Automatic translation of this blog page

Monday, September 15, 2008

Buku Pembuatan Pereaksi kimia

BAB 1
KEAMANAN DAN KESELAMATAN DI LABORAORIUM

Keracunan dan kebakaran, luka serta kecelakaan lain dapat dihindarkan apabila dipatuhi aturan.
A. Sebelum mulai praktikum
1. Pakailah alat pelindung (jaslab, masker, kaca mata, sarung tangan) untuk melindungi pakaian dan tubuh Anda.
2. Kesadaran bahaya setiap saat jika bekerja kurang berhati-hati/ceroboh.
3. Kesadaran bahaya setiap bahan kimia sebelum mulai praktikum.
4. Kalau mau mencium gas yang berbau, janganlah secara langsung, tetapi kibaskanlah dengan tangan kearah kita.
5. Sebelum mengambil zat dari botol, bacalah dengan benar nama dan rumus zat. Kekeliruan dalam mengambil zat akan dapat berbahaya dan menimbulkan reaksi lain.
6. Patuhilah peaturan labor, karena pelanggarannya akan Anda rasakan dampak pada diri sendiri dan orang lain.
7. Bila akan mengambil zat dengan volume yang tepat, hendaklah diambil dari buret atau dengan pipet memakai bola hiasp.
8. Jika bekerja teratur, kemungkinan terjadinya kecelakaan lebih kecil daripada dalam keadaan meja kotor, alat-alat dan botol berantakan.
9. Tahu dan siap- apa yang harus dilakukan jika terjadi keadaan darurat, kebakaran, peledakan, dan sebagainya.

Gambar jas lab
B. Sedang dan selesai praktikum
1. Bila memanaskan atau mereaksikan zat dalam tabung reaksi, jangan diarahkan ke muka teman dan bukan pula ke wajah sendiri.
2. Jangan mencicipi suatu zat kimia, kecuali bila perintah dari ahli kimia, analis atau dosen.
3. Jangan menengok ke dalam cawan, pinggan, beaker yang sedang digunakan untuk pemanasan atau pemijaran.
4. Jangan memanaskan bahan kimia terlalu cepat.
5. Simpanlah semua bahan kimia di tempatnya, di wadah tertutup dengan label yang sesuai serta peringatan bahayanya.
6. Jangan menyimpan bahan kimia berbahaya dalam wadah bekas makanan atau minuman dalam labor.
7. Jangan makan, minum atau merokok dalam ruangan labor.
8. Untuk pengerjaan bahan kimia yang mudah menguap, pergunakan almari asam dengan fentilasi yang cukup atau dengan adanya pompa pengisap.

C. Pemakaian alat pelindung
1. Savety screen (alat pengaman)
Bila terjadi kecelakaan pada operator, mungkin disebabkan oleh kurangnya alat pengaman. Savety screen atau alat pengaman harus diletakkan pada alat yang akan digunakan, juga untuk operator dan orang lain di sekitarnya harus terlindung. Contoh; bila melakukan destilasi vakum, reaksi dengan tekanan tinggi atau percobaan yang memakai cairan korosif.
Gambar masker


2. Perlindungan
Kaca mata pengaman dan sarung tangan harus dipasang untuk percobaan seperti di bawah ini:
9. Untuk percobaan yang berisiko tinggi seperti bekerja dengan asam kuat, alkali atau cairan yang bersifat korosif.
10. Percikan dari zat mungkin terjadi ketika bekerja, terutama pada pengenceran asam kuat, melarutkan basa kuat, harus dikerjakan di lemari asam.
11. Bekerja dengan belerang atau memasukkan sulfur silor.
12. Memecahkan material yang keras memakai lumpang dan alu (mortar and pastle).
13. Bekerja dengan alat-alat pada keadaan hampa udara atau tekanan tinggi.
14. Bekerja dengan alat-alat sinar ultraviolet atau engaged in silica welding (kacamata pelindung / blue glass goggles) .
15. Menggunakan mesin pemecah (mecha-nical grindstone) atau culting wheel.
Gambar kacamata lab

3. Perlindungan terhadap system pernafasan
Masker dengan saringan yang halus harus dipasang selama proses penggilingan dan penyaringan. Pemakaian masker perlu bila lemari asam (fume chambers) tidak dapat digunakan. Bila conister tidak cocok lagi dipakai, dapat diganti dengan alat compressed air atau oxygen breathing. Pelindung ini dipakai pada suatu keadaan. Yakinkan kamu dapat mempergunakannya dengan cepat dan benar sebelum kamu berhubungan dengan bahaya dari gas tersebut.
Gambar masker
& sarung tangan
4. Perlindungan terhadap kulit
Gunakan selalu sarung tangan plastik bila menangani asam kuat, alkali atau zat kimia yang bersifat korosif. Cairan korosif mungkin memercik, masker muka yang fungsinya sama bagusnya dengan eye goggles harus dipasang. Yakinkan sarung tangan dan kacamata dalam kondisi baik.
Ada suatu keadaan yang dapat menyebabkan infeksi pada kulit. Jangan biarkan zat kimia tinggal di kulit. Cuci segera dengan sabun dan air yang banyak, jika perlu gunakan pelarut organik yang sesuai untuk memebersihkan kulit, gosokkan lanolin aintment untuk mencegah kulit menjadi kering. Bila kontak dengan suatu zat kimia yang dapat menye-babkan iritasi, cucilah dengan sabun dan air, gosokkan kriem ke tangan dan kemudian lanolin aintment . Jika kulit semakin merah, segera tangani di klinik (ambulance room).
5. Asbestos gloves (sarungtangan)
Asbestos atau thermo leather gloves harus dipasang bila bekerja dengan material bersuhu tinggi dan bila ada risiko jika tangan bersentuhan dengan logam.
gambar sarung tangan
6. Protective helmenets (helm)
Diharuskan memakai helm bila bekerja di dalam pabrik. Patuhi instruksi (peraturan) pabrik atau petugas keselamatan. Ketahuilah bagaimana memakai pakaian pelindung atau mengambil tindakan pencegahan khusus.
Gambar helm
D. Jenis bahaya kecelakaan
Jenis bahaya yang dapat menimbulkan kecelakaan (“accident”) dan kesakitan (“injuries”) di labor pada umumnya adalah:
• Kebakaran, yang bisa terjadi akibat kesalahan pada penanganan bahan mudah terbakar, peledakan bahan eksplosif dan reakstif atau sambungan pendek listrik serta kelalaian personal.
• Keracunan, yang dapat terjadi bila tersiram bahan toksik/ beracun atau terserap melalui mulut, kulit atau pernapasan yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan dan kematian.
• Iritasi dapat terjadi bila tersiram oleh bahan iritan dan krosif, yang dapat menimbulkan luka atau peradangan pada kulit, mata dan saluran pernapasan.
• Luka dapat terjadi akibat terbakar, tersentuh bahan yang sangat panas, terkena bahan kimia atau tertusuk benda tajam (misalnya potongan seng, besi, pecahan gelas) pada badan terutama kaki dan tangan serta mata.
• Bahaya lain seperti kena sengatan arus listrik bertegangan tinggi atau terkena radiasi dan pencemaran lingkungan.

E. Penyebab timbulnya kecelakaan
Kecelakaan di kaboratorium dapat ditimbulkan oleh sikap dan prilaku para personal, kurangnya pengawasan dan situasi kerja yang tidak aman.
a. Disiplin
Sikap dan prilaku para personal yang bekerja di laboratorium menempati urutan pertama penyebab kecelakaan. Sikap dan prilaku itu seperti lalai, lupa, tidak mau tahu, tidak disiplin, menganggap remeh setiap kemungkinan bahaya dan tidak mau memakai alat pelindung diri. Sikap-sikap demikian sering dimiliki para personal yang baru atau sedikit penganalam bekerja di kaboratorium.
b. Kurang pengawasan dari Supervisor. Pengawasan memegang peranan penting. Setiap prosedur dan tata kerja suatu percobaan atau peralatan perlu diberikan secara tertulis, jelas dan sempurna sebelum dikerjakan. Peringatan akan adanya bahaya kecelakaan harus disampaikan, misalnya pada penggunaan senyawa yang mudah terbakar, toksis dan berbahaya. Para pekerja yang baru perlu diberikan latihan dan diawasi penuh terutama pada saat melakukan percobaan yang berisiko tinggi. Tidak adanya atau kurangnya pengawasan sering mengaki-batkan para pekerja menjadi lalai, teledor dan tidak disiplin yang akhirnya dapat menimbulkan kecelakaan.
c. Situasi kerja yang tidak aman.
Situasi yang tidak aman dapat disebabkan oleh bahan, alat dan teknik yang berisiko tidak aman. Bahan yang digunakan seperti gas beracun, mudah meledak dan terbakar dapat menyebabkan situasi kerja yang tidak aman. Salah sedikit saja dalam menanganinya, akan berisiko tinggi. Sarana laboratorium yang tidak bekerja dengan baik seperti alat ventilasi macet, lemari asam tidak jalan, sistem pengaman gas tidak bekeria dapat juga menimbulkan situasi kerja tidak aman. Prosedur percobaan seperti memanaskan, menguapkan, mereaksikan, melarutkan, mendinginkan, sewaktu-waktu dapat menimbulkan bahaya kecelakaan karena salah dalam melakukannya yaitu tidak sesuai dengan prosedur yang seharusnya.

