depresi.
Dr. Allan Scott yang pakar kesehatan dari Amerika serikat menginformasikan, berpuasa secara teratur mampu mengendalikan stress, juga sekaligus membersihkan tubuh dari zat sisa-sisa metabolisme. Zat sisa tersebut antara lain ureum, radikal bebas, racun dan beberapa zat asing yang bersifat merusak jaringan. Puasa juga dapat menormalkan kembali tekanan darah tinggi. Hal ini mudah dipahami karena lalu lintas zat makanan berkurang dalam pembuluh darah dan juga emosi lebih terkendali. Berpuasa juga mampu menurunkan lemak tubuh, dan mengendalikan kegiatan seksual. Nabi Muhammad juga menganjurkan kepada para bujang yang belum mampu untuk menikah ,agar sering berpuasa.
Selama berpuasa, tenaga yang dipakai berasal dari pemecahan cadangan, baik itu dari gula maupun lemak di tubuh. Semakin banyak jumlah hari puasa, kian banyak cadangan tadi terbakar, sehingga cadangan itu kian susut. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penurunan berat badan sebanding dengan energi yang terpakai. Memang ada satu atau dua persen saja orang yang bertambah berat badannya selama berpuasa ramadan, namun lebih banyak yang makin ramping.
Mereka yang bertambah gemuk selama berpuasa, mungkin saja karena puasa baginya hanya perpindahan waktu makan saja. Misalnya saja mereka makan tiga kali sehari. Di bulan Ramadhan mereka juga makan tiga kali namun berpindah ke malam hari. Tambahan lagi aneka hidangan seperti bubur dan kolak yang tak biasa/jarang mereka konsumsi di luar Ramadhan kini mudah didapat. Atau mungkin pula karena selama puasa mereka mengurangi atau tidak bekerja dan tidak berolahraga. Pikiran juga makin tenang sehingga mengurangi pemakaian lemak dan karbohidrat tubuh.
Berpuasa mengurangi kegemukan
Berpuasa berturut-turut selama lima hari dibandingkan dengan diet hanya makan sebanyak 800 kalori tiap hari, menunjukkan perbedaan mencolok. Puasa selama lima hari akan mengurangi berat badan tiap hari 751 gram, 50,4 gram protein, dan 243 gram lemak. Sedangkan dengan diet mengkonsumsi 800 kalori, per harinya hanya kehilangan 278 gram berat badan 278 gram, 9,5 gram protein, dan 165 gram lemak. Jadi, dengan puasa kita dapat mengurangi kegemukan, sehingga menghindari penyakit yang dicetuskan oleh kegemukan seperti kanker, diabetes, dan hipertensi.
Mengurangi tumor
Reihan S dan dan kawan-kawan dalam risetnya dengan mempuasakan tikus percobaan menunjukkan pengurangan konsumsi energi 20%. Selain itu mengurangi insiden tumor pada payudara, paru-paru, dan limpa. Bila dengan diet normal, insiden tu mor payudara terjadi sekitar 14%, sedangkan dengan berpuasa ditekan hingga 8%. Konsumsi lemak tinggi yang dianggap sebagai salah satu faktor pencetus tumor dapat ditekan dengan puasa. Menurut hasil riset Weindrough R, bila insiden tumor pada lemak tinggi 73%, sedangkan dengan diet rendah lemak hanya berkurang menjadi 43%, dan dengan diet retriksi (berpuasa) hanya menjadi 7% saja.
Mengurangi maag
Sebagian orang berpendapat bahwa bagi penderita penyakit maag akan bertambah parah dengan berpuasa. Bila keadaan tukak lambung (maag) sudah parah memang akan bertambah gawat. Namun bagi penderita maag tingkat ringan sampai sedang, sebetulnya tak usah kawatir. Hal ini banyak terbukti, asalkan niat puasa teratur dengan serius dan setulus hati. Sebab rasa lapar itu berasal dari perintah di otak belakang untuk mengeluarkan asam lambung dapat dikendalikan dengan niat, bukan menghilangkannya sama sekali.Penderita maag yang berpuasa tersebut tak mengalami keluhan, bahkan sembuh. Kenapa ini terjadi? Dengan berpuasa, kelenjar hipofise mengendalikan pengeluaran asam lambung, karena sudah diniatkan dan diperintahkan oleh otak kepada kelenjaar hipofisa agar tidak mengeluarkan asam lambung. Dengan demikian sakit maag berangsunr lenyap. Berpuasa seperti itu konon memperlambat penuaan, sehingga sel-sel tubuh dapat diremajakan, meski tak semuda dulu lagi. Tentu saja berpuasa dengan tetap memperhatikan kecukupan asupan gizi dan istirahat yang cukup.
Berpuasa mempercantik diri?
Bila kita bersantap, makanan yang masuk akan mengalami proses metabolisme, agar sesuai dengan fungsinya, dapat dipakai oleh sel-sel atau jaringan tubuh. Proses ini selalu menghasilkan zat sisa yang bersifat racun, maka harus dikeluarkan dari tubuh,. Selagi kita berpuasa, menurut Dr.Alvenia M.Fulton, seorang direktris Lembaga Makanan Sehat Fultonia USA, terjadi semacam proses pencucian. Selain pembentukan juga terkuras zat sisa bersama urine. Makanya sel-sel tubuh menjadi lebih sehat dan segar kembali. Lebih jauh menurut Alvenia, bahwa berpuasa secara teratur merupakan metode terbaik untuk memperindah dan mempercantik diri secara alami, sebab akan menormalkan fungsi kewanitaan, menghasilkan kelembutan, pesona dan daya pikat.
No comments:
Post a Comment