KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala Rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan paper ini setelah melakukan percobaan “Identifikasi Senyawa Organik Bahan Alam“ di Laboratorium Kimia Organik Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam.
Dengan selesainya paper ini tidak lupa penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada:
1. Ibu Dra, Hj Isniyetti, M.Si dan Ibu Sri Benti Etika selaku Dosen Pembimbing Praktikum Kimia Organik II
2. Sdr. Yunis Eka Putra dan Rio Suareski selaku asisten pembimbing praktikum
3. Staff di perpustakaan yang telah membantu dalam meminjamkan buku-buku sumber
4. Orang Tua yang telah mendukung dan memberikan semangat dalam menjalankan kuliah dan seluruh pihak yang telah memberikan dukungan dan semangat kepada penulis baik moril maupun materil.
Penulis menyadari bahwa dalam membuat paper ini terdapat kekurangan-kekurangan , mengingat penulis masih dalam tahap belajar untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun, baik dari pembaca maupun dari pihak manapun.
Akhir kata penulis mengucapkan banyak terima kasih dan semoga paper ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Penulis,
Fitri Wahyuni
NIM 64727/05
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Senyawa organik banyak terdapat dalam
bahan-bahan alam, dimana senayawa organik yang terdapat dalam bahan alam ini
disebut dengan senyawa organik bahan alam. Senyawa organik bahan alam adalah
terbatas pada senyawa-senyawa yang dikenal sebagai metabolit primer dan
metabolit sekunder.
Senyawa metabolit sekunder adalah
senyawa-senyawa dari hasil metabolit sekunder, yang tidak terdapat merata dalam
makhluk hidup dan ditemukan dalam jumlah yang sangat sedikit. Umumnya senyawa ini
terdapat pada organ tumbuhana (tumbhan tingkat tinggi) pada akar, kulit,
batang, daun, bunga, buah dan biji dan sedikit terdapat pada hewan.
Tumbuhan sebagai obat merupakan tumbuhan
yang mengandung suatu senyawa bioaktifseperti alkoloid, flavonoid, steroid,
terpenoid, saponin dan lain-lain. Salah satu tanaman yang terdapat dialam yang
digunakan sebagai bahan obat-obatan yaitu tanaman selasih.
Selasih merupakan tanaman liar yang banyak
tumbuh diperkebunan, ladang dll. Tanaman ini beasaral dari darah Asia Tropik
tersebar di Asia Tenggara termasuk Indonesia, Thailand, Vietnam. Di Thailand
selasih ini dikenal dengan “horapa” (“Thai basil, O. Basilicum). Di Indonesia
selasih dikenal juga dengan ruku – ruku hitam.
Selasih mempunyai sifat diuretik yang
berfungsi untuk obat meningkatkan
pengeluaran bendalir badan melalui kencing; sifat analgesik yang
membantu menahan atau meredakan sakit kepala, sakit gigi, sakit perut demam;
sifat diaforetik yang membantu pengeluaran keringat.
Dengan demikian selasih merupakan tumbuhan
yang sangat bermanfaat bagi kehidupan manusia. Disamping itu daun selasih
digunakan sebagai bahan penyedap didalam makanan.
Maka dari itulah penulis tertarik dan ingin
mengetahui kandungan kimia yang terdapat dalam selasih. Dan penulis ingin memberi
judul paper ini yaitu Identifikasi Senyawa Organik Bahan Alam pada Tumbuhan
Selasih.
1.1. Tujuan
Penulisan
Penulisan paper ini adalah untuk:
- Memenuhi
tugas akhir Praktikum Kimia Organik II.
- Mengetahui
manfaat dari daun sealsih yang bisa digunakan sebagai obat alami dari
tumbuh – tumbuhan.
- Mengetahui
kandungan metabolit sekunder pada daun selasih.
1.2. Pembatasan
Masalah
Pada paper ini penulis membatasi pada
beberapa hal, antara lain :
1.
Menguji
kandungan senyawa bioaktif (alkoloid, flavonoid, steroid, terpenoid dan
saponin) didalam daun selasih.
2.
Membuktikan bahan kimia apa saja yang
terkandung dalam daun selasih berdasarkan litratur dengan hasil percobaan.
Pada paper ini penulis hanya membatasi
masalah sampai kandungan alkaloid, flavonoid,steroid, dan saponin dari
simplisia tumbuhan yang diuji.