F. Upaya Pencegahan Kecelakaan
Pencegahan kecelakaan harus dilakukan sedini mungkin karena lebih mudah dan murah dibandingkan dengan perbaikan dan penggantian akibat kecelakaan yang sudah terjadi apalagi kerugian akibat kebakaran dan kematian. Pada dasarnya ada empat prinsip untuk membuat suatu laboratorium bebas dan aman daril kecelakaan (accidentfree operation) yaitu :
a. Semua kecelakaan sekecil apapun yang mungkin terjadi, harus dapat dicegah sedini mungkin.
b. Lingkungan kerja termasuk bangunan, alat, sistem dan sarana laboratorium harus diatur sedemikian rupa sehingga tidak akan menimbulkan bahaya kecelakaan.
c. Setiap personal yang bekerja di laboratorium harus dilatih agar membiasakan dini bekerja secara aman, bersih dan disiplin.
d. Pengawas, instruktur dan teknisi adalah orang-orang yang bertanggung jawab dalam pencegahan kecelakaan. Dalam prakteknya, keempat prinsip tersebut dijabarkan lebih lanjut dalam tindakan sebagai berikut :
1) Membuat aturan, patokan umum dan tata tertib bekerja di laboratorium (termasuk prosedur yang harus dilakukan, sangsi kalau. melanggar, bentuk pengawasan dan emergensinya).
2) Penanganan yang baik semua bahan yang digunakan (cara penyimpanan, pemakaian, dan pembuangan limbahnya). Pencegahan dan penanggulangan bahaya kebakaran (fire fighting) termasuk menyediakan pemadam kebakaran, menyiapkan SOP, membuat peringatan bahaya kebakaran dan membuat area untuk perokok.

Gambar memakai masker

3) Pemeliharaan sarana laboratorium yang terus menerus agar sarana tersebut berfungsi dengan baik.
4) Pemakaian alat pelindung diri. Alat pelindung diri berfungsi mengisolasi tubuh dari keterpaan bahan yang berbahaya. Alat pelindung yang biasa digunakan adalah pakaian kerja/jas laboratorium, kaca mata dan goggles, perisai muka (face shield"), alat pelindung pernapasan, pelindung kaki, respirator yang memurnikan udara dan sarung tangan. Alat pelindung itu perlu disediakan dan dipakai secara disiplin agar dapat menghindarkan dari sesuatu yang bahaya.
5) Pelatihan para personal (terutama yang baru) agar mereka mengetahui kemungkinan timbulnya kecelakaan dan cara pencegahan-nya.


BAB 2
PERTOLONGAN PERTAMA PADA KECELAKAAN

Meskipun cara dan upaya pencegahan kecelakaan telah dilakukan, tetapi karena sesuatu sebab, kecelakaan di laboratorium dapat terjadi juga. Oleh karena itu untuk menghindari dari keadaan yang lebih parah, diperlukan upaya pertolongan pertama pada kecelakaan (P3K).


A. Tujuan utama pertolongan pertama adalah untuk:
1. Mempertahankan korban agar tetap hidup
2. Membuat korban tetap stabil dan tidak lebih parah
3. Mengurangi rasa nyeri, tidak nyaman dan rasa cemas

Langkah-langkah yang perlu dilakukan adalah :
a. Menjauhkan korban dari penyebab kecelakaan
b. Mencari penyebab utama kecelakaan
c. Memberikan pertolongan pertama
d. Membawa korban ke rumah sakit atau dokter

Setiap laboratorium harus mempunyai nama, nomor telepon dan alamat dokter/ rumah sakit yang dapat dipanggil sewaktu-waktu kalau keadaan darurat. Untuk membantu pekerjaan dokter/petugas medis, pada korban kecelakaan yang dikirim ke rumah sakit perlu diberi "gantungan" yang memuat nama, alamat korban dan kantornya, jenis bahan/penyebab kecelakaan dan penanganan yang telah diberikan serta waktu terjadinya kecelakaan.

B. Tindakan pada Keadaan Gawat:
1. Periksalah:
a. Airway (jalan napas)
b. Pastikan jalan napas tidak terhalang oleh lidah, lendir atau benda asing breathing (Pernafasan)
c. Periksa pernafasannya kalau, perlu berikan pernafasan buatan (Teknik mulut ke mulut atau CPR).
d. Nadi, bila denyut nadi tidak terasa, lakukan teknik CPR
2. Bertindak cepat, setiap detik sangat berarti dan berharga.
3. Jangan mengangkat atau memindahkan korban yang luka pada leher atau tulang belakang kecuali kalau sangat terpaksa Mintalah seseorang untuk memanggil ambulans atau dokter, sementara itu lakukanlah pertolongan pertama. Jangan menarik pakaian korban luka bakar
4. Bersikap tenang dan tenangkanlah korban
5. Jangan memaksa memberikan minuman atau obat pada korban yang kesadarannya menurun atau tidak sadar (pingsan)
6. Jangan membangunkan korban yang pingsan dengan menggoncang-goncangkan badannya

Pertolongan pertama yang akan diuraikan adalah pertolongan yang biasa dilakukan pada korban yang mengalami kecelakaan di laboratorium sepertl luka, perdarahan, pingsan, keracunan, dan sengatan arus listrik.

C. Pertolongan Pertama Penderita Luka
1. Pertolongan Pertama pada Penderita Luka Bakar

a. Luka bakar karena panas ("thermal burns").
Luka bakar jenis ini dapat terjadi oleh kebakaran atau kontak dengan alat/benda panas. Pertolongan yang diberikan berupa mencelupkan bagian yang terbakar ke dalam air es secepat mungkin. Pencelupan terus dilanjutkan hingga rasa panas/nyeri hilang atau tidak terasa lagi jika bagian yang terbakar itu diangkat dari air es tadi, Jika bagian luka tidak mungkin dicelupkan, maka air es itu dikompreskan ke bagian yang luka bakar tadi. Pendinginan ini dilakukan agar rasa sakit/panas berkurang dan perusakan akibat kebakaran menjadi berkurang. Pendinginan pertama ini harus segera diikuti dengan membawanya ke dokter/ rumah sakit untuk diobati lebih lanjut. Jika luka bakar itu besar sekali, yang kadang-kadang diikuti dengan shock (pingsan), maka kita harus segera memanggil ambulans atau dokter. Korban harus dirawat, pakaiannya yang menempel pada atau berdekatan dengan luka harus dilepas. Hindarkan kontaminasi luka dan jangan membersihkan luka atau memberikan salep. Tutuplah bagian yang luka dengan kain/perban steril dan bersih, lalu secepatnya kirim korban ke rumah sakit/dokter.

b. Luka bakar karena bahan kimia (chemical burns)

Luka ini berupa luka akibat perusakan jaringan setelah kontak dengan bahan kimia seperti asam kuat, alkali dan bahan pengoksidasi. Kulit akan terasa panas, seperti terbakar dan luka. Pertolongan yang.harus diberikan adalah melepaskan kontak dengan bahan kimia secepat, dan sesempurna mungkin dengan pencucian atau penyiraman air sebanyak mungkin. Pakaian yang ikut terkena bahan harus segera dibuka dan jaringan tubuh yang terluka dicuci dengan air mengalir sebanyak mungkin. Jangan menggunakan bahan penetral atau dapar, karena dapat menimbulkan reaksi lain dengan bagian yang terluka. Korban/pasien lalu dibawa ke dokter segera untuk memperoleh pertolongan yang tepat.

2. Pertolongan Pertama pada Penderita Luka Bakkar pada Mata

a. Masuknya Benda asing pada mata
Benda asing seperti pecahan kaca dapat masuk ke dalam mata menyebabkan "kelilipan" atau luka. Jika benda-benda itu menempel atau terikat longgar, dapat diambil dengan hati-hati menggunakan ujung kain steril. Tetapi jika benda-benda itu tertancap kuat pada bagian mata atau kornea maka hanya dokter yang dapat mengambilnya. Pengambilan secara sembrono akan mengakibatkan luka tambah parah dan fatal.

b. Luka oleh bahan kimia
Percikan bahan kimia iritan atau uapnya yang mengenai mata, dapat menyebabkan luka yang serius. Kecelakaan ini terjadi jika tidak menggunakan pelindung diri seperti kaca mata atau pelindung muka. Pertolongan diberikan dengan cara mencuci mata dengan air bers1h dari air ledeng atau pancuran. Pencucian harus merata ke seluruh mata dengan membuka kelopak mata dan dilakukan terus sampai kira-kira 15 menit lalu setelah itu korban harus dibawa ke dokter. Pencucian tidak boleh dengan larutan penetral, karena dikawatirkan akan memperparah luka. Demikian pula penggunaan salep tidak dianjurkan.

