Ansyari Ferdian Kimia UNP 48453
Latar BelakangSeirama dengan pesatnya kemajuan Ilmu Pengetahuan, para ahli obat obatan telah mengangkat pengobatan tradisional ke fonem ilmiah, sehingga cukup banyak tumbuhan berkhasiat obat dari lingkungan kita yang dapat diolah menjadi obat mujarab, contohnya daun pegagan atau tapak kuda, setelah diolah oleh ahli farmasi dengan nama garukda.Tumbuhan ini dikenal luas dalam dunia kedokteran sebagai obat efektif untuk mencegah kepikunan. Selain tumbuhan tersebut, masih banyak tumbuhan lain yang dapat dimanfaatkan bagi kesehatan.
Penggunaan
tanaman sebagai obat, sangat terkait dengan konten Kimia yang ada dalam tumbuh
tanaman tersebut terutama zat bioaktif. Tanpa
adanya senyawa bioaktif dalam tumbuhan, secara umum tumbuhan itu tidak dapat
digunakan sebagai obat. Senyawa
bioaktif yang terdapat dalam tumbuhan biasanya merupakan senyawa metabolit
sekunder seperti alkaloid, flavonoid, steroid, terpenoid, saponin dll.
Diketahui
beberapa literatur bahwa daun beluntas dapat digunakan sebagai obat, salah
satunya dapat menghilangkan bau badan, menurunkan panas, dll.Apakah daun
beluntas ini dapat digunakan sebagai obat, maka perlu diidentifikasi kandungan
metabolidnya
Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka perumusan masalah percobaan ini adalah 'Bagaimanakah cara mengekstraksi suatu senyawa bahan alam dari tanaman beluntas?'
Batasan
Masalah
Pada makalah ini hal yang akan dibahas: pengertian dan tes uji alkaloid, flavonoid, steroid, terpenoid, saponin yang terdapat pada daun beluntas.
Tujuan
Percobaan
Praktikum
ini dilakukan untuk menguji dan menentukan konten metabolid sekunder dari daun
beluntas.
Manfaat
Penulisan
Setelah
dapat melakukan uji kandungan metabolit sekunder dari daun beluntas, diharapkan
dapat dilakukan ekstraksi serta isolasi kandungan tersebut agar dapat
dipergunakan untuk analisis selanjutnya serta dapat dijadikan bahan kajian bagi
penelitian selanjutnya, sehingga dapat dikembangkan untuk dapat dipergunakan
untuk tujuan farmakologis dan industri.
TINJAUAN
PUSTAKA
A. Alkaloid
Merupakan
senyawa organik bahan alam yang terbesar jumlahnya, baik dari segi jumlahnya
maupun sebarannya. Alkaloid
menurut Winterstein dan Trier didefinisikan sebagai senyawa senyawa yang
bersifat basa, mengandung atom nitrogen berasal dari tumbuan dan hewan. Harborne dan Turner (1984)
mengungkapkan bahwa tidak satupun definisi alkaloid yang memuaskan, tetapi
umumnya alkaloid adalah senyawa metabolid sekunder yang bersifat basa, yan
mengandung satu atau lebih atom nitrogen, biasanya dalam cincin heterosiklik,
dan bersifat aktif biologis menonjol.
Struktur
alkaloid beraneka ragam, dari yang sederhana sampai rumit, dari efek
biologisnya yang menyegarkan tubuh sampai toksik.Satu contoh yang sederhana
adalah nikotina. Nikotin dapat menyebabkan penyakit jantung, kanker paru-paru,
kanker mulut, tekanan darah tinggi, dan gangguan terhadap kehamilan dan janin.
B.Flavonoid
Adalah
suatu kelompok senyawa fenol yang terbanyak ada di alam. Senyawa-senyawa ini bertanggung jawab
terhadap zat warna merah, ungu, biru, dan sebagian zat warna kuning dalam
tumbuhan. Semua flavonoid menurut
strukturnya merupakan turunan senyawa induk "flavon" yakni nama
sejenis flavonoid yang terbesr jumlahnya dan juga lazim ditemukan, yang
terdapat berupa tepung putih pada tumbuhan Primula.
Sebagian besar flavonoid yang terdapat pada tumbuhan terikat pada molekul gula sebagai glikosida, dan dalam bentuk campuran, jarang sekali ditemukan berupa senyawa tunggal. Disamping itu sering ditemukan campuran yang terdiri dari flavonoid yang berbeda kelas. Misalnya antosianin dalam mahkota bunga yang berwarna merah, hampir selalu disertai oleh flavon atau flavonol yan tak berwarna. Dewasa ini diperkirakan telah berhasil diisolasi sekitar 3.000 senyawa flavonoid.