1.3.
Manfaat Penulisan
Paper ini penulis buat agar dapat digunakan
untuk memberikan informasi tentang kandungan kimia dari daun salasih. Selain
itu untuk memberi informasi tentang khasiat dari daun selasih dan juga untuk menguji
senyawa bioaktif yang berperan sebagai senyawa obat pada tanaman daun selasih.
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Botani Tumbuhan
Tanaman selasih merupakan tanaman dikotil yang
tergolong tanaman yang melakukan fotosintesis (Siklus Calvin). Pada siang hari
dengan mengubah RUBP dan CO2 dengan bantuan enzim menjadi amilum
yang akhirnya di salurkan keseluruh tubuh tumbuhan melalui jaringan floem.
Untuk pemenuhan nutrisi kelebihannya disimpan oleh tanaman sebagai pati yang
juga digunakan kembali untuk proses respirasi tumbuhan.
Selasih
merupakan tanaman herba tahunan yang tumbuh rimbun. Selasih tumbuh di suatu
kawasan yang lapang seperti kawasan pertanian. Bentuk batang selasih bulat dan
bercabang banyak, mempunyai tinggi 50 – 80 cmdan bentuk daun adalah tunggal.
Tumbuhan ini mudah membiak dari biji benih yang tersebar di sekitarnya.
Selasih mempunyai enam kuntum bunga,
megikuti urutan dari atas ke tengah. Kelopak bunganya bewarna hijau keunguan
dan bagian atas bunganya bewarna putih atau merah jambu pucat. Selasih
mempunyai bau yang khas dan harum. Selain juga dipenggil ruku – ruku atau ruku
– ruku hitam.
Jenis selasih yang sering di jumpai
adalah kemangi. Kemangi ada yang berdaun
agak keriting dan ada pula mempunyai daun yang agak kecil dan sering di makan
sebagai ulam.
Sifat dan Manfaat
Selasih bersifat mendinginkan
dan berbau harum yang berfungsi merawat demam, meredakan muntah – muntah,
mengobati cacingan, mengirangi ketegangan (stres), sebagai obat batuk, pencuci
darah, sebagai obat luka. Saponin yang ada menghambat produksi jaringan bekas
luka yang berlebihan (menghambat terjadinya keloid).
Manfaat
selasih yang lain adalah meningkatkan
pengeluarana bendalir badan melalui air kencin karena bersifat diuretik; sifat
analgesik yang membantu menahan atau meredakan sakit kepala, sakit gigi, sakit
perut demam; sifat diaforetik yang membantu pengeluaran keringat. Biji selasih
bermanfaat untuk menurunkan kolesterol, membantu pencernaan, mengobati kram
usus dan melancarkan buang air besar.
Kandungan
Selasih mengandung eugenol, linalool, dan
geraniol yang dikenal sebagai zat penolak serangga sehingga zat – zat tersebut
juga berfungsi sebagai pengusir nyamuk. Bau daun selasih sangat tajam bahkan
jika tercium agak lama atau disimpan dalam ruangan dapat menimbulkan rasa mual
dan pening.
Komponen – komponen utama selasih yang
bersifat volatil (menguap) menyebabkan nyamuk enggan mendekati tanaman. Selasih
juga mengandung beta – pinene, estragol, flavonoid, dan tanin sehingga bisa di
buat minyak atsiri. Yang mana komponen utama penyusun minyak atsiri adalah
senyawa organik yang merupakan hidrokarbon tak jenuh yang mempunyai gugus
karbonil dan mempunyai Rf hampir sama dengan haraga Rf senyawa eugenol.
Gambar 1. Tanaman Selasih
Klasifikasi tanaman selasih
Kingdom :
Plantae
Genus :
Ocimum
Species :
Ocimum basilicum
2.2. Metabolit Sekunder
Salah satu ciri organisme adalah
tumbuh dan berkembang. Tumbuhan tumbuh dan kecil menjadi besar dan berkembang
dari satu sel zigot menjadi embrio kemudian menjadi satu individu yang
mempunyai akar, daun, batang, bunga dan buah.