D. Pertolongan Pertama pada Penderita Keracunan

Istilah keracunan secara umum adalah masuknya bahan toksik/racun metalui mulut (tertelan) saluran pernafasan atau absorpsi melalui kulit. Keracunan yang sering terjadi di laboratorium adalah melalui saluran pernafasan dan kulit, melalui mulut sangat jarang. Meskipun banyak "antidotum" untuk menanggulangi keracunan, namun untuk menggunakan antidot yang tepat kita harus mengetahui bahan yang menyebabkan keracunan secara tepat dan cepat. Pencegahan keracunan yang paling baik adalah menutup segala kemungkinan masuknya bahan beracun melalui ketiga jalur tersebut.
Keracunan zat-zat kimia pada tubuh manusia dapat membahayakan kelangsungan hidup. Bahan kimia beracun tersebut akan merusak jaringan tubuh terpenting sehingga menggangu atau bahkan menghentikan fungsinya. Beberapa jaringan tubuh yang rentan terhadap keracunan diantaranya kulit, susunan syaraf, sumsum tulang, ginjal, hati, dan alat-alat pencernaan. Jika organ tersebut terganggu, terjadilah penurunan tingkat kesehatan yang akan membahayakan jiwa manusia, terutama bila pertolongan terlambat diberikan.
Pada umumnya, tata cara pertolongan akibat keracunan biasanya mengikuti satu pedoman umum, kecuali pada beberapa kasus keracunan khusus seperti sianida, yang memerlukan pertolongan secara khusus. Pedoman utama dalam memberikan pertolongan adalah dengan cara menghilangkan atau membuang bahan beracun dari korban.
Umumnya pertolongan pertama yang diberikan kepada korban yang tidak sadar atau hampir pingsan adalah dengan menelungkupkannya dengan kepala menghadap ke samping dan lidah dikeluarkan untuk mencegah tersedak karena ludah. Jagalah korban agar tetap pada posisi berbaring dan tetap hangat suhu badannya, dan jika diperlukan berilah bantuan pernafasan buatan. Ingat : jangan memberi minuman beralkohol karena dapat mempercepat penyerapan beberapa jenis racun oleh tubuh. Dan terakhir segeralah meminta pertolongan dari petugas kesehatan.
Secara khusus, perlakuan lanjutan yang harus dilakukan pada setiap jenis keracunan bahan kimia yang berbeda adalah sebagai berikut :
Beberapa jenis bahan kimia yang harus diperhatikan karena berbahaya adalah :
Bahan Kimia Penjelasan Potensi Bahaya Kesehatan
AgNO3 Senyawa ini beracun dan korosif. Simpanlah dalam botol berwarna dan ruang yang gelap serta jauhkan dari bahan-bahan yang mudah terbakar. Dapat menyebabkan luka bakar dan kulit melepuh. Gas/uapnya juga menebabkan hal yang sama.
HCl Senyawa ini beracun dan bersifat korosif terutama dengan kepekatan tinggi. Dapat menyebabkan luka bakar dan kulit melepuh. Gas/uapnya juga menebabkan hal yang sama.
H2S Senyawa ini mudah terbakar dan beracun Menghirup bahan ini dapat menyebabkan pingsan, gangguan pernafasan, bahkan kematian.
H2SO4 Senyawa ini sangat korosif, higroskopis, bersifat membakar bahan organik dan dapat merusak jaringan tubuh.
Gunakan ruang asam untuk proses pengenceran dan hidupkan kipas penghisapnya. Jangan menghirup uap asam sulfat pekat karena dapat menyebabkan kerusakan paru-paru, kontak dengan kulit menyebabkan dermatitis, sedangkan kontak dengan mata menyebabkan kebutaan.
NaOH Senyawa ini bersifat higroskopis dan menyerap gas CO2. Dapat merusak jaringan tubuh.
NH3 Senyawa ini mempunyai bau yang khas. Menghirup senyawa ini pada konsentrasi tinggi dapat menyebabkan pembengkakan saluran pernafasan dan sesak nafas. Terkena amonia pada konsentrasi 0.5% (v/v) selama 30 menit dapat menyebabkan kebutaan.
HCN Senyawa ini sangat beracun. Hindarkan kontak dengan kulit. Jangan menghirup gas ini karena dapat menyebabkan pingsan dan kematian.
HF Gas/uap maupun larutannya sangat beracun. Dapat menyebabkan iritasi kulit, mata, dan saluran pernafasan.
HNO3 Senyawa ini bersifat korosif. Dapat menyebabkan luka bakar, menghirup uapnya dapat menyebabkan kematian.

Bahan-bahan kimia diatas, jika kita amati adalah bahan-bahan kimia yang umumnya kita gunakan dalam laboratorium. Ternyata bahan-bahan kimia tersebut menyimpan potensi untuk meracuni tubuh.
Keracunan bahan kimia diatas, dapat terjadi melalui beberapa cara, sesuai dengan sifatnya. Keracunan dapat terjadi akibat tertelannya bahan kimia dalam saluran pencernaan. Untuk bahan kimia berupa gas, saluran pernafasan merupakan jalan masuk utama ke dalam tubuh seseorang. Bahan beracun dapat pula diserap melalui kulit atau langsung merusak jaringan kulit apabila terjadi persinggungan dengannya. Selaput lendir (mukosa) mata juga dapat menjadi salah satu tempat masuknya bahan kimia yang kemudian meracuni jaringan setempat.
1. Keracunan melalui pernafasan (inhalasi).
Keracunan melalui inhalasi dapat tedadi jika gas, uap, asap, debu dan partikel beracun terhirup dan memasuki saluran pernafasan. Bahan beracun yang dapat terhirup itu ada yang berbau dan tidak iritan. Gas klor, brom, formaldehid, akrolein dan amonia merupakan contoh gas beracun - yang berbau dan iritan. Senyawa hidrokarbon terklorinasi, tetrakloroetan, karbon tetraklorida, metil bromida, bensen merupakan contoh bahan beracun yang tak iritan tapi berbau. Kewaspadaan justru harus ditingkatkan jika menghadapi bahan beracun yang tak berbau dan tidak iritan. Seperti gas karbon monoksida, metil'Oorida dan uap air raksa. Ketiganya cukup berbahaya karena tak tercium. baunya waktu terhirup hidung kita. Keracunan akibat inhlasi ini dapat berakibat fatal seperti kehilangan kesadaran (pingsan) dan kematian.
Jika racun yang masuk dalam tubuh terhirup oleh saluran pernafasan, gunakan masker khusus atau kalau terpaksa sama sekali tidak ada, tahanlah nafas saat memberikan pertolongan di tempat beracun. Bawalah korban ke tempat yang berudara sesegera mungkin dan berikan pernafasan buatan secepatnya, apabila korban mengalami kesulitan bernafas. Lakukan hal tersebut berulang-ulang sampai petugas kesehatan datang.
2. Keracunan melalui Mulut/Pencernaan
Perlakuan yang dapat diberikan kepada korban adalah dengan memberikan air minum/susu sebanyak 2-4 gelas, Apabila korban pingsan jangan berikan sesuatu melalui mulut. Usahakan supaya muntah segera dengan memasukkan jari tangan ke pangkal lidah atau dengan memberikan air garam hangat (satu sendok makan garam dalam satu gelas air hangat). Ulangi sampai pemuntahan
cairan jernih. Pemuntahan jangan dilakukan apabila tertelan minyak tanah, bensin, asam atau alkali kuat, atau apabila korban tidak sadar.
Berilah antidote yang cocok, bila tidak diketahui bahan beracunnya, berilah satu sendok antidote umum dalam segelas air hangat umum. Bubuk antidote umum terbuat dari dua bagian arang aktif (roti yang gosong), satu bagian magnesium oksida (milk of magnesia), dan satu bagian asam tannat (teh kering). Jangan berikan minyak atau alkohol kecuali untuk racun tertentu.
Berikut adalah beberapa alternatif obat yang dapat anda gunakan untuk pertolongan pertama terhadap korban keracunan bahan kimia:
Hampir semua bahan kimia yang digunakan dalam laboratorium bersifat racun kalau, tertelan dalam jumlah tertentu, (tergantung LD50 nya). Keracunan melalui mulut atau sengaja ditelan jarang terjadi, kecuali melalui kontaminasi makanan atau minuman dan kesalahan dalam pengambilan sampel. Pencegahan keracunan melatui mulut adalah dengan cara jangan membawa makanan dan minuman ke laboratorium, hati-hati dalam penanganan bahan-bahan beracun dan jangan sampai salah pengambilan sampel.
Jenis Peracun Pertolongan Pertama
Asam-asam korosif seperti asam sulfat (H2SO4), fluoroboric acid, hydrobromic acid 62%, hydrochloric acid 32%, hydrochloric acid fuming 37%, sulfur dioksida, dan lain-lain. Bila tertelan berilah bubur aluminium hidroksida atau milk of magnesia diikuti dengan susu atau putih telur yang dikocok dengan air. Bila tertelan berilah bubur aluminium hidroksida atau milk of magnesia diikuti dengan susu atau putih telur yang dikocok dengan air.
Jangan diberi dengan karbonat atau soda kue.
Alkali (basa) seperti amonia (NH3), amonium hidroksida (NH4OH), Kalium hidroksida (KOH), Kalsium oksida (CaO), soda abu, dan lain-lain. Bila tertelan berilah asam asetat encer (1%), cuka (1:4), asam sitrat (1%), atau air jeruk. Lanjutkan dengan memberi susu atau putih telur.
Kation Logam seperti Pb, Hg, Cd, Bi, Sn, dan lain-lain Berikan antidote umum, susu, minum air kelapa, norit, suntikan BAL, atau putih telur.
Pestisida Minum air kelapa, susu, vegeta, norit, suntikan PAM
Garam Arsen Bila tertelan usahakan pemuntahan dan berikan milk of magnesia.
Jenis Peracun Pertolongan Pertama
Asam-asam korosif seperti asam sulfat (H2SO4), fluoroboric acid, hydrobromic acid 62%, hydrochloric acid 32%, hydrochloric acid fuming 37%, sulfur dioksida, dan lain-lain. Bila tertelan berilah bubur aluminium hidroksida atau milk of magnesia diikuti dengan susu atau putih telur yang dikocok dengan air. Bila tertelan berilah bubur aluminium hidroksida atau milk of magnesia diikuti dengan susu atau putih telur yang dikocok dengan air.
Jangan diberi dengan karbonat atau soda kue.
Alkali (basa) seperti amonia (NH3), amonium hidroksida (NH4OH), Kalium hidroksida (KOH), Kalsium oksida (CaO), soda abu, dan lain-lain. Bila tertelan berilah asam asetat encer (1%), cuka (1:4), asam sitrat (1%), atau air jeruk. Lanjutkan dengan memberi susu atau putih telur.
Kation Logam seperti Pb, Hg, Cd, Bi, Sn, dan lain-lain Berikan antidote umum, susu, minum air kelapa, norit, suntikan BAL, atau putih telur.
Pestisida Minum air kelapa, susu, vegeta, norit, suntikan PAM
Garam Arsen Bila tertelan usahakan pemuntahan dan berikan milk of magnesia.