Flavonoid
dalam tumbuhan memiliki empat fungsi: 1) Sebagai pigmen warna, 2) Fungsi
fisiologi dan patologi, 3) Aktivitas Farmakologi, dan 4) Flavonoid dalam
makanan. Aktifitas Farmakologi
dianggap berasal dari rutin (glikosida flavonol) yang digunakan untuk
menguatkan susunan kapiler, menurunkan permeabilitas dan fragilitas pembuluh
darah, dll.Gabor menyatakan bahwa flavonoid dapat digunakan sebagai obat karena
memiliki bermacam macam bioakitfitas seperti antiinflamasi, anti kanker,
antifertilitas, antiviral, antidiabetes , antidepresant, diuretic, dll.
C.Senyawa Terpen
Pada awalnya merupakan suatu golongan senyawa yang hanya terdiri dari atom C dan H, dengan perbandingan 5:8 dengan rumus empiris C5 H8 (unit isoprene), yang bergabung secara head to tail (kepala-ekor). Oleh sebab itu senyawa terpen lazim disebut isoprenoid . terpenoid sama halnya dengan senyawa terpen tetapi mengandung gugus fungsi lainnya seperti gugus hidroksil, aldehida dan keton. Dewasa ini baik terpen maupun terponoid dikelompokkan sebagai senyawa terpenoid (isoprenoid). Contoh: Limoena dalam buah jeruk, geraniol dalam mawar
Berdasarkan
jumlah unit isoprene yang dikandungnya, senyawa terpenoid dibagi atas:
1)monoterpen (dua unit isoprene), 2)seskiterpen (tiga unit isoprene),
3)diterpena (empat unit isoprene), 4 Triterpena (enam unit isoprene), 5
Tetraterpena (delapan unit isoprene), dan 6) politerpena (banyak unit
isoprene).Monoterpen dan seskiterpen adalah komponen utama minyak esensial
(minyak atsiri) yang dapat diperoleh dengan penyulingan. Vitamin A adalah suatu
diterpenopoid, skualen tergolong triterpenoid yang dijumpai dalam minyak hati
ikan, karoten karoten pigmen merah dan kuning tergolong tetraterpen, lateks
(karet alam) adalah politerpen.
D.Steroid
Adalah
suatu kelompok senyawa yang memiliki kerangka dasar
siklopentanaperhidrofenantrena, memiliki empat cincin terpadu.Senyawa senyawa
ini memiliki efek fisiologis tertentu.
Beberapa
steroid penting adalah kolesterol, yaitu steroid hewani yang ada paling luas
dan ditemukan pada hampir semua jaringan hewan. Batu kandung kemih dan kuning telur
merupakan sumber yang kaya akan senyawa ini. Hormon
hormon seks yang dihasilkan terutama dalam testes dan indung telur adalah suatu
steroid. Hormon jantan disebut
androgen dan hormon betina estrogen, dan hormon kehamilan progestin.
E.Saponin
Merupakan
senyawa glikosida kompleks yaitu senyawa hasil kondensasi suatu gula dengan
suatu senyawa hidroksil organik yang apabila dihidrolisis akan menghasilkan
gula (glikon) dan non-gula (aglikon). Saponin ini terdirin dari dua kelompok :
Saponintriterpenoid dan saponin steroid. Saponin banyak digunakan dalam
kehidupan manusia, salah satunya terdapat dalam perak yang dapat digunakan
untuk bahan pencuci kain (batik) dan sebagai shampoo.Saponin dapat diperoleh
dari tumbuhan melalui metoda ekstraksi.
F. Beluntas ( Puchea Indica [L] Less)
Nama:
1) Nama Daerah Sumatra:
beluntas (Melayu). Jawa: baluntas, baruntas (Sunda), luntas (Jawa),baluntas
(Madura). Sulawesi: lamutasa (Makasar). Nusa Tenggara: lenabou (Timor).
2) Nama simplisia: Lucheae
Folium (daun beluntas), Plucheae Radix (akar beluntas).