Dewasa ini yang dimaksud senyawa organik bahan
alam adalah terbatas pada senyawa-senyawa yang dikenal sebagai metabolit
sekunder. Senyawa metabolit sekunder adalah senyawa-senyawa hasil metabolisme
sekunder, yang tidak terdapat secara merata dalam makhluk hidup, dan ditemukan
dalam jumlah yang sedikit. Umumnya terdapat pada semua organ tumbuhan (terutama
tumbuhan tinggi), pada akar, kulit batang, daun, bunga, buah dan biji, dan
sedikit pada hewan.
1. Alkaloid
Alkaloid pada umumnya mencakup
semua senyawa yang bersifat basa atau alkali, mengandung satu atau lebih atom
nitrogen dan biasnya merupakan bagian dari sistem siklis. Pada tahun 1896,
Meyer – Lexikon memberikan batasan alkaloid sebagai berikut : “Alkaloid terjadi
secara karakteristik dalam tumbuhan dan sering dikenal karena aktivitas
fisiologisnya. Alkaloid mengandung C, H dan N dan pada umumnya mengandung atom
O.
Senyawa alkaloid banyak
terkandung dalam akar, biji, kayu maupun daun dari tumbuh – tumbuhan. Senyawa
alkaloid dapat dipandang sebagai hasil
metabolisme dari tumbuhan atau dapat berguna sebagai cadangan bagi biosintesis
protein. Kegunaan alkaloid bagi tumbuhan adalah sebagai pelindung dari serangan
hama, penguat tumbuh – tumbuhan dan pengatur kerja hormon.
Alkaloid termasuk senyawa
organik bahan alam yang terbesar jumlahnya,baik dari segi jumlah senyawa maupun
sebarannya dalam dunia tumbuhan. Alkaloid menurut Winterstein dan Trier
didefinisikan sebagai senyawa yang bersifat basa, mengandung atom nitrogen
berasal dari tumbuhan dan hewan. Harborne dan turner (1984) mengungkapkan bahwa
tidak satupun definisi alkaloid yang memuaskan, tetapi umumnya alkaloid adalah
senyawa metabolit sekunder yang besifat basa, yang mengandung satu atau lebih
atom nitrogen biasnya dalm cincin heterosiklik, dan bersifat aktif biologis
menonjol.
Struktur
alkaloid beraneka ragam, dari yang sederhana sampai yang rumit. Satu dari yang
tersederhana strukturnya, tetapi yang efek faalinya tidak sederhana, adalah nikotina. Dalam dosis tinggi nikotina
bersifat toxik, dan pernah digunakan sebagai insektisida. Alakaloid marupakan
bahan tumbuhan yang mengandung nitrogen, larut dalam air. Alkaloid yang lazim
adalah nikotina, morfina, kodeina dan atropina.
Alkaloid
sangat penting dalam industri farmasi karena kebanyakan alkaloid mempunyai efek
fisiologis. Pada umumnya alkaloid tidak ditemukan dalam gymnospermae, paku –
pakuan, lumut dan tumbuhan rendah.
Pembagian alkaloid :
a. Didasarkan pada jenis gugus kromofor yang
berbeda, misalnya alkaloid indol, isokuinolin atau kuinolin.
b. Didasarkan tumbuhan asal pertama kali
ditemukan, misalnya alkaloid tembakau
c.
Didasarkan jenis ikatan yang predominan dalam alkaloid
tersebut.
Pembagian alkoloid yang lain adalah
a. Alkoloid heterosiklis
b.
Alkaloid dengan eksossiklis dan amina alifatis
c. Alkaoid putreskin, spermidin dan spermin
d. Alkaloid peptida
e. Alkaloid terpen dan steroidal.
2.
Flavonoid
Flavonoid adalah suatu kelompok
senyawa fenol yang terbanyak terdapat di alam. Senyawa-senyawa ini bertanggung
jawab terhadap zat warna merah, ungu, biru, dan sebagian zat warna kuning dalam
tumbuhan. Semua flavonoid menurut strukturnya merupakan turunan senyawa induk
“flavon” yakni nama sejenis flavonoid yang terbesar jumlahnya dan juga lazim
ditemukan, yang terdapat berupa tepung putih pada tumbuhan primula.