Pertolongan pertama yang harus diberikan adalah memba wa korban ke dokter atau ke rumah sakit, dengan memberikan informas tentang jenis bahan yang menyebabkan keracunan.
Awas bahaya keracunan! Pertolongan pada kecelakaan bahan kimia sebelum pertolongan dokter dapat dilakukan usahakanlah pencegahan kontak antaran bahan kimia derigan tubuh secepat mungkin.

1. Cucilah bahan, kimia yang masih kontak dengan tubuh (kulit, mata, dan anggota lain).
2. Usahakan penderita tidak kedinginan. Jangan berikan minuman beralkohol karena mempercepat penyerapan racun.
3. Kalau sukar bernafas, bantu dengan cara pernafasan dari mulut ke mulut.
4. Mintalah bantuan dokter terdekat.

3. Keracunan melalui Kulit
Jika racun masuk ke dalam tubuh melalui kulit, jika memungkinkan tentukan lebih dulu jenis bahan kimia beracun yang masuk dan usahakan agar tidak tersentuh, siramlah bagian tubuh korban yang terkena bahan racun dengan air bersih paling sedikit 15 menit. Langkah selanjutnya, lepaskan pakaian yang dikenakan, berikut sepatu, perhiasan dan benda-benda lain yang terkena racun. Jangan mengoleskan minyak, mentega atau pasta natrium bikarbonat pada kulit yang terkena racun, kecuali diperintahkan oleh petugas kesehatan yang hadir di situ.
Kulit dapat mengalami kerusakan akibat kontak dengan pelarut organik berupa pelarutan lemak atau kerusakan jaringan oleh asam-asam kuat. Keracunan sistematik dapat terjadi, jika kulit terpapar atau kontak dengan bahan beracun yang terabsorpsi masuk kedalam tubuh melalui permukaan kulit.
Pertolongan pertama yang harus dilakukan adalah menghilangkan bahanbahan beracun itu dari permukaan kulit dengan cara menyiram atau membilas dengan air sebanyak mungkin menggunakan air ledeng yang mengalir, baik untuk bahan yang larut air mappun yang tidak larut air. Bagian pakaian yang terkena bahan harus segera dilepas lalu bagian kulit yang terkena bahan kimia itu dicuci seperti di atas. Setelah penghilangan bahan kimia itu, korban dibaringkan lalu. berilah selimut agar tetap hangat. Kemudian bawalah korban ke dokter. Hindarkan pemberian aitidot seperti alkali untuk asam dan sebaliknya atau pelarut seperti alkohol untuk fenol. Hanya dokter yang boleh memberikannya sebagai pengobatan.
Bila Keracunan Melalui Kulit
1. Cuci bagian tubuh yang terkena dengan air bersih minimal 15 menit.
2. Tanggalkan pak'aian yang terkena bahan.
3. Jangan mengoleskan minyak, mentega atau natriumcarbohat kecuali untuk keracunan tertentu.
4. Apabila terkena mata cucilah dengan air bersih yang hangat dengan pelupuk mata terbuka.
4. Keracunan melalui Mata
Jika racun yang masuk ke dalam tubuh melalui selaput lendir di mata, segeralah melakukan pencucian pada kedua mata korban dengan air bersih dalam jumlah banyak (disini anda dapat mengunakan air hangat-hangat kuku). Buka kelopak mata atas dan bawah, tarik bulu matanya supaya kelopak mata tidak menyentuh bola mata. Posisi ini memungkinkan masuknya air bersih dan dapat mencuci seluruh permukaan bola mata dan kelopaknya. Teruskan pekerjaan ini sampai paling sedikit 15 menit.

Pertolongan yang harus diberikan adalah segera memindahkan korban dari paparan bahan beracun tersebut secepat mungkin ke, tempat udara yang segar. Jika kejadian keracunan itu berlangsung di ruang tertutup, sempit atau bahan beracun itu berada dalam konsentrasi tinggi, maka penolong harus memakai pelindung pernafasan dengan pasokan gas oksigen (udara). Hal ini perlu mendapat perhatian untuk tidak menambah korban tambahan dari penolong. Jika korban mengalami keracunan yang sangat berat, maka harus segera dibawa ke rumah sakit dan dokter dengan memberikan informasi tentang jenis racun yang terhirup (penyebab keracunan).
Jika korban tidak bernafas, harus segera diberikan pernafasan buatan berupa penekanan bagian dada serta pemberian pernafasan darl mulut penolong ke mulut korban :
Jika Keracunan Gas
• Klorin, hidrogensulfida, hidrogensianida, fosgen merupakan gas yang sangat racun dan harus pakai masker untuk penyelamatan atau tahan nafas.
Pindahkan ke tempat lain dan berikan udara segar sebanyak-banyaknya
Jika korban tidak bernafas dan denyut jantungnya lemah maka korban harus diberi teknik CPR sebagai berikut :
• Berlututlah disamping penderita
• Rabalah dada korban untuk mengetahui tempat penekanan yaitu ujung bawah tulang dada pada tulang rawannya. Letakkan jari tangan kiri di tempat itu.
• Gantilah jari tangan kiri itu dengan tumit tangan kanan Oangan telapak tangan), lalu tangan kiri ditumpangkan di atas tangan kanan itu dan jari-jari jangan menyentub dada.
• Dengan lengan yang lurus, condongkan badan kemuka sehingga bahu anda di atas tulang dada korban.
• Tekan tulang dada korban ke bawah hingga 4 5 cm (untuk orang dewasa)
• Dengan kedua tangan tetap di dada korban, condongkan badan ke belakang dan biarkan tulang dada korban kembali ke posisi normal.
• Teruskan penekanan tulang dada seperti di atas secara berirama sekali perdetik (60 80 kali per menit).
• Berikan pernafasan mulut ke mulut untuk 15 kali tekanan CPR dengan 2 kali tiupan kuat pemafasan mulut ke mulut.
• Lakukan dari mulut ke mulut.
Pemberian bahan penetral untuk keracunan lewat pernafasan harus dihindari. Demikian pula tidak diperkenankan memberikan obat apapun lewat mulut korban yang sedang pingsan (tidak sadar), karena akan mengganggu jalannya pernafasan.

Catatan : Teknik pernafasan CPR harus dilakukan hat-hati karena dapat menyebabkan tulang rusuk patah. Oleh karena itu teknik ini perlu latihan yang benar. Dalam keadaan yang sangat kritis, meskipun anda belum/tidak terlatih baik anda harus melakukan teknik CPR ini, karena tanpa CPR, setiap orang yang jantungnya berhenti akan me . ninggal .


Gambar : Pernafasan buatan teknik
CPR (Cordial Pulmonary Resuscitation)

Apabila memungkinkan pada penderita keracunan melalui Mulut lakukan hal berikut:
1. Berilah minum air susu 2 sampai . 4 gelas kecuali keracunan fosfor. Bila korban pingsan jangan memberi kan sesuatu melalui mulut (bila mungkin).
2. Usahakan supaya muntah dengan segera dengan memasukkan jari telunjuk ke pangkal lidah yang digerak-gerakkan atau dengan memberi air garam hangat.. Ulangi permuntahan sampai cairan jernih. Janganlah diusahakan muntah bila korba n tertelan minyak tanah, bensin, atau Alkali kuat atau bila korban tidak sadar.
3. Berilah antidote yang cocok dengan bahan racun yang tertelan, kalau tidak diketahui berilah satu sendok antidote umum dalam seg elas air hangat.

Bubuk antidote umum:
2 bagian arang aktif (roti yang kosong atau norit)
bagian Magnesiumoksida (milk of magnesia)
1 bagian asam tannat (teh kering).
• Janganlah memberi minyak atau alkohol kecuali untuk bahan tertentu. .
• Jika korban mengalami muntah-muntah, berilah minum air hangat agar muntah terus dan sekaligus mengencerkan racun dalam perutnya.
• Bila korban ticlak spontan memuntahkan, maka perlu, diberi minum segelas air yang ditambah dua sendok the garam dapur agar korban muntah. Kalau, korban juga tidak muntah, lakukan pancingan agar korban clapat muntah dengan memasukkan jari atau batang kedalam tenggorokan. Usaha ini bertujuan agar bahan beracun segera keluar dari perut sebelum diserap dan diedarkan ke seluruh tubuh, Kalau bahan yang tertelan berupa bahan yang korosif, jangan dilakukan tindakan untuk memuntahkan karena sangat berbahaya. Demikian pula kalau korban tidak sadarkan diri (pingsan), tindakan pemberian sesuatu lewat mulut atau memuntahkan harus dihindarkan.
• Setelah isi lambung dikeluarkan/dimuntahkan, korban lalu dibaringkan dan selimuti dengan kain agar tetap hangat, tungguilah jangan sampal pingsan.
• Jika pernafasan korban berhenti, maka lakukan pernafasan buatan sesegera mungkin (dengan teknik mulut ke mulut atau CPR). Kadang-kadang pemberian gas oksigen membantu pemulihan setelah korban sadar dan bebas dari racun.
• Setelah itu kirimkan korban ke dokter dan hanya dokter yang berhak memberikan pengobatan kepada korban.