Suku:
|
Asteraceae (Compositae)
|
Sinonim:
|
Baccharis indica L
|
Kebiasaan:
|
perdu kecil,
tumbuh tegak, tinggi bisa mencapai 2 m.
|
Batang :
|
berambut
halus.
|
Daun:
|
bulat telur, hijau muda, panjang 2 - 9 cm, ujung lancip, Bunga: majemuk, bentuk malai, keluar dari ketiak daun.
|
Buah:
|
kecil,
keras, warna coklat, biji coklat keputihan.
|
|
Klasifikasi
Biologi Tumbuhan
|
Raya:
|
Plantae
(tumbuhan)
|
Superdivisio:
|
Spermatophyta
(menghasilkan biji)
|
Divisi:
|
Magnoliophyta
(berbunga)
|
Kelas :
|
Magnoliopsida
(berkeping dua / dikotil)
|
Sub-kelas:
|
Asteridae
|
Order:
|
Asterales
|
Keluarga:
|
Asteraceae
|
Genus:
|
Pluchea
|
Spesies:
|
Pluchea indica (L.) Less.
|
G.Uraian Tumbuhan Beluntas
Beluntas umumnya tumbuh liar di daerah kering pada tanah yang keras dan berbatu, atau ditanam sebagai tanaman pagar. Tanaman ini membutuhkan cukup cahaya matahari atau sedikit naungan, banyak ditemukan di daerah pantai dekat laut sampai ketinggian 1.000 m dpl.
Perdu kecil, tumbuh tegak, tinggi mencapai 2 m, kadang kadang lebih. Percabangan banyak, berusuk halus, berambut lembut.Daun bertangkai pendek, letak berseling, helaian daun bulat telur sungsang, ujung bulat melancip, tepi bergerigi, berkelenjar, panjang 2,5 -9 cm, lebar 1-5,5 cm, warnanya hijau terang, bila diremas harum. Bunga majemuk bentuk malai rata, keluar dari ketiak daun dan ujung tangkai, cabang cabang perbungaan banyak sekali, bunga bentuk bonggol bergagang atau duduk, warnanya putih kekuningan sampai ungu. Buah longkah agak berbentuk gasing, kecil, keras, coklat dengan sudut sudut putih, lokos. Biji kecil, cokelat keputih putihan. Perbanyakan dengan stek batang yang cukup tua.
1.Sifat dan Khasiat
Daun
beluntas berbau khas aromatis dan rasanya etir. Berkhasiat untuk menigkatkan
nafsu makan (stomakik), membantu pencernaan, peluruh keringat (diaforetik),
pereda demam (antipiretik), dan penyegar.
Akar beluntas berkhasiat sebagai peluruh keringat dan penyejuk (demulcent)
2. Kandungan Kimia
Daun beluntas mengandung alkaloid, flavonoida, tanin, minyak atsiri, asam chlorogenik, natrium, kalium, aluminium, kalsium, magnesiaum, dan fosfor. Sedangkan akarnya mengandung flavonoid dan tanin.
3. Bagian Yang Digunakan
Daun dan akar. Penggunaan segar atau yang telah dikeringkan.
4. Indikasi
Beluntas ini dapat digunakan untuk; Menghilangkan bau badan, bau mulut, Kurang nafsu makan, Gangguan pencernaan pada anak, TBC kelenjar (skrofuloderma), Nyeri pada rematik, nyeri tulang (osteodinia), sakit pinggang (lumbago), Demam, Datang haid tidak teratur , keputihan.
5. Cara Pemakaian
Daun
atau akar sebanyak 10-15 gr direbus, lalu diminum. Untuk pemakaian luar, daun
dilumatkan lalu dibalutkan untuk pegal linu, luka, scabies, kudis, dan borok.
6. Efek Farmakologis dan
Hasil Penelitian
o
1.Uji fertilitas daun beluntas baik berupa perasan, infuse,
maserat, dan ekstrak dengan alat soxhlet pda mencit betina yang diberikan
secara oral, mempunyai pengaruh antifertilitas pada mencit betina
(Willys,Jurusan Farmasi FMIPA, UNHAS, 1990)
o
2.Kadar minyak atsiri daun beluntas 5% v / v dapat menghambat
pertumbuhan Eschericia coli (Atik Herawati, Fak Farmasi, UGM, 1992).
BAB III METODOLOGI
PENELITIAN
A. Waktu pelaksanaan
Percobaan
ini dilaksanakan tanggal 20 November 2007 s/d 25 November 2007.
B.Sampel
Penelitian
Sampel
yang digunakan adalah daun tumbuhan beluntas (Puchea Indica [L] Less).
C. Alat dan Bahan Alat
• mortar
• Pisau / gunting
• piring reaksi drop tube
• poros penurunan jerami
•pemanas
•pasir halus bersih
•kapas Bahan
•Contoh ( simplisia
tumbuhan : daun, akar, batang, kulit batang, bunga, buah, biji)
• Alkalinitas-kloroform 0,05 N (1 mL Alkalinitas Dalam, 250 ml kloroform)
• H 2 SO 4 2 N
•Pereaksi Mayer, Pereaksi
Wagner, Pereaksi Dragendorf.