Beberapa fungsi flavonoid bagi
tumbuhan adalah pengaturan tumbuh, pengaturan fotosintesis, kerja antimikroba
dan antivirus, kerja terhadap serangga, fitoaleksin merupakan komponen abnormal
yag hanya dibentuk sebagai tanggapa terhadap infeksi atau luka dan kemudian
menghambat fungus menyerangnya, mengimbas gen pembintilan dalam bakteria bintil
nitrogen.
Gambar
2. Struktur dari flavonoid
Dalam makanan flavonoid dapat
menurunkan agregasi platelet dan mengurangi pembekuan darah. Pada kulit,
flavonoid menghambat pendarahan. Xanton dan flavonoid oligomer dalam makanan
mempunyai efek antihipertensi karena menghambat enzim pengubah-angiotensin.
Peran flavonoid yang
merugikan adalah kuersetin yang bersifat mutagen pada uji ames, tetapi
flavonoid lain bekerja sebagai antimutagen. Isoflavon merangsang pembentukan
estrogen pada mamalia.
Flavonoid dapat dikelompokkan berdasarkan
rantai C3 yaitu :
a. Katekin dan proantosianidin
Katekin dan proantosianidin
adalah dua golongan senyawa yang mempunyai banyak kesamaan, terdapat pada
tumbuhan kayu. Katekin ditemukan dalam paku-pakuan dan dua spesies Equisetum. Tiga jenis katekin yaitu
katekin (+) dan katekin (-) hidrogen-2 dan hidrogen-3 nya trans. Beberapa katekin terdapat sebagai ester asam galat. Proantosianidin
adalah senyawa yang membentuk antosianidin jika dipanaskan dengan asam.
b. Flavanon dan flavanonol
Bewarna
kuning sedikit karena kosentrasinya rendah. Flavanon sering terjadi sebagai
aglikon tetapi beberapa glikosidanya dikenal sebagai hesperidin dan naragin
dari kulit jeruk. Flavononol merupakan flavonoid yang paling kurang dikenal,
senyawa ini stabil dalam asam klorida panas tetapi terurai oleh basa hangat
menjadi kalkon.
3.
Terpenoid
Senyawa terpen pada awalnya
merupakan suatu golongan senyawa yang hanya terdiri dari atom C dan H, dengan
perbandingan 5 : 8 dengan rumus empiris C5H8 ( unit
isprena ), yang bergabung secara head to tail ( kepala – ekor).
Gambar 3.
Geraniol, dalam mawar.
(suatu
terpenoid)
Banyak terpenoid terdapat secara alami dalam
tumbuhan tidak dalam keadaan bebas tetapi sebagai ester atau glikosida.
Berdasarkan jumlah atom karbon, terpenoid
dikelompokkan menjadi monoterpen (C = 10), seskuiterpen (C = 15), diterpen (C =
20), triterpen (C = 30), tetraterpen (C = 40), dan politerpen (C > 40).
a. Monoterpenoid
Monoterpenoid merupakan komponen utama
banyak minyak atsiri dan mempunyai makna ekonomi yang besar sebagai bau – rasa,
wewangian, dan pelarut. Beberapa senyawa bersifat aktif optik. Sebagian besar
dari senyawa ini tersebar luas dan tidak khas untuk tumbuhan atau golongan
tumbuhan tertentu. Meskipun adanya monoterpenoid dalam tumbuhan tercatat dengan
baik publikasi mengenai adanya minyak atsiri yang mengandung terpenoid dalam
dunia tumbuhan sampai ke bryofita dan bahkan terpencar – pencar.
Senyawa terpenting dalam golongan ini ialah
limonena karena tersebar luas dan mempunyai nilai niaga. Senyawa ini merupakan
utama minyak kulit jeruk tetapi terdapat juga dalam minyak atsiri lainnya.
b. Seskuiterpenoid
Seskuiterpenoid adalah senyawa C15,
biasanya dianggap berasal dari tiga satuan isoprena. Seperti monoterpenoid seskuiterpenoid
terdapat sebagai komponen minyak atsiri yang tersuling uap, dan berperan
penting dalam memberi aroma kepada buah dan bunga yang kita kenal.
c. Diterpenoid
Diterpenoid merupakan senyawa C20
yang secara resmi dianggap (dengan beberapa pengeculiaan) berasal dari empat
satuan isoprenoid. Karena titik didihnya yang tinggi, biasanya diterpenoid
tidak ditemukan dalam minyak atsiri tumbuhan meskipun beberapa diterpenoid yang
bertitik didih rendah mungkin. Senyawa ini ditemukan dalam damar, eksudat berupa
gom, dan dalam fraksi bertitik didih tinggi setelah penyulingan minyak atsiri.
d. Triterpenoid
Karena sesterpenoid C25 sangat
jarang terdapat dalam tumbuhan tingkat tinggi, meskipun memang ada (80), ada
kerumitan yang sangat meningkat jika kita memperhatikan senyawa mulai dari
diterpenoid sampai triterpenoid C30.