Perlindungan diri terhadap bahaya kesehatan dari keracunan bahan-bahan kimia di Indonesia, sangat rendah sekali. Hal ini dimungkinkan karena laboratorium-laboratorium kimia di Indonesia sering mengabaikan standar minimal operasional terutama dalam ketidaksediaan lemari asam. Hal ini juga diperparah oleh para pengunanya yang lalai terhadap perlindungan diri. Banyak terjadi kasus keracunan bahan kimia yang disebabkan oleh kecerobohan dan ketidaktahuan para penguna mengenai potensi bahaya dari suatu bahan kimia.
Untuk mencegah terjadinya keracunan selama bekerja di laboratorium, berikut adalah beberapa hal yang harus diperhatikan penguna :
1. Mempunyai pengetahuan akan bahaya dari setiap bahan kimia sebelum melakukan analisis.
2. Simpanlah semua bahan kimia pada wadahnya dalam keadaan tertutup dengan label yang sesuai dan peringatan bahayanya.
3. Jangan menyimpan bahan kimia berbahaya dalam wadah bekas makanan/minuman, gunakanlah botol reagen.
4. Jangan makan/minum atau merokok di laboratorium.
5. Gunakan lemari asam untuk bahan-bahan yang mudah menguap dan beracun.
6. Gunakan atau pakailah jas laboratorium selama bekerja di laboratorium.
7. Mengetahui hal-hal yang harus diperhatikan bila terjadi keracunan bahan kimia di laboratorium.
Demikian, semoga kita dapat lebih berhati-hati dalam bekerja di laboratorium. Dan usahakan untuk mencuci tangan dan mengkonsumsi susu setelah bekerja di laboratorium. Karena mencegah lebih baik daripada mengobati. (Dari pelbagai sumber).
Gunakan fasilitas pencarian kata dibawah ini untuk mencari kata di http://www.chem-is-try.org, http://www.mail-archive.com/dokter


C. Teknik Pernafasan Mulut ke Mulut
1. Baringkan korban secara terlentang. Hilangkan semua benda-benda asing dari mulutnya dengan jari. Letakkan satu tangan penolong di bawah leher korban. Naikkan lehernya dan tekuk kepalanya ke punggung.
2. Tarik dagu ke depan
3. Letakkan mulut anda rapat-rapat tepat di atas mulut korban yang telah terbuka, jepit hidungnya dan tiuplah kuat-kuat agar dadanya mengembang.
4. Angkat mulut anda dan perhatikan apakah ada udara yang dikeluarkan. Ulangi usaha meniup. Jika tidak ada pertukaran udara, periksalah kembali kepala dan posisi rahang korban, lidahnya atau segala sesuatu yang mungkin menghambat saluran udara. Coba uiangi meniup.
5. Jika tidak terlihat adanya pertukaran udara, miringkan korban padasisinya dan pukul kuat-kuat beberapa kali di antara tulang belikatnya untuk mengeluarkan benda-benda asing yang mungkin ada pada tenggorokannya.
6. Lanjutkan pernafasan mulut ke, mulut, untuk orang dewasa tiupkan pernafasan yang kuat setiap lima detik. Jika anda mau, letakkan sebuah saputangan di atas mulut korban dan tiuplah melaluinya.
7. Jangan menyerah sampai korban bemafas lagi. Banyak korban yang sadar kembali setelah berjam-jam mendapatkan pernafasan buatan ini.


Gambar : Pernafasan buatan dari mulut ke mulut

Teknik Pernafasan Jantung-Paru ("Cardio Pulmonary Resuscitation CPR)


D. Pertolongan Pertama pada Penderita yang Tertelan Zat Khusus
ASAM KOROSIF: TerteIan (asetat, khiorida, laktat, nit.rat, fosfat, sulfat dan beberapa asam lain) berikan bubur aluminium hidroksicla atau milk of magnesia dan diikuti putih telur yang dikocok dengan air. Jangan diberi karbonat atau soda kue.

Alkali: Tertelan (amonia, amoniak, kalsium hidroksida, soda qbu) berikan cairan asam asetat encer (1%), cuka encer 1:4, asam sitrat 1%, atau air jeruk, lanjutkan dengan air susu atau putih telur.

Garam Arsen: TerteIan, usahakan pemuntahan dan berikan milk of magnesia.

Logam: Tertelan (Cadmium, Timah, Bismut, dan logam lain), berikan antidote umum, susu atau putih telur.
E. Pertolongan Pertama pada Penderita Pendarahan
Pendarahan dapat terjadi karena anggota badan mengalami luka tertusuk, terpotong benda tajam yang sangat parah. Pertolongan pertama yang harus diberikan adalah :

• Baringkan korban agar jangan sampai pingsan. Untuk menghentikan pendarahan, angkat bagian tubuh yang kena luka lebih tinggi dari jantung, tekanlah luka dengan memakai perban steril atau kain yang bersih. Bila perban telah basah dengan darah letakkan perban yang lain di atas perban itu lalu teruskan tekanan itu. Bila tekanan langsung ini tidak berhasil, tekanlah di atas atau di bawah luka untuk menghentikari pendarahan.
• Jika pendarahan yang terjadi pada lengan atau kaki tidak dapat dihentikan dengan tekanan langsung, maka cobalah dengan menyumbat aliran darah dari pembuluh darah arteri dengan menekan pembuluh itu dengan jari atau telapak tangan. Terdapat empat lokasi pembuluh arteri yang secara praktik dapat diberi penekanan (lihat gambar). Jangan mencoba mienutup pembuluh darah itu, jika luka terdapat di kepal leher atau tubuh yang lain.

• Jika pendarahan telah berhenti, balutlah sebaik-baiknya dengan perban awal dengan perban yang lain (jangan diganti dengan perban yang baru). Balutan jangan terlalu kencang, agar peredaran darah tetap berjalan normal di bawah atau di belakang luka. Jagalah jangan sampai korban mengalami shock atau pingsan.
• Untuk mencegah infeksi, jangan menyentuh luka dengan kain yang tidak steril atau tangan yang kotor.
• Kalau lukanya kecil (pendarahan kecil), akibat goresan atau tusukan, maka dengan menggunakan pinset steril, keluarkan pecahan-pecahan yang tertancap lalu tutup luka dengan perban steril dan balutlah dengan perban/kain dan plester.
• Luka yang dalam, lebar atau luka yang kotor penanganannya perlu serius, karena dapat terjangkiti bahaya tetanus. Tanyakan pada korban apakah pernah diberl serum anti tetanus atau belum dan.sampaikan informasl ini ke dokter. Perhatikan juga gejala-gejala adanya infeksi pada luka (akan tampak setelah beberapa hari) yaitu luka menjadi merah, panas dan tambah sakit yang disertai dengan demam. Kalau infeksi telah terjadi, cepat bawa kembali ke dokter.

Gambar : Cara membalut luka pada tangan dengan perban


Catatan Orang dewasa rata-rata mempunyai clarah sebanyak 5,5 atau 6 liter, Jika korban kehilangan 1-2 liter (sepertiganya) dapat berakibat fatal/gawat. Anda harus bertindak segera, selamatkan dia!

E. Pertolongan Pertama pada Penderita Tersengat Arus Listrik

Untuk kecelakaan akibat sengatan listrik, setiap detik kontak dengan sumber listrik berarti mengurangi kemungkinan hidup korban.
• Putuskan segera kontak korban dengan sumber listrik dengan cara yang paling cepat selamat serta aman.
• Di dalam ruangan, cabutlah steker dari peralatan listrik atau cabutlah tombol utama kotak sekering. Di luar ruangan, , pemutusan hubungan dengan sumber listrik dilakukan dengan galah atau. tongkat kering.
• Penolong harus berdiri pada permukaan yang kering dan jangan menyentuh korban sebelum hubungan dengan arus listriknya putus.
• Jika korban mengalami luka, rawatlah seperti pada korban pendarahan.
• Periksalah apakah korban masih bernafas/nadinya masih berdenyut. Jika perlu lakukan pernfasan buatan dari mulut ke mulut atau teknik CPR pada pertolongan pertama.


F. Pertolongan Pertama pada Penderita yang Pingsan menggunakan galah kering

Pingsan dapat disebabkan oleh kecapaian, lapar, ruang yang tak berventilasi baik, keseclihan yang sangat atau kaget. Biasanya nafas korban lemah, denyut jantung juga lemah, muka pucat dan wajah penuh dengan butir-butir keringat.
• Jika korban hanya merasakan akan pingsan suruh berbaring.
• Baringkan korban dengan posisi kepala rendah. Usahakan agar Jalan
• pernafasannya lancar dan dapat bernafas dengan lega. Kalau. perlu baringkan di tempat yang beruclara segar.
• Kenclorkan pakaian yang sempit, letakkan kain dingin/kompres di wajahnya.
• Usahakan ningisap amonia. Jika korban telah sadar berilah minum the manis hangat. Jika pingsannya lebih dari a atau 2 menit, selimutilah agar tetap hangat dan bawahlah ke dokter atau rumah sakit.


BAB 3
PENANGGULANGAN BAHAYA KEBAKARAN


Di Laboratorium selalu ada kemungkinan bahaya kebakaran. Alat-alat.dari kaca, porselen dapat merengat sehingga isinya tumpah. Alkohol, eter, benzen, karbon disulfida, aseton. petroleum eter dan pelarut organik lain yang mudah menguap adalah cairan yang sering dipergunakan yang mudah sekali terbakar. Maka dari itu alat pemadam api harus senantiasa disediakan.
Jika terjadi kebakaran jangan panik! Pakailah pemadam api yang biasanya terletak di dindiring, dan bacalah aturan penggunaannya. Sesudah memakai alat pemadam api, ruangan harus diperanginkan karena Tetra yang keluar itu dapat membentuk fosgen suatu gas yang amat beracun, kemudian ruangan harus dibersihkan.
Dalam keadaan darurat kain yang tebal (karung, kain pel) yang dibasahi dengan air dapat digunakan secepatnya untuk menyelubungi api. Api yang disebabkan oleh cairan yang mudah terbakar seperti eter dan alkohol. Air tidak dapat dipergunakan untuk cairan yang tidak bercampur dengan air, seperti: benzen, bensin , minyak tanah dan bahan lain. Dalam hal ini pasir kering adalah alat pemadam yang terbaik, makanya suatu peti berisi pasir kering harus selalu disediakan.
Kebakaran adalah api yang tak terkendali. Kebakaran tanpa terduga dapat terjadi kapan saja dan dimana saja, dan sangat sering terjadi. Kebakaran adalah suatu bencana yang yang sering tcdadi karena kecerobohan manusia dan meremehkan penyebabnya. Kebanyakan kebakaran terjadi karena masyarakat yang kurang disiplin. Kebakaran dapat menimbulkan malapetaka. Malapetaka yang ditimbulkan dapat berupa:
1. Korban manusia: meninggal, cacat tubuh, dsb.
2. Korban materil : rumah, harta benda, kehilangan usaha, d1l.
3. Kerusakan lingkungan dan gangguan ketenangan masyarakat
Oleh karena itu kebakaran perlu dihindari/dicegah (usaha preventif), dan bila terjadi kebakaran dapat dilakukan upaya untuk mengehentikannya dan melakukan evakuas, agar sedipat mungkin terhindar kcrugian seperti apa yang telah discbutkan di atas. Untuk itu perlu diketahui usaha-usaha pencegahan kebakaran dan bagaimana usaha evakuasi bila terjadi kebakaran.