• Metanol
•Asam sulfat pekat
•Serbuk magnesium
D.Prosedur Kerja
a.Identifikasi Alkaloid: metodis Culvenor-Fiztgerald
Kira-kira 4 gram sampel
segar dirajang halus dan digerus dalam lumpang dengan bantuan pasir, lalu
ditambahkan kloroform sedikit sampai membentuk pasta.
Tambahkan 10 ml larutan
amoniak-kloroform 0.05 N dan digerus lagi, saring campuran kedalam sebuah
tabung reaksi kering.
Tmbahkan 10 ml H2SO4 2 N
dan kocok kuat. Diamkan larutan sampai terbentuk dua lapisan.
Dengan menggunakan pipet yang telah diberi kapas pada ujungnya untuk menyaring, ambil lapisan asam sulfat dan masukan kedalam tabung reaksi kecil (Lapisan kloroform disimpan untuk pengujian terpenoid).
Filtrat diuji dengan
pereaksi Mayer, Wagner dan Dragendorf. Terbentuknya endapan putih atau keruh
dengan pereaksi Mayer. Endapan coklat dengan pereaksi Wagner dan endapan orange
dengan pereaksi Dragendorf menunjukan sampel mengandung alkaloid.
b.Identifikasi Flavonoid:
Shinoda Test / sianidin Uji
Kira-kira 0.5 mg sampel
yang telah dirajang halus, diekstrak dengan 5 ml metanol dan dipanaskan selama
5 menit dalam tabung reaksi. Ekstraknya ditambahkan beberapa tetes HCl pekat
dan sedikit serbuk magnesium. Bila terjadi perubahan warna merah/pink atau
kuning menunjukan sampel mengandung flavonoid.Ø
c.Identifikasi Steroid /
terpenoid : Metode Lieberman-Burchard
Beberapa tetes kloroform
pada uji alkaloid, ditempatkan pada plat tetes. Tambahkan anhidrida asetat 5 tets
dan biarkan mengering. Kemudian ditambahkan 3 tetes H2SO4 pekat. Timbulnya
warna merah jingga atau ungu menandakan uji positif terhadap triterpenoid,
sedangkan warna biru menunjukan uji positif untuk steroid.
d.Identifikasi Saponin :
Uji Busa
Uji saponin ini sebaiknya
digunakan sampel yang telah dikeringkan, karena test yang digunakan adalah test
pembentukan busa. Bila sampel yang basah dididihkan dengan air suling,
kemungkinan cairan sel akan membentuk busa bila dikocok.
Caranya:
sampel kering dirajang halus, dimasukan kedalam tabung reaksi dan ditambahkan
air suling, didihkan selama 2-3 menit. Dinginkan, setelah dingin dikocok dengan
kuat. Adanya busa yang stabil selama 5 menit berarti sampel mengandung saponin.
HASIL
DAN PEMBAHASAN
a.Alkaloid
Uji alkaloid pada daun
beluntas tidak dapat dilakukan karena keterbatasan reagen, namun hasil yang
harus didapat adalah positif, sesuai dengan literatur daun beluntas mengandung
alkaloid (Atlas Tumbuhan Obat Indonesia, jilid I :19)
b.Uji Flavonoid
Uji Flavoid pada daun Beluntas dengan menggunakan HCl pa dan sedikit serbuk magnesium menimbulkan perubahan warna pink, ini berarti bahwa daun beluntas mengandung Flavonoid. Hal ini sesuai dengan pernyataan pada literatur bahwa daun beluntas mengandung Flavonoid (Atlas Tumbuhan Obat Ibndonesia, jilid 1: 19)
c.Uji Saponin
Pada uji saponin daun
beluntas menunjukkan hasil negativ dimana setelah perlakuan tidak menimbulkan
busa yang harusnya ada pada uji positif. Dari data ini dapat dinyatakan bahwa
daun beluntas tidak mengandung merabolid sekunder (Atlas Tumbuhan Obat
Indonesia, Jilid 1 :19)
PENUTUP
A.Kesimpulan
Dari percobaan Ini dapat
disimpulkan bahwa :1)Daun beluntas merupakan salah satu tanaman obat.2)Daun
beluntas mengandung metabolid sekunder Flavonoid.3)Daun beluntas mengandung
metabolid sekunder Alkaloid.4)Daun beluntas tidak mengandung metabolid sekunder
Saponin
B.Saran
Diharapkan untuk
praktikum berikutnya, reagen dan alat yang dibutuhkan tersedia dengan lengkap
sehingga percobaan dapat dilakukan dengan baik dan semua materi yang akan
dipraktikumkan dapat dilaksanakan.
No comments:
Post a Comment