4.
Steroid
Steroid adalah suatu kelompok
senyawa yang mempunyai kerangka dasar siklopentanaperhidrofenantrena, mempunyai
empat cincin terpadu. Senyawa – senyawa ini mempunyai efek fisiologis tertentu.
Steroid meliputi empat golongan, yaitu kolesterol, hormon, adrenokortikoid,
hormon seksual, dan asam empedu.
Kolesterol ditemukan dalam
semua organisme dan merupakan bahan awal untuk pembentukan asam empedu, hormon
steroid, dan vitamin D. Walaupun kolesterol esensial bagi mahluk hidup, tapi
berimplikasi terhadap pembentukan ‘plek’ pada dinding pembuluh nadi (suatu
proese yang disebut arteosclerosis, atau pengerasan pembuluh), bahkan dapat
mengakibatkan penyumbatan. Gejala ini penting terutama dalam pembuluh yang
memasok darah ke jantung. Penyumbatan pada pembuluh ini menimbulkan kerusakan
jantung, yang pada gilirannya dapat menimbulkan kematian akibat serangan
jantung.
Steroid “hewan” yang khas,
kolesterol, terdapat pada lipid permukaan dan organel tumbuhan, tetapi
seringkali tidak ditemukan karena senyawa ini terdapat sebagai ester dan
glikosida yang tidak larut dalam pelarut yang biasa dipakai untuk sterol bebas.
5.
Saponin
Saponin mula – mula diberi nama
demikian karena sifatnya yang menyerupai sabun ( bahasa latin sapo berarti
sabun ). Saponin adalah senyawa aktif permukaan yang kuat yang menimbulkan busa
jika dikocok dalam air dan pada konsentrasi yang rendah sering menyebabkan
hemolisis sel darah merah. Dalam larutan yang sangat encer saponin sangat beracun
untuk ikan, dan tumbuhan mengandung saponin telah digunakan sebagai racun ikan
selama beratus – ratus tahun.
Dikenal dua jenis saponin :
glikosida triterpenoid alkohol dan glikosida struktur steroid tertentu yang
mempunyai rantai samping spiroketal. Kedua jenis saponin ini larut dalam air
dan etanol tetapi tidak larut dalam eter. Aglikonnya, disebut sapogenin,
diperoleh dengan hidrolisis dalam suasana asam atau hidrolisis memakai enzim,
tanpa bagian gula ciri kelarutannya sama dengan ciri sterol lainnya.
Saponin triterpenoid dapat
mempunyai asam oleanolat sebagai aglikonnya, dan asam ini ditemukan juga bebas.
Meskipun demikian, dalam beberapa kasus aglikon hanya dikenal sebagai
sapogenin. Sapogenin jenis oleanan jauh lebih umum daripada jenis ursana atau
jenis lupana.
METODOLOGI PENELITIAN
A.
Waktu Pelaksanaan
Hari :
Jumat
Tanggal :
23 November 2007
Waktu :
07.00 – 09.40 WIB
B.
Sampel Penelitian
·
Daun Selasih
C.
Alat dan Bahan
Alat
: Lumpang,
pisau/gunting, plat tetes, tabung reaksi, pipet tetes, corong, pemanas, pasir
halur bersih, kapas.
Bahan : Daun selasih hijau, amoniak –
kloroform (NH3-CHCLl) 0.05 N, H2SO4
2N, pereaksi mayer, pereaksi wagner dan Dragendorf, metanol, asam sulfat pekat,
anhidrida asetat, asam klorida pekat sebuk magnesium.