A. Proses Pembakaran
Pada umumnya kebakaran bukanlah suatu kejadian yang tiba-tiba terjadi, tetapi ada unsur-unsur yang harus dipenuhi. Secara umum kebakaran dapat terjadi jika ada tiga unsur terpenuhi, yakni :
1. bahan bakar +
2. udara (Oksigen) +
3 sumber penyalaan

1. Bahan bakar dapat berbentuk padat, cair dan gas. Bahan bakar tersebut memiliki (itik api (suhu pcnyalaan), yaitu suhu terendah dimana pada suhu tersebut pembakaran dapat berlangsung. Olch karena itu setiap bahan bakar mempunyai SUhu penyalaannya sendiri. Suhu penyalaan sangat tergantung kepada kadar oksigen, lamanya zat berada dalam suhu tersebut, tekanan udara, adanya katalisator, dsb. Contoh bebcra macam zat yang memiliki titik api rendah adalah
• Posfor putih, natrium, kalium, dan sebagainya. Bahan-bahan ini akan terbakar pada suhu ruang.
• Karbondisuffid (CS2) pada suhu kira-kira 100oC, dan ether pada kira-kira 1800C.
2. Oksigen memiliki peranan yang sangat penting dalam proses pembakaran. Apabila kadar oksigen semakin kecil dan pada suatu titik tertentu habis, maka api dapat padam.
3. Sumber penyalaan mempunyai kekuatan yang cukup hingga dapat memulai proses pcmbakaran. Karena bahan bakar memiliki suhu penyalaan, maka sumber penyalaan untuk memulai proscs pembakaran menjadi faktor penting. Sumber penyalaan dapat berupa:
a. Api terbuka, seperti : api pembakar, korek api, tungku-tungku, d1l.
b. Benda-benda panas, seperti alat pemanas, kookplat, lemari pengering, pipa uap air, dan lain-lain.
c. Bunga api yang terjadi pada benturan logam pada logam atau batu, gerinda, alat listrik, logam pada alat penggerus, pemutusan aliran listrik, dan listrik statis.
d. Gesekan.
e. Sinar matahari
4. Campuran-campuran zat dapat memperbesar kemungkinan terjadinya kebakaran, umpamanya:
a. Pengoksidasian yang kuat (misalnya oleum, H2S04 pekat, HN03, peroksida, klorat, klorit, kromat, nitrat, nitrit, dsb.) dengan zat organik seperti tekstil, majun kertas saring, karbon aktif, minyak, lemak, dan lain-lainnya.
b. Zat yang bila bercampur air akan mengadakan reaksi yang hebat, seperti senyawa alkil-logam, logam alkali (natrium, kalium), karbida beberapa hidrida.

B. SUMBER PANAS DAN KEBAKARAN
Sumber panas biasanya menggunakan alat pemanas yang memakai bahan bakar spiritus atau minyak tanah.
Alat pemanas macam apapun mengandung risiko kebakaran bila kita menggunakannya tidak dengan cara sempurna atau karena kelalaian kita sendiri sewaktu atau selesai memakainya. Umummya di sekolah, baik di SLTP maupun di SMA dan SMK, alat yang digunakan dewasa ini berupa pemanas spiritus (spirit burner) yang terbuat dari logam atau dari gelas.

1. Pemanas Bunsen
Sebaiknya pemanas Bunsen sebelum dinyalakan harus kita periksa dulu pipa karet yang menghubungkan burnernya ke mulut pipa tabung gas. Pipa karet ini harus ada dalam keadaan sempuma, jangan terdapat bagian yang melipat atau terputar. Jika hal ini terjadi mungkin pemanas bunsen yang, kita pakai akan mudah terguling karena gerak putar dari pipa karet. Setelah terpasang sempurna, mulailah kran gas dibuka dan pemanas Bunsen dinyalakan dengan cara semestinya.
Botol-botol berisi zat cair yang mudah terbakar (seperti benzen, spirirtus, alkohol jauhi dari sekitar alat pemanas. Jika kegiatan di laboratorium sudah usai, maka semua kran harus diperiksa sehingga kita yakin tidak ada satu kran pun yang terbuka. Pada laboratorium yang telah lengkap, biasanya di ruang persiapan terdapat stop kran untuk semua saluran dalam laboratoatorium.
Sebaiknya pemanas spiritus yang digunakan terbuat dari bahan logam. Pemanas spiritus dari gelas mudah pecah dan jika jatuh sewaklu sedang menyala mudah menimbulkan bahaya kebakaran. Untuk menghindari hal yang tak diinginkan, jangan mengisi atau menambah bahan bakar ke dalam alat pemanas yang sedang digunakan.

2. Zat padat yang mudah terbakar
a. Logam natrium dan kalium mudah sekali bereaksi dengan udara. Logam Na dan K dengan air bereaksi kuat yang menimbulkan percikan api. Zat seperti itu harus tersimpan di dalam minyak tanah di dalam botol tebal bermulut lebar.
b. Fosfor putih mudah sekali terbakar jika tersentuh udara. Karena itu fosfor putih harus disimpan di bawah air.Bila, kita ingin memotong fosfor putih harus kita lakukan di dalam air pada wadah yang dasarnya rata.
c. Fosfor pentoksida dan natrium peroksida harus selalu disimpan dalam wadah bertutup rapat. zat seperti diatas sebaiknya disediakan hanya di laboratorium atau gudang bahan tak terla!u banyak, cukup untuk melayani praktikum. Hal ini kita lakukan untuk menghindari terjadinya kebakaran. Kalu terjadi juga kebakaran kecil yang disebabkan zat itu, hendaklah dipadamkan dengan cara. Mengurangi bagian yang terbakar dengan menyiramkan pasir.
d. Zat oksidator kuat seperti klorat, perklorat, nitrit dan nitrat harus disimpan pada tempat yang jauh dari zat umdah dioksidasi seperti arang atau belerang. Ini akan menghindari tercampurnya zat oksidator dengan zat mudah dioksidasi yang disebabkan oleh tindakan tak sengaja. Selain itu jangan meletakkan zat oksidator kuat pada daun meja atau pada sehelai kertas.
e. Jika dari suatu percobaan ternyata menghasilkin sesuatu yang membara janganlah langsung mambuang sisanya ke tempat sampah, tetapi padamkanlah dulu. misalnya dengan menyirmkan air.

3. Percikan zat kimia
Banyak zat yang dicampurkan dengan zat lain menimbulkan percikan dan jika percikan itu menyentuh tubuh atau masuk ke mata dapat membakar kulit. misalnya bila, kita mencampurkan asam pekat ke air atau sebaliknya dengm serentak akan menimbulkah percikan yang panas. Cara yang benar membuat larutan asam ialah menuangkan asam pekat ke dalam air perlahan-lahan sedikit demi sediki sambil diaduk.
Ada zat yang menimbulkan letusan bila dicampurkan. Maka sebaiknya tidak dilakukan oleh siswa. Misalnya mencampurkan:
• Klorat dengan kelerang atau sulfida
• Klorat dengan garam ammonium
• Klorat dengan posfor
• Klorat dengan asam galat
• Klorat dengan serbuk logam yang halus.

4. Pencetus kebakaran yang lain
Selain oleh campuran zat kimia, kebakaran juga dapat disebabkan oleh:
a. puntung rokok yang masih menyala ketika dibuang. maka dari itu dilarang merokok di laboratorium.
b. Batang korek apal yang dibuang segera tanpa memadamkannya dulu juga berbahaya.
c. Sisa bahan kimia baik padat atau cair juga tak boleh dibuang ke tong sampah tetapi dibuang ke bak cuci stelah diencerkan terlebih dulu.
d. Korsleting juga akan menimbulkan kebakaran. Ini biasanya disebabkan karena voltase alat tidak sesuai dengan voltase listrik terpasang atau menyalakan alat terlalu lama.
e. Kabel gulung (cable round) yang dihubungkan ke listrik. harus direntartgkan dulu semuanya, sebab pada gulungan (kumparan) akan menimbulkan gaya elektromaget yang dapat melehkan plastik pembungkus kabel bila digunakan dalam waktu yang lama.
f. Kebakaran juga depat berasal dari tabung zas yang bocor, atau regulator gas yang kurang sempuma, atau karena mengunci gas yang tidak kauat selesai dipakai.

