Automatic translation of this blog page
Monday, May 22, 2017
PILEK RINITIS ALERGIKA
Oleh Tarmizi, BSc., S.Pd., M.Pd
Pilek lang umum dikenal adalah merupakan gejala awal dari
influenza. Pilek rinitis alergika disebabkan alergi terhadap debu
rumah. Selain itu, rangsangan pilek rinitis alergika juga dapat
disebabkan oleh jamur, serbuksari, dan rontokan bulu hewan
Kebanyakan penderita pilek rinitis alergika sering mengeluh
“Mengapa pilek saya tak kunjung sembuh?” Malah sering disertai
bersin-bersin dan hidung tersumbat. Bahkan kadang disertai rasa
gatal di sekitar mata atau mengeluarkan air mata berkepanjangan.
Penderita pilek rinitis alergika umumnya mempunyai riwayat
keluarga yang positif. Artinya, ada salah seorang anggota keluarga
atau saudaranya yang memiliki keluhan serupa. Menurut catatan
Eugene B Kern, guru besar dari Minnesota, pilek rinitis alergika
dapat diderita sebelum usia 20 tahun. Hal itu berdasarkan
pengamatannya di Amerika.
Hampir seperlima
Di Indonesia belum ditemukan angka kesakitan yang pasti.
Namun begitu, dari penelitian pendahuluan oleh dr Soetomo dan
dr. Soepomo (1980) dilaporkan bahwa: 15 hingga 20% pengunjung
poliklinik THT (telinga hidung tenggorokan) RSUP DR Sardjito
Yogyakarta ternyata penderita pilek rinitis alergika. Jadi hampir
seperlima dari jumlah pasien Poliklinik THT adalah penderita pilek
rinitis alergika. Ini saja baru jumlah penderita yang berobat, belum
lagi kalau ditambah yang tidak berobat atau yang memanfaatkan
fasilitas lain selain rumahsakit.
Berdasarkan pengamatan yang sudah dilakukan, ternyata
debu rumah merupakan satu diantara penyebab utama serangan
pilek rinitis alergika. Debu rumah biasanya berasal dari kasur,
bantal, kursi busa, karpet, korden, dan peralatan rumah yang
usang serta tak dapat dicuci. Di samping itu, debu rumah dapat
pula melekat di buku-buku terutama yang sudah lama tak
Setelah tahu penyebab pilek rinitis alergika yaitu debu rumah
dan bulu hewan piaraan, langkah apakah yang dapat kita
lakukan? Yang paling sederhana dan murah tentu saja berusaha
menghindari debu rumah. Tapi apakah muingkin? Bukankah
setiap hari kita bersentuhan dengan debu rumah?
Cara yang paling mudah mungkin kita upayakan menjauhkan
debu rumah dari hidung kita yang mengidap alergi adalah sebagai
1. Hindari ruangan yang sedang dibersihkan. Jika kita sendiri yang
membersihkan, maka pergunakanlah “masker” untuk menutup
mulut dan hidung kita.
2. Guna memperoleh ruangan yang relatif bersih dari debu,
cobalah langkah berikut: - Ambil semua barang dari kamar, termasuk alas lantai /
karpet, korden, dan semua barang dalam lemari dikeluarkan.
- Bersihkan kamar sebersih-bersihnya mulai dari atap/loteng
sampai dinding, lantai dan lemari. Semua dilap dengan kain
pel basah. - Tempat tidur dibersihkan, dilepas bagiannya satu per satu.
Lalu dibersihkan dan dipasang kembali setelah kamar selesai
dibersihkan. - Bantal dan guling usahakan dibungkus agar tak terkena
debu, selanjutnya harus selalu ditutupi. Kain sprei dan
bantal harus secara rutin dicuci. Sedapatnya 2 x seminggu
diganti. Bila menggunakan selimut, pakailah yang mudah
dicuci dan tidak terbuat dari bulu. - Kamar harus sesedikit mungkin berisi barang. Kain korden
usahakan yang mudah dicuci. Hindarkan barang-barang
berdebu dan yang sudah usang dari kamar.
3. Kamar yang sudah dibersihkan tersebut sebaiknya dijaga agar
selalu bersih. Agar rumah kita selalu bersih, terutama kamar
tidur, tentu saja kita menyediakan sebagian besar waktu di
ruangan yang benar-benar bersih.
4. Usahakan agar tidak duduk-duduk dan bermain di kursi yang
sudah usang. Hindari tempat lembab dan tempat yang gelap
seperti gudang.
5. Jangan memberikan boneka atau mainan yang berbulu kepada
anak yang tak tahan debu. Anjurkanlah agar anak bermain di
ruangan yang bersih dengan alat mainan yang bersih pula.
6. Pilihlah kasur dari bahan busa atau dacron. Jangan ada
gantungan pakaian dan rak sepatu di kamar, sebab keduanya
merupakan tempat yang mudah bercokolnya debu.
7. Untuk penderita asma dan pilek sebaiknya tidak memelihara
hewan seperti kucing, anjing, kera, kelinci dan hewan berbulu
lainnya. Dan usahakan pula tidak merokok.
Apabila langkah tersebut dirasakan sulit terlaksana, maka dapat
diusahakan cara berikutnya, yaitu pemberian suntikan
“hiposensitasi”. Sebua suntikan zat alergen (yang menimbulkan
alergi) di kulit kita.
Menurut dr.H.Muchlis A.U Sofro, dosis suntikan mula-mula
kecil, kemudian dinaikkan dan frekuensinya semakin dijarangkan.
Setelah didapat kondisi yang seimbang, artinya tidak lagi terjadi
manifestasi alergi pada penderita, maka bisa diberikan dosis dan
frekuensi yang tetap (kontinyu). Pemberian ini dilanjutkan secara
berkala dan teratur sampai penderita benar-benar toleran terhadap
zat penyebab alergi. Semua ini tentu saja memerlukan ketekunan
dan kesabaran pasien beserta keluarganya maupun dokter yang merawatnya.
Sumber ide: Panasea No.68 Nov.93
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Entri Populer Pekan Ini
Link dalam Blog ini
Buku & Artikel | Riset/Penelitian | Labor | Galery Foto |
Buku Praktik Kimia | | Foto Kegiatan laboratorium Video dan Slide |
No comments:
Post a Comment