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Tabel 2. Data pengamatan
Uji
|
Pereaksi
|
Hasil
|
Keterangan
|
Alkaloid
|
Mayer
Wagner Dragendorf
|
-
|
-
|
Flavonoid
|
HCl pekat dan serbuk magnesium
|
+
|
Terjadi perubahan warna sampl menjadi kuning.
|
Steroid/terpenoid
|
Anhidrida asetat dan H2SO4
pekat
|
-
|
-
|
Saponin
|
Air suling
|
-
|
-
|
4.2 Pembahasan
- Identifikasi
Alkaloid
Pada identifikasi alkaloid ini
dimana terjadi perubahan warna Dari eksperimen yang dilakukan terhadap daun
selasih, tes ini menunjukkan hasil yang negatif karena tidak terbentuk endapan
putih/keruh dengan pereaksi mayer, tidak terbentuk endapan coklat dengan
pereaksi Wagner dan endapan orange dengan pereaksi Dragendorf . Hal ini
menunjukkan bahwa sampel tidak mengandung alkoloid. Ini sesuai dengan yang
tertera dalam kandungan kimia dari daun selasih.
- Identifikasi
Flavonoid
Pada identifikasi
flavonoid, sampel daun dewa juga dirajang halus kemudian diekstrak dengan
metanol dan dipanaskan selama 5 menit. Pada penambahan berikutnya, tetesan
klorida dan sedikit serbuk Mg. Ekatrak daun dewa yang semula bewarna hijau
berubah warnya menjadi kuning kemerahan. Dengan terjadinya perubahan warna tadi
menandakan bahwa daun dewa mengandung flavonoid. Hal ini sesuai dengan
literatur yang didapat.
- Idetifikasi
Steroid/Terpenoid
Pada eksperimen akan
dihasilkannya warna jingga/ ungu yang menandakan uji positif terhadap terpenoid
dan warna biru menunjukkan uji positif untuk steroid. Hasil yang didapatkan
yaitu negatif karena tidak terbentuk warna jingga/ungu ataupun biru. Dari hasil
eksperimen dengan teoritis didapatkan kecocokan, bahwa pada daun selasih tidak
mengandung steroid dan terpenoid.
- Identifikasi
Saponin
Pada eksperimen ini dihasilkan
busa yang relatif banyak setelah dilakukan
pengocokan kuat pada larutan sampel. Dari hasil ini dapat disimpulkan
bahwa daun dewa tidak mengandung saponin, ini ditunjukan dengan hasil yang
negatif. Selain membentuk busa yang stabil, saponin juga mempunyai rasa yang
pahit, toksik dan membentuk senyawaan dengan kolesterol.
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Dari percobaan yang telah dilakukan dan
data yang diperoleh, dapat disimpulkan bahwa :
1. Tanaman selasih tidak mengandug alakloid
yang ditandai dengan tidak terbentuknya endapan setelah direaksikan dengan
beberapa pereaksi.
2. Tumbuhan selasih mengandung flavonoid yang
ditandai dengan perubahan warna sampel
dari hijau menjadi terang atau agak warna pink.
3. Tumbuhan selasih tidak mengandung steroid
atau terpenoid.
4. Tumbuhan selasih mengandung saponin karena
tidak terbentuk busa.
5.2 Saran
1. Sebaiknya pengujian dilakukan pada tanaman
obat jenis lainnya yang belum pernah diteliti sehingga diperoleh informasi yang
lebih banyak.
2. Untuk identifikasi
senyawa-senyawa metabolit sekunder sebaiknya sampel yang digunakan adalah
tanaman yang segar.
3. Sampel harus dirajang dahulu
kalau bisa di gerus agar senyawa – senyawa yang terdapat didalam sampel keluar dan
pada saat penambahan reaksi kimia harus hati – hati agar hasilnya maksimal
DAFTAR
PUSTAKA
Fessenden, Fessenden. 1982. Kimia Organik Jilid 2. Jakarta:
Erlangga.
Hart, Harold. 1990. Kimia Organik. Terjemahan Suminar Achmad. Jakarta :
Erlangga.
L. Tobing, M.Sc., Rangke. 1989. Kimia
Bahan Alam. Jakarta:
Depdikbud.
Tarmizi. 2008. Pereaksi Kimia. Padang: UNP Press
Tarmizi. 2008. Pereaksi Kimia. Padang: UNP Press
Tim Kimia
Organik. 2007. Penuntun Pratikum Kimia Organik 2. Padang: FMIPA UNP.
No comments:
Post a Comment