C. Penyebab Kebakaran

Penyebab kebakaran yang paling utama yang ada di dalam laboratofium/gedung/ ruangan adalah:
1. Pemanasan yang tidak tepat
o Pemanasan suatu zat yang mudah terbakar tidak dilakukan scbagaimana mestinya (alat listrik yang khusus dibuat untuk maksud itu).
o Tidak berhati-hati memakai penangas minyak, dan tidak menicriksa suhu minyak sccara berkala.
2. Penyebaran uap dan gas-gas yang mudah terbakar.
Untuk mencegah terjadinya bencana ini, perlu diperhatikan hal-hal berikut
Usahakanlah pendinginan yang baik sewaktu menyuling.
Hindarilah adanya kebocoran dalam wadah atau sistim saluran pengalir zat tersebut, Pakailah ruang asam atau ruang khusus.
Janganlah sekali-kali menuangkan dalam jumlah yang besar zat yang mudah terbakar. Apabila lial ini dilakukan maka uap dari zat itu dapat merambat ketempat dimana ada sumber penyalaan dan dapat berakibat fatal (kebakaran). perambatan ini dapat terJadi meskipun jarak antara tenipat menuangkan zat dan sumber penyalaan jauh. Besarnya rapat uap zat yang dituangkan itu memainkan peranan yang sangat penting dalam perambatan ini.
Singkirkanlah dengan segera cairan yang terceccr. Usahakaillah ventilasi yang baik.
3. Pecahnya botol atau alat yang berisi zat yang mudah terbakar yang.dipanaskan di ataspeiat logam. Untuk menghindarkannya perlu dibatasi banyaknya zat yang mudah terbakar didalam ruang kerja.
4. Gas dan Listrik.
Tidak dapat dipungkiri bahwa gas dan listrik merupakan sarana pcnting di dalam ruangan/gedung/laboratorium. Dalam banyak kejadian kebakaran, faktor ini merupakan penyebab yang paling sering terjadi. Manusia sering sekali ceroboh dalam masalah ini. Pipa gas yang bocor atau kedudukan tungku gas yang tidak stabil dapat menimbulkan kebakaran. Loncatan api listrik dari hubungan singkat dari kabel-kabel maupun peralatan sangat mungkin menjadi sumber bencana. Oleh karena itu perlu dilakukan pencegahan, antara lain :
a. Pakailah selalu peralatan, kabel-kabel, dan sambungan-sambungan listrik yang baik dan terandalkan. Secara berkala, pefiksalah apakah ada kabel-kabel yang perlu diganti, terutama bila kabel-kabel terkena gesekan. Juga selang gas yang sudah terlalu lama dan dicurigai bocor, periksalah dan diganti.
b. Setelah selesai bekerja dan sebelum meninggalkan ruangan (tempat kerja). periksalah:
o apakah semua keran gas telah ditutup, apalagi bila ada tungku gas yang sedang menyala (lupa mematikannya),
o apakah semua alat dan megin listrik sudah dipadamkan,
o apakah semua stekker dari alat yang tak mempunyai sakelar pemadam telah dicabut dari stopkontaknya.
c. Janganlah sekali-kali "memperbaiki" pembatas arus (sekering) yang rusak dengan kawat,
d. Jangan menyambungkan sekering yang telah putus dengan kabel biasa, jika sudah putus, gantilah dengan yang baru.
5. Bunga Api; Selain listrik, benda-benda yang dapat menimbulkan bunga api sebagai Sumber penyalaan dan menyebabkan terjadinya kebakaran. Cara pcncegahannya adalah
a. Cegahlah terjadinya bunga api sewaktu bekeria dcrigan zat yang niudah terbakar dan mudah menguap; atau serbuk yang dapat mengandung listrik statis, yaitu sewaktu memompanya, memindahkannya, menuang-kannya, dan sebagainya.
b. Pakaian dari bahan sintetik dapat juga mengandung listrik statik.
6. Personil yang kurang sadar dan kurang hati-hati. Dalam hal ini misalnya merokok, membuang korck api, mcmasang. korek api, dan lain-lain. Disamping itu, sering sekali bencana ditimbulkan oleh kurang sadarnya personil terhadap bahaya kebakaran dan keseamatan, antara lain
a. Tidak mematuhi atau mcngabaikan ketentuan-kctentuan pcncegahan yang ada.
b. Kccerobohan dalam meaksanakan pckerjaan yang potensial membahayakan.
c. Mencoba-coba berinovasi. (bereksperimen) tanpa ada evaluasi keamanannya (tanpa bekal pengetahuan yang cukup), ataupun tanpa sepengetahuan pengawas laboratorium.
Faktor non-teknis ini perlu sekali diperhatikan oleh pengelola, mengingat bahwa terutama untuk pegawai teknis, metode-metode dan prosedur-prosedur yang ada di laboratorium beum menyatu dengan tata niW kehidupannya..


Klasifikasikan gedung/bangunan
a. Kelas A: bangunan yang komponen struktur utamanya harus tahan terhadap api
b. Sekurang-kurangnya 3 jam, contohnya: pergudangan, pabrik/industri, rumah sakit, ruang mesin, d1l.
c. Kelas B: bangunan yang komponen struktur utamanya harus tahan terhadap api sekurang-kurangnya 2 jam, contohnya: gedung pertokoan, pe rkantoran, hotel, d1l.
d. Kelas C: bangunan yang komponen struktur utamanya harus tahan terhadap api Sekurang-kurangnya 1 jam, contohnya: restoran, museum, sekolah, pcrkantoran tidak bertingkat, dan lain-lain.
e. Kelas D: bangunan yang komponen struktur utamanya harus tahan terhadap api sckurang-kurangnya ½ jam, contohnya: bangunan konstruksi kayu, pasar, bangunan sedcrhana tidak bertingkat, dan lain-lain.
f. Kelas E: bangunan yang komponen struktur utamanya tidak tercakup dalam kelas A, B, C, D. Bangunan: ini diatur secara khusus, contohnya: instalasi nuklir, bangunan tempat mcnyimpan bahan yang mudah meledak, kilang minyak, d1l.
1) Musibah api dapat digolongk an atas
a) Golongan A: berasal dari bahan padat, misainya: batu bara, kayu, kertas dan limbah padat. Dalam hal ini, peristiwa kebakaran yang cepat disebabkan pemanasan senyawa yang mudah menguap akibat panas.
b) Golongan B: berasal dari gas dan cairan yang dapat menghasilkan uap.
c) Golongan C: berasal dari peralatan piranti listrik atau bahan yang berdekatan dengan sumber atau sarana yang bermua tan atau berdaya listrik.
d) Golongan D: berasal dari logam, misalnya magnesium, aluminium, titanium, natrium dan logam yang mudah teroksidasi. Temperatur pemba'karan dan energi yang dihasilkan sangat tinggi dibandingkan dengan golongan yang lain.
e) Golongan khusus: api yang timbul akibat senyawa oksidator atau campuran bahan bakar, misainya senyawa atau bahan yang mudah terbakar akibat berhubungan dengan oksigen, asan nitrat yang berasap, hidrogen pcroksida, d1l.

D. Secara umum pencegahan kebakaran dapat dilakukan sebagai berikut:
1) Menyimpan bahan-bahan yang mudah terbakar di tempat yang aman dari sumber nyala api.
2) Gunakanlah wadah yang tepat untuk menyimpan atau menuangkan bahan cair yang mudah terbakar.
3) jangan biarkan sampah menumpuk dan membakamya di tcmpat scmbarangan, misalnya kertas yang tidak terpakai lagi.
4) Semua pintu keluar bebas dari bahan-bahari yang mudah tcrbakar.
5) Pastikan bahwa kabel dan peralatan listrik tidak rusak.
6) Jangan memberi beban lebih pada sirkuit listrik.
7) Buatkan peraturan dan tata tertib peringatan bahaya kebakaran dan patuhilah !
8) Usahakanlah ada alat pcmadam kebakaran yang paling sesuai. Pastikan pcilcmpatannya dengan baik dan tepat, yakni :
• gampang terjangkau,
• mudah terihat, jarak yang tepat,
• tidak terkunci,
• jangan menempatkan alat pemadam kebakaran yang kosong, kalau sudah kosong agar diisi kembali.
9) Hindari kebiasaan buruk dan tidak pada tempatnya, khususnya di laboratorium ;jangan merokok dan memasang alat pemanas di skitar bahan-bahan yang mudah terbakar.

E. Evakuasi
Evakuasi adalah langkah penyelamatan yang dilakukan dalam suatu keadaan darurat, dalam hal ini khususnya adalah dalam kebakaran. Untuk itu perlu diadakan suatu team yang bertujuan untuk mengawasi para penghuni dalam gedung dalam keadaan darurat. Team ini perlu mengadakan pertemuan secara reguler untuk memonitor kesiapsiagaan bila terjadi kebakaran. Perlu diadakan pelatihan-pelatihan khusus secara berkala. Latiham penanggulangan pemadaman kebakaran disesuaikan dengan keadaan dan kemampuan setempat. Latihan mencakup penggunaan semua. alat pemadam kebakaran dan alat penyelamatan yang ada. Untuk team ini dapat dibentuk susunan personilnya sesuai kebutuhan berdasarkan kondisi instalasi/bangunan/gedung. Team ini perlu mengetahui pihak luar dan dapat kontak bila terjadi keadaan darurat kebakaran. Pihak luar yang perlu dihubungi:
• Dinas kebakaran,
• Kepolisian,
• Rumah sakit,
• PLN,
Bila diperlukan, team yang terbentuk dapat menggunakan pengenal khusus. Anggota team perlu mengetahui dan mengenal lebih detail seluk-beluk daerah kerjanya. Mekanisme kerja jika terjadi kebakaran perlu ditata dengan baik, misalnya:
1) Pemimpin team bertindak untuk memimpin operasi pemadaman kebakaran.
2) Perintah komando operasi pemadaman kebakaran harus dipatuhi oleh semua anggota/orang di lokasi kebakaran.
3) Merighubtingi pihak-pihak yang perlu scgera mengetahui kejadian, misalnya plinpinan, dinas kebakaran, kepolisian, rumah sakit, PLN, PDAM, dll.
4) Mengevakuasi manusia dan barang-barang dari lokasi kebakaran ke tempat yang aman.

F. Langkah-langkah yang diambil ketika kebakaran
1) Jangan panik dan berusahalah tenang. Ketahui dan ingatlah bahwa kepanikan akan mengurangi daya pikir dan gerak.
2) Lakukaihangkah-langkahpengamanan. Penyelamatan jiwa manusia harus lebih diutamakan daripada harta benda.
3) Bunylkan alarm untuk memberitahukan adanya kebakaran.
4) Memberitahukan pihak yang berwenang, misalnya pimpinan.
5) Pergunakan alat pemadam kebakaran yang ada secara cepat dan waspada karena ketepatan pemakaiannya dapat segera memadamkan kebakaran. Jangan pertanilikan nyawa yang sia-sia karena kecerobohan diri sendiri schingga terjebak dalam kobaran api.
6) 6. Mematikan aliran Listrik, gas dan aliran bahan bakar ; untuk mcngurangi segala kemungkinan yang dapat menambah intcnsitas kebakaran.
7) Beritahukan Dinas Kebakaraan untuk menanggulangi bahaya kebakaran yang besar.

G. Bahan-bahan pemadam api
1) Alat Pemadam Api Ringan (APAR), alat pemadam api berbentuk tabung yang mudah dioperasikan
2) Air bersifat pendingin. Untuk hal ini dapat digunakan sprinkler dan hidran bangunan. Setiap bangunan, terutama yang vital sifatnya, hendaknya dilengkapi dengan APAR. Sistem ini haruslah:
o dirawat dengan baik
o memiliki kapasitas dan debit yang cukup (minimal dapat digukanakan sekurang-kurangnya 30 menit) scbagai sarana pemadaman kebakaran.
o Penempatan harus sedemikian rupa sehingga mudah dicapai oleh mobil unit kebakaran.
o Mudah dibuka, mudah dilihat/dikenali dan tidak terhalang o1eh benda lain.
o Pipa-pipa harus bersih dan tidak tertutup/tersumbat oleh lumpur dan kotoran lain.
3) Karbon dioksida (C02): berfungsi terutama untuk pcnurunan konsentrasi oksigen dan berdaya guna untuk menghambat reaksi berantai akibat kebakaran.
4) Gas Nitrogen bersifat tidak mudah bereaksi dengan unsur lain, dapat berfungsi sebagai gas pengencer dan untuk penurunan konsentrasi oksigen. Akan tetapi penggunaan Nitrogen dapat berbahaya karena dapat menghasilkan cyanogen dan (CN)2 atau peroksida nitrogen yang bersifat racun.
5) Busa (foam) berdaya guna tinggi, menekan api karena kemampuannya sebagai pendingin dan penyeubung api yang mencegah bahan berhubungan dengan atmosfir sekefiling api. Busa tidak sesuai untuk memadamkan api yang berasal dari bahan bakar gas dan bahan yang mudah bereaksi dengan air seperti logam natrium. Busa ini terdiri dari dua macam:
o Busa mekanis; dihasilkan dari pencampuran air dan senyawa pembentuk busa dengan udara
o Busa kimiawi ; campuran larutan natrium bikarbonat dan aluminium sulfat.

H. Jenis-jenis alat pemadam api ( Fire Extinguisher)
Berdasarkan bahan kimia yang digunakan maka alat pemadam api dapat dibedakan atas beberapa jenis diantaranya:

1. Alat Pemadam Api Basah ( Wet Extinguisher)
Alat penladam api ini terdiri dari tabung A yang berisi larutan soda kue (NaHCO3) dan tabung B yang berisi asam belerang (H2S04).
Cara kerja
a. Mula-mula tabung A diisi dengan air yang jumiahnya kira-kira tiga perempat bahagian dan kemudian dilarutkan bubuk soda kue kedalamnya, sambil digoyang-goyang agar soda kuenya larut lebih sempuma.
b. Tabung B diisi dengan asam sulfat (biasanya langsung diisi oleh pabrik atau toko tertentu yang ditunjuk untuk itu) dan. pasangkan tabung D ini kedalam tabung A (perhatikan gambar).
c. Dengan menekan pengisap C, maka asam belerang akan keluar dari tabung (kantong B) dan langsung bereaksi dengan larutan soda kue yang ada pada tabung A membentuk gas asam arang (C02) yang bersifat anti pembakaran (racun api).
d. Balikkan alat ini sambil digoncang-goncang, supaya reaksinya lebih sempurna. Kemudian bukalah sumbat E, supaya gas CO2 dcngan tekanan yang tertentu besrta cairan hasil reaksinya (sebagai buih) akan dipancarkan pada mulut E ini. Alat Pemadam Api ini digunakan untuk jarak api 5 sampai 8 meter.
e. 5.Reaksinya: 2 NaHCO3 + H2SO4,  Na2SO4 + H20 + C02
Pengunaan alat pemadam api ini hanya lebih efektif pada jenis api kayu, kain dan kertas.

2. Alat Pemadam Api Berbuih (Foam Extinguisher)
Konstruksi alat penladam api berbuih ini 'sama dengan alat pemadam api basah (seperti ambar I). Tabung A berisi larutan soda kue, tetapi tabung B berisi larutan Alumimum sulfat Al2( SO4)3. Kalau pengisap C ditekan, maka terjadilah reaksi antara. alunlinium sulfat dengan soda he membentulc gas asam arang dan cairan buih (terdiri dari aluminium hidroksida Al(OH)3 dan Natrium sulfat { Na2SO4
Lapisan buih ini akan meyelimuti api, dimana aluminium hidroksida yang berupa jel akan mencegah masuknya udara. kedalam kearah api tersebut.
Reaksi : Al2(SO4l + 6 NaHCO3  2 AI(OH)3 + 3 Na2SO4 + 6 CO2
Keistimewaan alat penladam api berbuih ialah dapat memadamkan segala jenis api, kecuali api listrik dan gas.

3. Alat Pemadam Api Yamato
Zat kimia yang digunakan pada alat pemadam api ini adalah Amonium dihidrogen fosfat NH4H2PO4. Perhatikan gambar.
Cara kerjanya
• Bukalah kunci pengaman A, kemudian tekanlah pengatup B, schingga gas (udara yang dimanpatkan dengan tekanan tertentu) yang ada pada tabung C akan mengalir masuk ke dalam tabung D yang berisi serbuk Ainonium dihidrogen fosfat. Gas ini akan menyemprotkan amonium dihidrogen fosfat tadi keluar melalui pipa E.
• Kalau disemprotkan ke api, maka terjadilah reaksi sebagai berikut:
o Mula-mula amonium dihidrogen fosfat oleh panas akan dirubah menjadi asam fosfat dan amoniak atau NH4H2PO4.panas H3PO4 + NH3
o Kemudian asam fosfat akan dirubah menjadi asam piropospat dan air atau H3PO4 panas H4P2 O7 + H2O
o Seterusnya asam piroposj~at oleh panas akan dirubah menjadi asam meta pospat dan air atau H2P2O7 panas 2 HPO3 + H2O
o Akhirnya asam metapospat olch panas akan dirubah menjadi diposporpentoksida dan air atau 2 HPO3 panas P2O5 + H2O
Keistimewan Alat Pemadam Api Yamato
• Dapat menyerap panas dan sekaligus bersifat pendingin.
• Dapat memadamkan api yang disebut api A ( kayu, kertas, kain. Sedangkan api B minyak, gas dan api C ( listrik
• Senyawa kimianya tidak berbahaya bagi manusia maupun binatang dan,kotoran kotorannya dengan mudah dapat dibersihkan.
• Anti udara lembab, sehingga dapat disimpan lebih lama.
• Daya semprotnya 4 sampai 12 meter , sehingga sewaktu digunakan tidak perlu mendekati api.

Seperti telah disampaikan bahwa bencana kebakaran dapat terjadi kapan saja.dan dimana saja. Uraian di atas mengingatkan kita agar dapat lebih waspada dan bila terjadi bencana tersebut kita dapat bertindak sebaik-baiknya untuk menghindari kerugian yang lebih besar.
1. Alat pemadam api (racun api) merupakan salah satu peralatan yang sangat perlu dimiliki
2. oleh rumah tangga, kantor, toko, laboratorium atau tempat umum lainya.
3. Jangan panik sewaktu teriadi kebakaran (misalnya kompor mengamuk), bertindaklah cepat
4. dan pergunakan racun api yang sesuai dengan petunjuk atau kalau alat ini tak ada maka pergunakanlah goni basah atau pasir/tanah untuk memadamkannya.
5. Bila alat ini sudah dipakai atau telah habis masa pakainya, maka isilah kembali. Pengisian
6. dapat dilakukan sendiri atau dengan perantarami salah satu toko/agen yang telah ditunjuk untuk itu tergantung dari inerek alat tersebut alatt melalui badan pemadam kebakaran.
7. Sebelum berpcrgian atau sebelum fidUr periksalah dahulu kompor atau dapur tempat
8. memasak kalau-kalau api masih hidup. Jangan pula memasang sambungan arus listrik terlalu berlebihan.
9. Sekali-kali jangan dibiarkan anak-anak bermain api atau mercun (di dalam rumah, terutama
10. rumah kayu).

Daftar Pustaka
1. Drijanto, T., dkk., 1988, "Pedoman Penanggulangan Bahaya Kebakaran" ITB.
2. Soepangkat, H.P., 1976, Pedoman Mengcnai Kcamana dan Keselamatan Kerja di llngkugan Satuan-satuan Organisasi Institut Teknologi Bandung (suatu usulan), ITB.
3. Penanggulangan Bahaya Kebakaran & Evakuasi, PT Gapura Raya, 1999.
4. Tarmizi “Racun Api“, Harian Singgalang, 30 Maret 2003) Padang, Singgalang Press

No comments:

Post a Comment

Tumbuhan Obat

Followers